Liputan6.com, Jakarta Kasus dugaan bullying (perundungan) terhadap siswi kelas 12 SMAN 9 Bandar Lampung berinisial MR menjadi sorotan luas. Pihak sekolah akhirnya buka suara untuk meluruskan sejumlah isu yang berkembang.
Kepala SMAN 9 Bandar Lampung Hayati Nufus mengatakan, sejak akhir Agustus hingga awal September pihaknya sudah melakukan pendekatan terhadap MR. Menurutnya, banyak informasi yang beredar di publik tidak sesuai fakta.
“Isu soal anak membawa barang-barang tidak pantas seperti testpack itu sama sekali tidak benar. Sekolah tidak pernah menemukan barang itu. Bahkan saat razia, yang kedapatan hanya perlengkapan make up,” kata Hayati, Selasa (17/09/2025).
Hayati menyebut, hasil investigasi internal sementara belum cukup menguatkan adanya tindakan perundungan. Meski begitu, pihak sekolah tetap berupaya mencari jalan terbaik agar MR bisa kembali bersekolah dengan tenang.
“Permintaan orang tua agar anak pindah kelas sudah kami setujui. Intinya kami ingin masalah ini selesai secara baik. Anak bisa kembali sekolah tanpa rasa takut," ungkapnya.
Pihak sekolah juga mengungkapkan komunikasi dengan keluarga korban sempat terputus pada awal September. Hal itu terjadi karena MR dikabarkan sempat kabur dari rumah dan tidak pulang selama tiga hari.
“Sejak pertengahan bulan, sekolah kembali berkoordinasi dengan pihak keluarga untuk memastikan kelanjutan pendidikannya,” jelas dia.
Saat ini, SMAN 9 Bandar Lampung masih menunggu hasil investigasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Lampung. Hayati menegaskan, pihak sekolah akan mengikuti setiap rekomendasi yang diberikan.
“Kami harap semua pihak bisa menahan diri dan menunggu hasil resmi. Sekolah tetap berkomitmen menjaga kenyamanan dan keamanan seluruh siswa,” pintanya.
Sebelumnya, kasus dugaan perundungan menimpa MR. Akibat kerap menjadi bahan ejekan, ia sudah dua pekan tidak masuk sekolah dan memilih mengurung diri di rumah orang tuanya di Kelurahan Sukamenanti Baru, Kecamatan Kedaton.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Bandar Lampung, Maryamah mengatakan, pihaknya turun tangan mendampingi korban. Dia bahkan membawa psikolog untuk memberikan penguatan mental kepada MR.
“Saya datang bersama psikolog. Semua yang dirasakan MR sudah mulai keluar. Rasa minder itu pasti ada, berbeda dengan teman-temannya. Karena itu, pendampingan psikolog sangat penting,” ujar Maryamah.
Maryamah melanjutkan, pendampingan yang diberikan saat ini baru langkah awal. Ke depan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dinas PPPA Provinsi Lampung untuk penanganan lebih lanjut, termasuk sosialisasi ke sekolah agar kasus serupa tidak terulang.
“Pendalaman kejiwaan akan dilakukan bertahap. Intinya, kami ingin MR tetap bersemangat untuk kembali sekolah,” tegasnya.
Maryamah berharap dukungan banyak pihak dapat membantu pemulihan mental MR. “Tidak semudah itu. Penguatan ini perlu dukungan semua pihak, baik keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar. Yang penting, MR harus tetap sekolah dan bisa menjadi orang hebat,” katanya.
Disdikbud Lampung Tindak Tegas jika Terbukti Ada Bullying
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Lampung memberikan penjelasan terkait dugaan kasus perundungan atau bullying yang dialami MR.
Kepala Disdikbud Provinsi Lampung, Thomas Amirico mengatakan, pihaknya langsung menurunkan tim ke rumah terduga korban. Kunjungan itu dilakukan tanpa melibatkan pihak maupun kepala sekolah untuk menjaga netralitas.
"Tujuannya agar korban merasa mendapatkan perlakuan adil. Dari hasil kunjungan, anak tersebut meminta pindah kelas dan baru bisa kembali sekolah besok. Permintaan ini sudah kami kabulkan," ujar Thomas dikonfirmasi.
Thomas menjelaskan, hingga kini tim Disdikbud masih mendalami keterangan terkait dugaan perundungan tersebut. Namun, belum ada bukti yang cukup kuat untuk memastikan MR benar-benar mengalami bullying.
"Apakah ini murni bullying atau ada faktor lain, kami belum bisa memastikan. Sampai saat ini fakta-fakta peristiwa belum lengkap karena tidak ada bukti berupa video maupun percakapan," jelas dia.
Meski begitu, langkah antisipasi tetap dilakukan dengan memindahkan kelas korban agar merasa lebih aman. "Tim juga masih melakukan pendalaman dengan menggali keterangan saksi-saksi," tambahnya.
Thomas menegaskan, jika nantinya ditemukan bukti adanya praktik perundungan, pihaknya tidak akan ragu mengambil tindakan tegas sesuai aturan yang berlaku.
“Intinya, kami ingin meluruskan fakta sambil tetap menjaga semua pihak, terutama peserta didik,” tegas dia.