Kisah Miris Perjalanan Mungky, Orang Utan Kalimantan yang Tak Bisa Pulang ke Hutan

5 days ago 18

Liputan6.com, Jakarta - Di balik hiruk-pikuk peradaban manusia, ada sebuah kisah mendalam tentang seorang penghuni hutan Kalimantan terpaksa meninggalkan habitat aslinya.

Mungky, individu orang utan jantan berusia 24 tahun, telah melalui perjalanan panjang dan penuh liku sejak diselamatkan dari tangan manusia di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada tahun 2014.

Namun, nasib membawanya ke tempat yang tak terduga: Pusat Suaka Orangutan (PSO) ARSARI di Kalimantan Timur.

Mungky bukan sekadar individu biasa. Ia adalah representasi dari kompleksitas upaya konservasi satwa liar di Indonesia.

Meski telah menjalani rehabilitasi selama lebih dari satu dekade di Yayasan Penyelamatan Orangutan Sintang (YPOS), perilaku agresifnya menetap membuatnya tidak memenuhi syarat untuk dilepasliarkan.

Kondisi ini menjadi cermin betapa sulitnya mengembalikan satwa liar yang telah lama bergantung pada manusia ke habitat alaminya.

Simak Video Pilihan Ini:

Hilang 4 Hari di Hutan Kedungurang Gumelar Banyumas, Kakek 78 Tahun Ditemukan Selamat

Awal Mula Kisah Mungky

Mungky pertama kali diselamatkan oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat dari masyarakat di Kabupaten Sanggau.

Saat itu, ia ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan—terpisah dari kelompoknya dan hidup dalam lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan biologisnya.

Setelah penyelamatan, Mungky dititiprawat di YPOS untuk menjalani rehabilitasi.

Namun, harapan agar ia dapat kembali ke alam liar perlahan memudar. Selama lebih dari 10 tahun, Mungky hidup bergantung pada manusia.

Ia tidak pernah benar-benar menjalani pembekalan kemampuan bertahan hidup di alam liar, seperti mencari makanan atau menghindari predator.

Bahkan, perilaku agresifnya yang berisiko tinggi membuatnya tidak mampu mengikuti program rehabilitasi dan sekolah hutan yang dirancang untuk mengembalikan orangutan ke habitat aslinya.

“Sejak awal, Mungky menunjukkan perilaku agresif tidak memungkinkan mengikuti program rehabilitasi,” kata Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat, Murlan Dameria Pane di Kota Pontianak Senin (26/5/2025).

“Translokasi ke PSO ARSARI merupakan solusi terbaik untuk memastikan kesejahteraannya,” Murlan Dameria Pane menambahkan.

Rumah Baru Orangutan Tak Terlepasliarkan

Pusat Suaka Orangutan (PSO) ARSARI adalah hasil kerja sama antara Yayasan ARSARI Djojohadikusumo dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur.

Fasilitas ini dirancang khusus untuk menampung orangutan jantan dewasa yang tidak dapat dilepasliarkan karena alasan kesehatan, perilaku, atau kondisi lainnya.

Salah satu area utamanya adalah Pulau Suaka Orangutan Kelawasan, yang memberikan lingkungan semi-liar bagi individu seperti Mungky.

Berbeda dengan penangkaran konvensional, PSO ARSARI memiliki sistem pengelolaan yang sesuai dengan prinsip kesejahteraan satwa.

Di sini, Mungky akan mendapatkan kesempatan untuk menjalani kehidupan yang mendekati habitat alaminya, meskipun tetap dalam pengawasan ketat tim medis dan ahli konservasi.

“Pulau Suaka Orangutan Kelawasan memberikan solusi alternatif bagi Mungky untuk menjalani kehidupan semi-liar dalam lingkungan mendukung kesejahteraannya,” Murlan Dameria Pane menjelaskan.

Perjalanan Panjang Menuju PSO ARSARI

Perjalanan Mungky menuju PSO ARSARI tidaklah mudah. Pada Jumat, 22 Mei 2025, pukul 20.00 WIB, ia diberangkatkan dari Sekolah Hutan Jerora di Sintang menggunakan kendaraan darat.

Selama sembilan jam, Mungky menempuh perjalanan menuju Bandara Supadio di Kubu Raya. Selama perjalanan, kondisi kesehatannya terus dipantau oleh tim medis YPOS.

Keesokan harinya, pada Sabtu, 23 Mei 2025, pukul 08.00 WIB, Mungky diterbangkan menuju Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan Kalimantan Timur.

Ia sempat transit selama empat jam di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kalimantan Timur.

Setibanya di Balikpapan, perjalanan dilanjutkan melalui darat menuju Pelabuhan ITCI, dan akhirnya tiba di PSO ARSARI pada pukul 21.59 WITA.

Sesampainya di lokasi, Mungky langsung menjalani observasi dan pemantauan lanjutan oleh tim medis untuk memastikan kondisi fisik dan mentalnya tetap stabil.

Proses ini penting untuk memastikan bahwa transisi Mungky ke lingkungan barunya berjalan lancar tanpa komplikasi.

Pada Sabtu, 24 Mei 2025, dilaksanakan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Satwa antara Balai KSDA Kalimantan Barat dan Balai KSDA Kalimantan Timur.

Dokumen ini menandai berakhirnya rangkaian kegiatan translokasi Mungky. Selanjutnya, penitipan satwa resmi diserahkan kepada PSO ARSARI untuk pengelolaan jangka panjang.

Kegiatan ini berjalan lancar berkat sinergi berbagai pihak, termasuk Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, BKSDA Kalimantan Barat, BKSDA Kalimantan Timur, YPOS, serta PSO ARSARI.

Kolaborasi ini menjadi contoh nyata bagaimana kerja sama lintas institusi dapat mendukung upaya pelestarian satwa liar endemik Kalimantan.

Refleksi Upaya Konservasi

Kisah Mungky menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi dalam upaya konservasi satwa liar di Indonesia.

Meski rehabilitasi sering dianggap sebagai solusi ideal, tidak semua individu dapat kembali ke habitat aslinya.

Beberapa faktor, seperti perilaku agresif, ketergantungan pada manusia, atau kondisi kesehatan tertentu, dapat menghalangi proses pelepasliaran.

Namun, keberadaan fasilitas seperti PSO ARSARI menunjukkan bahwa masih ada harapan bagi individu seperti Mungky.

Dengan pendekatan berbasis kesejahteraan satwa, PSO ARSARI memberikan solusi alternatif memungkinkan mereka menjalani kehidupan lebih layak dibandingkan jika mereka tetap berada dalam penangkaran konvensional.

Kisah Mungky adalah pengingat bagi kita semua tentang pentingnya melindungi habitat alami satwa liar.

Deforestasi, perdagangan ilegal, dan konflik manusia-satwa adalah beberapa faktor utama menyebabkan banyak individu orangutan seperti Mungky kehilangan rumah mereka.

Melalui upaya konservasi berkelanjutan, maka dapat memastikan generasi mendatang masih dapat menikmati keberadaan orangutan Kalimantan di habitat aslinya.

Bagi Mungky, perjalanan ini mungkin bukan akhir dari segalanya. Meski tidak dapat kembali ke hutan, ia kini memiliki rumah baru dirancang untuk memenuhi kebutuhannya.

Di Pulau Suaka Orangutan Kelawasan, ia akan menjalani kehidupan semi-liar yang memberikan kedamaian dan kesejahteraan.

Semoga kisahnya menjadi inspirasi bagi semua umat manusia untuk terus berjuang demi masa depan satwa liar di muka bumi ini.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |