Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang merosot pada perdagangan saham Senin, (1/9/2025). Sentimen internal terutama dari gejolak politik dalam negeri akan pengaruhi IHSG.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, jika IHSG konsisten diperdagangkan di bawah 7.750, potensi bearish consolidation terbuka lebar pada perdagangan saham awal pekan ini. Ia mengatakan, pergerakan IHSG akan dipengaruhi aksi demonstrasi yang terjadi beberapa hari ini.
"Secara teknikal, IHSG berpotensi breakdown dari batas ascending broadening wedge pattern mengingat Stochastics K_D dan RSI telah menunjukkan sinyal negatif,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Nafan menuturkan, IHSG akan bergerak di level support 7.736 & 7.668 dan level resistance 7.900 & 7.958 pada perdagangan Senin pekan ini.
"Kinerja IHSG pada September selama lima tahun terakhir rata-rata tergolong bearish. Namun, Oktober hingga Desember bisa tergolong bullish,” kata dia.
Sementara itu, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi prediksi IHSG bervariasi dengan kecenderungan melemah pada awal pekan ini.
Ia prediksi IHSG akan dipengaruhi beberapa sentimen. Pertama, peningkatan eskalasi instabilitas politik dalam negeri. “Kekhawatiran pada keyakinan investor akan cenderung menekan pasar,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Sentimen IHSG Lainnya
Oktavianus menuturkan, jika eskalasi terus meningkat tetapi jika pemerintah meredam dengan respons yang lebih persuasive dapat menurunkan dampak lebih luas. Selain itu, pernyataan Presiden Prabowo pada Minggu, 31 Agustus 2025, Oktavinus menilai dapat meredakan eskalasi yang terjadi.
"Meski demikian, kepercayaan pasar saat ini masih perlu dibangun khususnya melalui meredanya aksi demonstrasi di berbagai wilayah di Indonesia,” ujar dia.
Kedua, rilis data inflasi Indonesia pada Agustus 2025 yang diperkirakan naik 2,4% year on year dan rilis data S&P PMI Manufaktur yang diperkirakan masih di zona konstraksi sehingga cenderung akan direspons moderat oleh pasar.
“Meski demikian, kami melihat ruang positif dari sektor barang baku seiring dengan harga emas yang mencetak level tertinggi dalam sebulan terakhir atau di level USD 3.400 per toz dan juga defensive sektor,” kata dia.
IHSG Sepekan
Pada perdagangan Senin, 1 September 2025, ia menuturkan, IHSG akan bergerak di level support 7.745 dan resistance 7.920 dengan indikator MACD menunjukkan pelemahan tren. “Ini sejalan dengan RSDI yang alami penurunan setelah masuk di zona overbought” kata dia.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG selama sepekan akan rawan koreksi. IHSG akan bergerak di level support 7.978 dan level resistance 7.952.
Untuk sentimen IHSG, Herditya mengatakan dipicu dari rilis data neraca dagang dan inflasi Indonesia. “Investor nampaknya masih mencermati akan situasi dalam negeri,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Selain itu, pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan rilis data PMI China dan nonfarm payrolls (NFP) Amerika Serikat.
Penutupan IHSG pada 29 Agustus 2025
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Jumat, (29/8/2025) di tengah aksi demo. Namun, koreksi IHSG berkurang jelang akhir pekan ini.
Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup merosot 1,53% ke posisi 7.830,49. Indeks LQ45 terpangkas 1,78% ke posisi 797,11. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Jelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.913,86 dan terendah 7.765,59. Sebanyak 610 saham melemah sehingga bebani IHSG. 122 saham menguat dan 70 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 2.509.118 kali. Volume perdagangan saham 51,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 22,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap nilai tukar rupiah di kisaran 16.451.
Mayoritas sektor saham memerah kecuali sektor saham industri. Sektor saham industri naik 0,73%. Sektor saham consumer siklikal turun 3,05%, dan catat koreksi terbesar.
Sementara itu, sektor saham energi terpangkas 1,42%, sektor saham basic susut 1,58%, sektor saham consumer nonsiklikal turun 1,24%. Lalu sektor saham kesehatan turun 1,75%, sektor saham keuangan turun 1,45%, sektor saham properti susut 2,16%, sektor saham teknologi terpangkas 2,25%. Kemudian sektor saham infrastruktur melemah 2,27% dan sektor saham transportasi melemah 1,04%.