Menyelami Keindahan Curug Ciporolak di Jantung Lebak Banten

1 month ago 30

Liputan6.com, Jakarta - Di balik hijaunya perbukitan dan rimbunnya pepohonan yang menghampar di tanah Lebak Banten, tersimpan sebuah keajaiban alam yang bernama Curug Ciporolak.

Berada di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, curug ini seolah menjadi simfoni alam yang mengundang setiap pencinta ketenangan dan pesona alami untuk singgah dan menyelami keteduhan Wisata Banten. Nama Ciporolak sendiri mengandung makna filosofis dan unik, yang secara harfiah berarti reruntuhan atau berjatuhan.

Penamaan Curug Ciporolak bukan tanpa alasan, melainkan lahir dari fenomena alam di sekitar curug itu sendiri. Suara bebatuan kecil yang sering jatuh terbawa arus dari atas tebing dan menghantam batu lain di bawahnya, menciptakan dentingan alamiah yang khas, menjadi latar musik alami yang mengiringi setiap langkah wisatawan yang datang.

Dentuman ringan itu bukanlah kebisingan, melainkan nyanyian bumi yang mengingatkan kita akan kekuatan dan kelembutan alam dalam satu waktu. Menjelajahi kawasan Curug Ciporolak bukan sekadar tentang menyaksikan air terjun jatuh dari ketinggian, melainkan juga tentang menyelami atmosfer alami yang masih begitu terjaga.

Udara di sekitar curug begitu bersih, sejuk, dan membawa aroma khas dedaunan basah serta tanah lembap yang menyegarkan indera penciuman. Temperatur airnya yang berada pada kisaran 15 derajat Celsius menjadikan tempat ini sebagai pelarian yang sempurna dari panas dan hiruk-pikuk kehidupan perkotaan.

Setiap tetes airnya membawa kesegaran murni dari alam pegunungan, menjadikan siapapun yang merendam kaki atau sekadar mencipratkan air ke wajah akan langsung merasakan energi baru seakan dilepaskan dari rutinitas yang melelahkan.

Bagi pecinta fotografi atau konten kreator, Curug Ciporolak adalah surga visual paduan antara warna hijau dedaunan, bebatuan eksotis, dan air jernih yang terus mengalir menciptakan lanskap yang sangat memikat lensa kamera.

Lingkungan Asri

Namun, yang menjadikan Curug Ciporolak lebih istimewa bukan hanya lanskapnya, melainkan juga keasrian lingkungan yang masih dijaga dengan sangat baik oleh warga sekitar. Belum tercemar oleh geliat pembangunan berlebih, curug ini menawarkan pengalaman wisata alam yang otentik.

Di sinilah kamu bisa merasakan apa arti sebenarnya dari kata damai. Tak ada suara klakson, tak ada lampu kota yang menyilaukan, hanya desir angin, suara serangga, dan gemuruh air jatuh yang menyatu dalam harmoni alamiah.

Keaslian inilah yang menjadikan Curug Ciporolak layak dijadikan destinasi ekowisata yang tidak hanya memberi kesenangan, tetapi juga menyadarkan kita akan pentingnya menjaga warisan alam untuk generasi mendatang. Selain itu, keramahan warga lokal dan kesederhanaan fasilitas yang disediakan justru memperkuat nuansa kealamian yang ditawarkan tempat ini.

Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk menikmati keindahan yang begitu magis ini. Dengan hanya membayar Rp 20.000 per orang, kamu sudah bisa menikmati pengalaman menyatu dengan alam yang sangat menenangkan.

Biaya tersebut terasa sangat kecil jika dibandingkan dengan apa yang bisa kamu dapatkan dari kunjungan ini udara segar, pemandangan memukau, ketenangan batin, dan momen tak terlupakan. Bahkan, jika kamu beruntung, kamu bisa menyaksikan kabut tipis yang turun perlahan dari pepohonan tinggi ketika pagi menjelang atau sore mulai merapat.

Pemandangan tersebut seolah membalut curug ini dalam suasana magis yang hanya bisa dijelaskan dengan satu kata memukau. Curug Ciporolak bukan sekadar destinasi wisata biasa, ia adalah ruang kontemplatif yang mengundangmu untuk berhenti sejenak dari segala keramaian hidup dan mendengar bisikan alam yang paling murni.

Di tempat ini, kamu tidak hanya menemukan air yang mengalir, tetapi juga menemukan dirimu sendiri yang mungkin telah lama tenggelam dalam kebisingan dunia.

Jadi, jika suatu hari kamu merasa lelah, jenuh, atau ingin kembali merasakan sentuhan alam yang sebenarnya, melangkahlah ke sudut hening di Kabupaten Lebak ini.

Di sana, Curug Ciporolak akan menyambutmu dengan reruntuhan batu dan percikan air yang bercerita, bahwa keindahan sering kali lahir dari hal-hal yang jatuh dan berserakan dan justru di sanalah, suara kehidupan terasa paling jujur.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Foto Pilihan

Warga menyelamatkan sagu miliknya saat banjir menggenangi kawasan Kampung Cantiga, Petir, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, Selasa (8/7/2025). (merdeka.com/Arie Basuki)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |