Liputan6.com, Jakarta - Di tengah kekayaan budaya yang membentang dari ujung barat hingga timur Nusantara, Lampung hadir bukan hanya sebagai tanah yang subur, tetapi juga sebagai ladang warisan budaya yang luar biasa.
Salah satu bentuk warisan tersebut tercermin indah dalam Tari Bujangtan Budamping, sebuah tarian tradisional yang sarat akan nilai-nilai perjuangan, keberanian, dan kepahlawanan.
Tarian ini bukan sekadar seni pertunjukan yang menghibur, melainkan sebuah narasi visual yang membingkai kisah masa lalu, ketika para pemuda Lampung bangkit melawan penindasan demi mempertahankan harga diri, kehormatan, dan kemerdekaan tanah kelahiran mereka.
Gerakan demi gerakan dalam tarian ini menjadi simbol perlawanan, kekompakan, dan kekuatan batin yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tari Bujangtan Budamping biasanya ditampilkan oleh sekelompok penari laki-laki dan perempuan, yang menggambarkan tokoh-tokoh pemuda (bujang) dan gadis (gadis pendamping) dalam masyarakat adat Lampung.
Para bujang digambarkan sebagai sosok gagah dan siap berjuang, sementara para gadis turut berperan dalam memberikan semangat dan dukungan moral kepada para pejuang. Kombinasi gerakan yang energik, cepat, dan tegas dari para penari pria berpadu selaras dengan kelembutan serta keteguhan para penari wanita, menciptakan harmoni visual yang memukau dan penuh makna.
Tarian ini mencerminkan bahwa perjuangan bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan hasil dari kebersamaan dan solidaritas dalam masyarakat adat. Latar cerita yang diangkat dalam Tari Bujangtan Budamping kerap kali merujuk pada masa-masa kelam penjajahan, ketika rakyat Lampung mengalami tekanan dari kekuatan luar yang ingin menguasai tanah mereka.
Dalam konteks itulah, para pemuda Lampung tidak tinggal diam. Mereka bangkit dengan semangat juang yang luar biasa, bersatu dalam satu tekad untuk mempertahankan kehormatan dan kemerdekaan.
Warisan Tradisional
Gerakan-gerakan dalam tarian ini tidak hanya mengandung unsur estetika, tetapi juga penuh dengan simbol-simbol perjuangan, seperti sikap pasang kuda-kuda, hentakan kaki, dan ayunan tangan yang menggambarkan kesiapsiagaan dalam menghadapi musuh.
Sementara itu, kehadiran para penari perempuan bukan semata-mata pelengkap, melainkan penegas bahwa perempuan juga memiliki peran penting dalam membentuk jiwa kepahlawanan, baik sebagai pendukung maupun pelindung nilai-nilai luhur.
Dalam perkembangannya, Tari Bujangtan Budamping kini tak hanya menjadi bagian dari upacara adat atau perayaan tradisional semata, tetapi juga sering ditampilkan dalam ajang seni budaya tingkat nasional bahkan internasional.
Tarian ini menjadi jendela yang memperkenalkan semangat dan karakter masyarakat Lampung kepada dunia luar sebuah semangat yang teguh, penuh kebersamaan, namun tetap menjunjung tinggi nilai estetika dan budaya luhur.
Di tengah modernisasi yang terus menggulung segala hal tradisional, keberadaan tarian ini menjadi tameng dan pengingat bahwa jiwa kepahlawanan tak lekang oleh zaman.
Justru melalui gerakan tarian yang terus dilestarikan inilah, kisah perjuangan dari masa lalu tetap bergema, membentuk karakter generasi muda yang berani, tangguh, dan tak melupakan jati diri budayanya.
Tari Bujangtan Budamping bukanlah sekadar tarian. Ia menjadi sebuah karya seni yang hidup, mengandung pesan mendalam tentang semangat perjuangan dan pentingnya persatuan dalam menghadapi tantangan.
Di dalam tiap gerakan, terdapat denyut nadi sejarah Lampung yang tidak boleh dilupakan. Maka, selama tarian ini terus dipentaskan, selama itu pula kisah para pejuang Lampung tetap hidup dalam benak rakyatnya.
Penulis: Belvana Fasya Saad