Liputan6.com, Makassar - Di tengah kericuhan yang melanda Kota Makassar, Sulawesi Selatan, nasib tragis menimpa seorang pengemudi ojek online bernama Rusdamdiansyah, akrab disapa Dandi.
Pemuda berusia 26 tahun itu meregang nyawa setelah diduga menjadi korban pengeroyokan.
Kala itu massa yang berada di depan Kampus UMI Makassar, tiba-tiba menudingnya sebagai aparat intelijen yang sedang menyamar.
Bagi keluarga, Dandi bukan sekadar anak, saudara, pengemudi ojol atau kerabat. Ia adalah tulang punggung, tempat mereka bersandar, sekaligus pribadi yang selalu menghadirkan tawa meski dalam keadaan sulit.
"Saudara kami itu sosoknya humble, sangat pekerja keras, dan tidak pernah saya dengar mengeluh. Dia penyayang keluarga, selalu berusaha membantu sebisa mungkin. Kehilangan ini sangat berat bagi kami," kata Reza, ipar Dandi.
Tak ada yang menyangka, Jumat 29 Agustus 2025 sore itu menjadi kebersamaan terakhir keluarga dengan Dandi.
"Sore itu dia cuma di rumah. Katanya tidak ambil order karena demo. Jam 5 sore sampai setengah 6 baru keluar sebentar. Kami kira aman, tidak ada firasat apa-apa," kenang Reza.
Kabar Buruk Itu Datang
Tak lama berselang, kabar buruk datang melalui telepon milik Dandi.
Namun dalam sambungan telepon yang berbicara orang lain, dan memberi kabar bahwa Dandi tengah di rawat di Rumah Sakit Ibnu Sina.
"Awalnya bilang kecelakaan, tapi saya tidak percaya. Karena dia cuma jalan kaki keluar. Ternyata betul dikeroyok di dekat kampus UMI, diteriaki intel. Padahal bukan. Dia hanya pulang-pergi cari rezeki," ungkapnya.
Pendarahan di Otak
Nyaris seluruh keluarga panik mendengar kabar itu. Mereka pun bersegera ke Rumah Sakit Ibnu Sina untuk melihat kondisi Dandi yang sudah tak sadarkan diri.
Ternyata peralatan milik rumah sakit di sana tak cukup memadai untuk menangani luka parah yang dialami Dandi. Ia pun dirujuk ke RSUP Kemenkes Makassar untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik.
"Yang paling parah itu pendarahan otak, tengkoraknya retak. Hampir semua luka di kepala. Jam satu malam sempat kritis, langsung operasi. Tapi sejak masuk rumah sakit, dia tidak pernah sadar lagi," suara Reza tercekat.
Minta Keadilan dan Diusut Tuntas
Putra sulung dari pasangan Rustam dan Saerah ini, menyebut Dandi tak pernah mengeluh meskipun hanya menjadi pengemudi ojol dan menopang keluarga.
"Dia masih muda, tapi sudah memikirkan semua orang. Selalu bilang: ‘yang penting kita sehat, rezeki bisa dicari’. Itulah Dandi, tidak pernah mengeluh sedikit pun," ujar Reza.
Kini, yang tersisa hanyalah doa dan harapan agar tragedi serupa tidak terulang. Dalam waktu dekat, pihak keluarga akan melaporkan apa yang dialami Dandi kepada kepolisian.
"Kami minta kasus ini diusut tuntas. Jangan sampai ada lagi Dandi-Dandi berikutnya. Semoga dia tenang di sisi Allah, dan keluarga diberi kekuatan," kata Reza.
Bersyukur Masih Ada yang Bantu
Meski luka kehilangan begitu dalam, keluarga mengaku bersyukur atas perhatian banyak pihak.
Di mata keluarga, Dandi bukan sekadar nama. Ia adalah simbol kerja keras, ketulusan, dan cinta tanpa pamrih. Sosok yang tak pernah mengeluh, bahkan di tengah beban hidup. Kini, jejaknya abadi dalam ingatan orang-orang yang mencintainya.
"Kami berterima kasih,” ucapnya.