Liputan6.com, Bandung - Liputan6.com, Bandung-Guna memperkaya potensi kerja sama riset antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) dalam rangka mendukung berbagai tugas kedirgantaraan dengan mendatangi Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau) serta Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitang) Angkatan Udara di Bandung, Jawa Barat.
Menurut Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, kunjungan sejumlah utusannya itu dilakukan pada pekan terkahir Juni 2025.
"Banyak sekali potensi kerja sama untuk mendukung tugas-tugas TNI AU ke depan, terutama untuk alat utama sistem senjata (alutsista). Salah satunya kunjungan ke Hardepo pesawat Hercules menunjukkan adanya beberapa komponen dari Hercules yang menjadi suku cadang kritis yang harus kita lakukan riset bersama untuk dicarikan solusinya," ujar Amarulla dalam keterangan tertulisnya ditulis Bandung, Rabu (2/7/2025).
Amarulla mengatakan untuk persenjataan yang kini telah ada dapat dikembangkan bersama agar menghasilkan alat yang lebih presisi dan akurat.
Amarulla menerangkan otoritasnya akan menyokong teknologi yang paling dibutuhkan berkaitan dengan seluruh tugas TNI AU.
“Harapannya, dengan kunjungan ini, BRIN dapat memahami apa yang dibutuhkan TNI AU sehingga akan tercipta kerja sama riset dan pengembangan yang dapat membantu memenuhi operasional TNI angkatan udara,” kata Amarulla.
Amarulla menyampaikan bahwa terdapat skema di BRIN yang dapat dimanfaatkan oleh TNI AU, yaitu skema degree by research untuk pengembangan SDM. Untuk itu, Amarulla menjelaskan Dislitbangau dapat meningkatkan kapasitas bekerja sama dengan BRIN melalui skema tersebut.
Sementara itu Wakil Komandan Koharmatau, Marsma TNI Hadi Siswoyo mengatakan bahwa potensi kerja sama dengan BRIN sangat banyak. Ada beberapa alat kerja atau tester yang perlu dikembangkan.
"Mengembangkan riset engineering bersama sehingga nantinya membantu tugas kita. Besar harapan kami ada kolaborasi riset dan inovasi teknologi antara TNI AU Dislitbangau dengan BRIN untuk kepentingan nasional yang lebih luas di masa yang akan datang," ungkap Hadi.
Hadi menambahkan, kunjungan Wakil Kepala BRIN ke Mako Koharmatau dapat melihat secara riil di lapangan apa saja kebutuhan Koharmatau untuk dapat dijadikan materi kerja sama dengan BRIN.
Harapannya dengan kolaborasi tersebut, BRIN sebagai lembaga riset nasional dapat mendukung kesiapan alutsista TNI AU.
"Kami sangat berharap dari kunjungan ini tercipta pertukaran gagasan yang konstruktif dan berkelanjutan yang nantinya dapat dilanjutkan dalam bentuk kerja sama yang lebih erat dan nyata di masa mendatang. Sehingga, dapat memberikan manfaat yang luas, tidak hanya bagi masing-masing instansi tapi juga bagi masyarakat luas,” sebut Hadi.
Alutsista Karya Anak Bangsa yang Dipakai TNI
Dilansir Liputan6, Saat ini, industri pertahanan Indonesia perlahan terus menunjukkan eksistensinya seperti diantaranya PT Pindad (Persero), PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT PAL (Persero) dan masih banyak perusahaan lainnya.
Beberapa perusahaan itu mampu memproduksi berbagai macam alutsista mulai dari senjata, kendaraan tempur, pesawat militer hingga kapal perang. Bahkan produk-produk mereka sudah diekspor ke berbagai negara.
1. Senjata
Tentu persoalan senjata ini tidak terlepas dari eksistensi PT Pindad (Persero). Berbagai senjata produksinya kini telah menjadi andalan TNI, seperti SS2, Pistrol G2, Senapan Penembak Runduk (SPR) 1 hingga SPR 3.
Bahkan dengan produk senjata dalam negeri ini, TNI mampu menjuarai lomba tembak dunia Australian Army of Skill Arms at Meeting (AASAM) mengalahkan pasukan dari Amerika Serikat, Australia, Jepang, Inggris dan negara besar lainnya.
2. Pesawat
Satu-satunya perusahaan yangn mampu memproduksi pesawat di Indonesia adalah PT DI. CN235, CN295 dan NC212 menjadi beberapa produk yang kini menjadi andalan TNI dalam sisi udara. Selain itu juga ada beberapa jenis helicopter produksi PT DI yang bekerjasama dengan produsen helicopter beberapa negara, seperti Super Puma Familly ndan BELL 412 EP.
3. Kendaraan Tempur
Panser Anoa 6x6 dan Komodo 4x4, siapa yang tak kenal kendaraan tempur ini? Kendaraan produk dari Pindad ini kini mnejadi andalan TNI baik untuk tempur, evakuasi hingga pengamanan VVIP. Bahkan saat ini Pindad juga tengah menguji produk terbarunya dan akan menjadi senjata baru TNI, yaitu Medium Tank.
Sebenarnya tidak hanya Pindad yang memproduksi kendaraan tempur ini. Seperti pada 2016 TNI mnegenalkan kendaraan taktis P6 ATAV buatan PT SSE banten.
4. Kapal Laut
Tentu PT PAL menjadi leader dalam pemasok alutsista yang mampun melaju di atas air ini. Kapal jenis Kapal Cepat Rudal (PKR) produksi PT PAL kini sudah digunakan TNI, seperti diantaranya KRI Clurit, KRI Kujang, KRI Beladau, KRI Alamang, KRI Parang.
Untuk kapal patroli bersenjata diantaranya KRI Hiu, KRI Barakuda, KRI Layang, KRI Anakonda, KRI Taliwangsa dan masih banyak lainnya. Dan yang terbaru, yang juga di ekspor ke Filipina adalah kapal jenis Landing Platform Dock (LPD). Beberapa kapal TNI jenis ini yang diproduksi PT PAl adalah KRI Banda Aceh dan KRI Banjaramasin.
Roket Balistik RI Berdaya Jelajah 150 Km
Indonesia gencar memproduksi berbagai macam alutsista demi mewujudkan kemandirian bangsa. Salah satu alutsista yang tengah dikembangkan adalah roket balistik jarak jauh.
RHAN 450, menjadi salah satu dari sekian jenis roket yang diproduksi anak bangsa yang terus dikembangkan kemampuannya.
Roket balistik ini tengah dikembangkan Balitbang Kementerian Pertahanan dan Konsorsium Roket Nasional, yang terdiri dari PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Dahana (Persero), PT Pindad (Persero) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Dikutip Liputan6.com dari beberapa sumber, RHAN 450 pertama kali menjalani uji statis pada 21 Agustus 2014 yang berlangsung di Lapangan Sonda LAPAN, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.
Saat masa pengujian awal, RHAN 450 ini bernama RX-450. Roket ini akhirnya pertama kali diluncurkan dalam masa uji coba pertama pada Mei 2015 dengan jarak jelajah saat itu mencapai 100 kilometer, dan sukses.
Namun seiring pengembangannya, Konsorsium Roket Nasional menggandeng Lapan dalam meningkatkan kemampuan RX-450.
Terakhir, roket ini kembali diuji coba pada Desember 2016. Dalam uji coba itu, jarak jelajah roket ini meningkat menjadi 150 km. Uji coba saat itu RX-450 sudah berubah nama menjadi RHAN 450.
Dengan perubahan nama ini, berarti roket balistik ini sudah siap memasuki tahap produksi. Dengan demikian, RHAN 450 akan melengkapi produksi roket Indonesia lainnya seperti RHAN 122 yang memiliki jarak jelajah 40-50 km.
Selain berperan sebagai roket balistik untuk kepentingan militer, basis RHAN 450 juga direncanakan sebagai bagian dari roket bertingkat yang akan digunakan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS).
RHAN 450 dapat membawa payload seberat 50 kg – 100 kg, bisa diartikan payload sebagai hulu ledak bila roket ini difungsikan alutsista artileri medan.
RHAN 450 adalah tipe roket balistik dengan panjang total 6.110 mm, panjang motor 4.459 mm, berat total 1.500 kg, berat muatan 100 kg, gaya dorong 12895 kg, dan menggunakan bahan bakar propelan komposit.
Alutsista Produksi PTDI
Dicuplik dari siaran medianya, PTDI memiliki rekam jejak panjang dalam pengembangan roket dan telah memiliki lisensi resmi dari Thales Belgium untuk memproduksi motor rocket berkaliber 70 mm.
Sejak tahun 1985, PTDI telah berhasil memproduksi dan mengirimkan lebih dari 43 ribu unit Folding Fin Aerial Rocket (FFAR) dan Wrap Around Fin Aerial Rocket (WAFAR) 70 mm dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai sekitar 20-40 persen, dimana untuk kapasitas produksinya sendiri mampu mencapai 10 ribu unit per tahun.
Sedangkan untuk warhead, PTDI telah berhasil memproduksi lebih dari 40 ribu unit dengan TKDN mencapai 60-85 persen, yang kapasitas produksinya mampu mencapai 5.000 unit per tahun.
Seluruh program pengembangan roket ini dilakukan di Kawasan Produksi 3, Tasikmalaya, yang telah ditetapkan sebagai Centre of Excellence untuk munisi roket udara kaliber 70 mm dan akan terus dikembangkan dengan teknologi terbaru seperti guided rocket, anti-drone warhead dan sistem sejenis lainnya.
Dalam hal sertifikasi, pada tahun 2019 PTDI memperoleh Military Air Weapon Type Certificate (TC) dari Indonesian Defence Airworthiness Authority (IDAA) untuk beberapa komponen strategis, seperti Smoke Warhead WD-703 dan Motor Rocket RD-7010, dimana pada tahun 2021 kembali memperoleh sertifikasi yang sama untuk Motor Rocket RD-702 dan Motor Rocket RD-701.
Sertifikasi ini menjadi bukti bahwa produk roket PTDI telah memenuhi standar keamanan dan kualitas, serta layak digunakan untuk mendukung TNI dalam menjaga kedaulatan negara.
Kebutuhan Alutsista Indonesia
Dilansir Liputan6, alutsista merupakan komponen vital dalam sistem pertahanan negara yang memiliki peran strategis dalam menjaga kedaulatan dan keamanan nasional.
Pengembangan alutsista yang kuat dan modern menjadi kebutuhan sekaligus tantangan bagi setiap negara di tengah dinamika geopolitik global yang terus berubah.
Diperlukan strategi komprehensif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk membangun kekuatan alutsista yang tangguh namun tetap memperhatikan aspek etika, hukum, dan kemanusiaan.
Dengan demikian, alutsista dapat menjadi instrumen efektif dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas, bukan sebaliknya memicu konflik dan perlombaan senjata yang kontraproduktif. Secara lebih spesifik, alutsista dapat didefinisikan sebagai:
• Peralatan persenjataan utama yang digunakan oleh militer
• Sistem senjata strategis dengan teknologi canggih
• Aset pertahanan vital yang menentukan kekuatan tempur
• Komponen utama dalam strategi pertahanan negara
• Alat utama untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional
Dengan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa alutsista bukan sekedar senjata biasa, melainkan sistem persenjataan strategis dengan teknologi tinggi yang menjadi andalan kekuatan militer suatu negara.