Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia kembali menunjukkan sinyal kebangkitan yang kuat. Arus masuk dana asing senilai Rp 1,4 triliun turut memperkuat IHSG pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025.
Nilai transaksi harian mencapai Rp 21 triliun, mencerminkan meningkatnya minat beli dan optimisme investor terhadap prospek ekonomi nasional di tengah membaiknya sentimen global.
Penguatan ini juga menjadi lanjutan dari tren rebound sejak pertengahan Oktober 2025, yang menegaskan bahwa investor asing mulai kembali percaya pada pasar modal Indonesia.
Analis sekaligus founder Republik Investor Hendra Wardana menilai, kembalinya minat investor asing dipicu oleh sejumlah faktor positif. Pertama, stabilnya nilai tukar rupiah di bawah Rp 16.200 per dolar AS memberikan keyakinan pada stabilitas makroekonomi domestik.
Kedua, ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh pihak bank sentral seperti The Fed dan Bank Indonesia (BI), turut memperkuat sentimen risk-on di pasar keuangan.
"Konsensus memperkirakan BI Rate akan dipangkas 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Yang diharapkan mampu mendorong likuiditas, menurunkan biaya dana, serta memperkuat pertumbuhan kredit menjelang kuartal IV-2025," ujarnya, Rabu (22/10/2025).
Potensi Reli IHSG
Dari sisi teknikal, IHSG kini tengah menguji resistance psikologis di level all time high 8.288. Apabila level ini berhasil ditembus, Hendra menilai indeks berpotensi melanjutkan reli ke area harmonic resistance 8.556–8.595.
Sementara itu, area support terdekat berada di kisaran 8.000-8.124, sejalan dengan moving average 5 dan 20 hari.
"Penguatan IHSG juga didukung oleh faktor eksternal, seperti meredanya ketegangan perang dagang AS–China dan stabilnya harga komoditas energi dan logam, yang semakin memperkuat kepercayaan investor global terhadap aset pasar berkembang, termasuk Indonesia," bebernya.
Net Foreign Buy Rp 1,3 Triliun
Beberapa saham kembali menjadi motor utama penguatan IHSG dengan laju transaksi tinggi. BBCA mencatat pembelian asing terbesar mencapai Rp 1,3 triliun, diikuti oleh TLKM (Rp 226 miliar), BBRI (Rp 94 miliar), dan ASII (Rp 88 miliar).
Sementara itu, aksi jual asing masih terlihat di BMRI (Rp 117 miliar), CUAN (Rp 105 miliar), dan BBNI (Rp 102 miliar). Menandakan adanya rotasi sektor dan aksi ambil untung pasca reli sebelumnya.
"Meskipun demikian, secara keseluruhan, aliran dana asing masih menunjukkan arah positif dan mempertegas bahwa pasar telah kembali memasuki fase risk-on," pungkas Hendra.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Penutupan IHSG pada 21 Oktober 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa pada perdagangan saham Selasa (21/10/2025). Penguatan IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang menghijau.
Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup melompat 1,84% ke posisi 8.238,08. Indeks saham LQ45 naik 2,96% ke posisi 819,89. Seluruh indeks saham acuan melonjak.
Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG menyentuh posisi tertinggi 8.238,08 dan level terendah 8.161,19. Sebanyak 447 saham menguat sehingga angkat IHSG. 232 saham melemah dan 135 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 2.298.056 saham dengan volume perdagangan 31,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 22 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.585.
Sektor Saham
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG hari ini berlanjut menguat didorong sektor saham perbankan, properti dan infrastruktur. “Di mana kami perkirakan, sentimen jelang rilis kinerja emiten menjadi salah satu penopangnya dan juga sejalan dengan pergerakan brusa global dan mayoritas bursa Asia,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Dari 11 sektor saham, dua sektor saham melemah. Sektor saham consumer nonsiklikal turun 0,87% dan sektor saham teknologi merosot 1,35%. Sektor saham transportasi melompat 3,82%, dan catat kenaikan terbesar. Sektor saham properti menanjak 3,51% dan sektor saham infrastruktur mendaki 3,46%.
Sektor saham energi melesat 1,49%, sektor saham basic menguat 0,85%, sektor saham industri naik 0,02%, sektor saham consumer siklikal mendaki 1,23%. Selanjutnya sektor saham kesehatan menanjak 0,75%, sektor saham keuangan melesat 0,83%.