Tambah Jam Perdagangan Dinilai Tak Efektif, Likuiditas Jadi Sorotan

19 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Penambahan jam perdagangan dinilai tidak otomatis akan mendongkrak volume transaksi di pasar modal. Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menegaskan, persoalan utama yang menghambat peningkatan transaksi justru terletak pada minimnya likuiditas, bukan panjangnya waktu perdagangan.

Menurut Liza, investor besar seperti fund manager akan tertarik masuk ke pasar jika tersedia likuiditas yang cukup. "Supaya transaksi naik, yang dibutuhkan itu likuiditas, bukan nambah jam perdagangan," ujarnya kepada wartawan, dikutip Kamis (19/6/2025).

Liza menekankan bahwa likuiditas adalah kunci utama agar pasar menjadi atraktif bagi pelaku pasar institusi, bukan hanya pelaku ritel. Lebih lanjut, ia menyayangkan kondisi pasar yang terlalu sensitif terhadap pergerakan harga saham.

"Kalau dikit-dikit saham naik terus kena suspend, kena FCA, kena UMA — contohnya kayak kasus BREN — itu justru bikin asing makin mundur dari pasar kita," kata Liza. Hal ini, kata Liza, membuat investor asing enggan menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi yang serius.

Regulasi Dinilai Hambat Likuiditas, Stimulus Dinilai Lebih Dibutuhkan

Kasus saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi sorotan karena batal masuk dalam indeks global seperti FTSE Russell dan MSCI, yang berpotensi mempersempit peluang arus dana asing ke dalam negeri. Menurut analis, kasus ini menunjukkan kebijakan pengawasan pasar yang terlalu ketat justru kontra produktif bagi penguatan likuiditas dan kepercayaan pasar.

Dukung Likuiditas

"Kasus BREN itu batal masuk indeks FTSE Russell sama MSCI, akhirnya malah makin mengecilkan kolam investasi asing di Indonesia. Itu salah satu hambatannya," kata Liza.

Ia mengingatkan, regulasi seperti freeze trading (suspend) dan notasi khusus seperti FCA perlu dikaji ulang agar tidak menjadi penghalang bagi pertumbuhan pasar. Sebagai perbandingan, ia mencontohkan pendekatan China yang agresif meluncurkan stimulus untuk mendongkrak likuiditas pasar modal mereka.

"China meluncurkan banyak paket stimulus untuk meningkatkan likuiditas di pasar keuangannya. Bahkan bisa kasih pinjaman untuk buyback saham," ujar Liza.

Di samping itu, Liza juga mempertanyakan tindak lanjut dari rencana Danantara sebagai liquidity provider, serta menyarankan agar regulator lebih fokus pada kebijakan yang mendukung likuiditas ketimbang sekadar memperpanjang jam perdagangan.

BEI Kaji Penyesuaian Jam Perdagangan Bursa

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mengkaji untuk menyesuaikan jam perdagangan. Hal ini untuk menjangkau seluruh segmen investor di seluruh wilayah Indonesia.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menuturkan, penyesuaian jam perdagangan bursa tersebut masih kajian yang bertujuan melayani dengan baik seluruh segmen investor baik investor asing dan ritel yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

"(Kajian-red) sedang proses. Tujuan utama kami melayani investor dengan lebih baik,” kata Jeffrey saat dihubungi Liputan6.com sebelumnya.

Ia menambahkan, penyesuaian jam perdagangan termasuk salah satu kajian yang dilakukan BEI. Seiring hal itu, ia mengatakan, jam operasional di bursa di kawasan Asia juga dikaji. “Jam operasional di bursa lain di kawasan Asia juga kita kaji untuk menjaga competitive advantage,” tutur dia. Mengutip laman idx.co.id, saat ini jam perdagangan di BEI pada sesi pertama untuk Senin-Kamis pada pukul 09.00-12.00 sedangkan Jumat pada pukul 09.00-11.30. Sementara itu, sesi kedua, jam perdagangan pada Senin-Kamis pada 13.30-15.49.59, sedangkan Jumat pada pukul 14.00-15.49.59.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |