Patuhi Aturan OJK, Astra Agro Pamer Laporan Keberlanjutan

4 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta Di tengah prospek cerah emiten sektor crude palm oil (CPO), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang 2024.

Emiten perkebunan kelapa sawit ini membukukan pendapatan sebesar Rp 21,82 triliun, naik 5% secara tahunan (year-on-year), dengan laba bersih meningkat 9% dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp1,15 triliun.

Perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia sejak 1997 ini mengaitkan capaian tersebut dengan strategi efisiensi biaya, peningkatan operasional, serta inovasi dalam proses produksi. Seluruh strategi tersebut diterapkan dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Analis pasar modal sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana, menilai AALI sebagai emiten yang sudah matang di pasar saham.

“AALI bisa menjadi pilihan investor karena mampu menjaga performa bisnis dan akuntabilitas keuangan di tengah dinamika industri kelapa sawit,” ujarnya, Jumat (20/6/2025).

Laporan Keberlanjutan Jadi Tolak Ukur Komitmen Emiten

Keberlanjutan menjadi perhatian utama di tengah tuntutan pasar dan regulasi yang kian ketat. Hendra mengapresiasi konsistensi AALI dalam menerbitkan laporan keberlanjutan tahunan dan kuartalan secara terbuka, serupa dengan laporan keuangan perusahaan.

Menurutnya, penerbitan laporan ini membuat kinerja ESG (Environmental, Social, and Governance) AALI semakin terukur dan mendapat pengakuan dari berbagai institusi, baik di tingkat nasional maupun internasional. “Sustainability Report menjadi salah satu poin yang memberikan kepercayaan dari investor,” tegas Hendra.

Senada dengan itu, Guru Besar Hukum Universitas Islam Indonesia, Sri Wartini, menyatakan laporan keberlanjutan menjadi alat penting bagi publik dan investor untuk menilai komitmen sebuah perusahaan.

“Laporan tahunan dan keberlanjutan bisa menjadi acuan apakah perusahaan tersebut melakukan greenwashing atau tidak,” ujarnya.

Transparansi dan Kepatuhan Jadi Penopang Kepercayaan Publik

Sri Wartini menekankan bahwa perusahaan publik yang secara rutin menerbitkan laporan keberlanjutan menunjukkan komitmen pada transparansi. Hal ini penting karena publik dapat menilai sejauh mana kebijakan keberlanjutan, perlindungan hak masyarakat, dan tanggung jawab sosial dijalankan secara berkala.

Ia juga mengingatkan bahwa keterbukaan informasi keberlanjutan merupakan bagian dari kewajiban hukum yang diatur Otoritas Jasa Keuangan (OJK), termasuk bagi perusahaan di sektor kelapa sawit. “Pelaku usaha bisa mengacu pada tiga pilar utama keberlanjutan, yakni perlindungan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan sosial,” jelasnya.

AALI sendiri telah rutin menyampaikan laporan keberlanjutan sejak 2009, jauh sebelum OJK mewajibkannya melalui POJK 51/POJK.03/2017. Regulasi ini mempertegas pentingnya Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB), pelaporan keberlanjutan, serta pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL), dengan pengawasan yang diperkuat melalui SE OJK 16/SEOJK.04/2021.

Standar Global dan Aspirasi 2030 Perkuat Komitmen Lingkungan

Vice President Investor Relations and Public Affairs AALI, Fenny Sofyan, menjelaskan bahwa laporan keberlanjutan perusahaan disusun sesuai ketentuan OJK dan standar internasional Global Reporting Initiative (GRI). Standar ini menekankan prinsip-prinsip pelaporan seperti akurasi, keseimbangan, dan keterbandingan.

“Laporan ini menerapkan prinsip-prinsip pelaporan GRI, seperti kejelasan, kelengkapan, konteks keberlanjutan, ketepatan waktu, dan verifikasi,” terang Fenny.

Dalam laporannya, AALI juga mengungkapkan kebijakan yang menolak deforestasi, melindungi lahan gambut, dan menghormati HAM. Komitmen ini dituangkan dalam Astra Agro Sustainability Aspirations 2030 yang dirilis sejak 2022. Direktur Eksekutif Yayasan Ekologi Nusantara Lestari (EKONESIA), Azmi Sirajudin, menyebut langkah AALI sebagai contoh positif di industri. “Menurut kami itu sebuah langkah maju dan bisa menjadi contoh bagi perkebunan sawit lain,” ujarnya.

Prospek Emiten CPO

Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) saat ini diperkirakan sedang berada dalam fase uptrend jangka pendek. Sementara itu, untuk produksi minyak kelapa sawit diperkirakan akan meningkat hingga September setelah tumbuh selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Mei, didukung oleh cuaca yang menguntungkan dan upaya penanaman kembali yang terus berlangsung.

Namun, tekanan ke bawah sebagian teratasi oleh tanda-tanda permintaan ekspor yang kuat. Head of Research MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, dengan berada di dalam fase uptrend, kenaikan harga CPO akan memberikan efek positif ke beberapa emiten sawit.

“Saat ini untuk emiten-emiten CPO kami perkirakan dapat untuk investasi dalam jangka pendek terlebih dahulu, karena melihat pergerakannya dalam beberapa waktu belakangan ini cenderung konsolidasi,” kata Herditya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |