Horse Festival 2025 Dibuka, Wagub Jabar Dorong Percepatan Infrastruktur Pacuan Kuda Sumedang

4 hours ago 5

Liputan6.com, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan menyebutkan Cibogo Horse Festival 2025 menjadi momentum penting untuk membangkitkan semangat olahraga berkuda di Jawa Barat, sekaligus memperkuat posisi Kabupaten Sumedang sebagai salah satu pusat olahraga berkuda nasional.

Itu dikatakan oleh Erwan, saat membuka Kejuaraan Pacuan Kuda Cibogo Horse Festival 2025 di Gelanggang Pacuan Kuda Cibogo, Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Sabtu (28/6/2025).

"Gelanggang Pacuan Kuda Cibogo memiliki potensi besar untuk dikembangkan, tidak hanya untuk kegiatan lokal, tetapi juga sebagai arena kejuaraan tingkat provinsi bahkan nasional," ujar Erwan.

Erwan menilai seluruh infrastruktur pendukung pacuan kuda perlu segera dibenahi. Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) telah mengajukan permohonan ke Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jabar.

Erwan menjanjikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2026 dapat terkabul, minimal pelebaran jalan dan akses menuju gelanggang dapat segera direalisasikan.

"Apresiasi kepada seluruh panitia yang telah menyelenggarakan ajang olahraga bergengsi ini," kata Erwan.

Erwan optimistis dengan kolaborasi lintas sektor, percepatan pembangunan infrastruktur dapat diselesaikan dalam waktu empat bulan.

Hal ini penting agar gelanggang Cibogo siap digunakan untuk Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat 2025 yang dijadwalkan berlangsung pada November mendatang.

"Dengan kondisi saat ini, venue belum layak untuk menggelar event sebesar Porprov. Namun Insyaallah, dengan waktu efektif empat bulan, kita bisa menuntaskan minimal infrastruktur pendukung utama," jelas Erwan.

Harapan Kepada Pengurus Pordasi Sumedang

Pada waktu yang sama, digelar pula pelantikan pengurus Pordasi Kabupaten Sumedang. Dede Mulyadi ditetapkan sebagai Ketua Pordasi Kabupaten Sumedang.

Erwan menyampaikan keyakinannya bahwa di bawah kepemimpinan Dede, Pordasi Sumedang akan semakin solid dan mampu mencetak atlet-atlet berprestasi.

"Semoga di bawah kepemimpinan Kang Adi dan Pak Ono sebagai Ketua Pordasi Jawa Barat, organisasi ini semakin jaya dan membawa prestasi yang membanggakan," ucap Erwan.

Sebelumnya Dede Mulyadi pernah menyampaikan apresiasi kepada Ketua Pordasi Jawa Barat Ono Surono yang juga merupakan Anggota DPRD Jabar atas dukungannya terhadap pengembangan pacuan kuda di Sumedang.

“Mudah-mudahan pacuan kuda yang kita miliki ini, meskipun kebijakan berada di tingkat provinsi, tetap bisa menjadi aset berharga bagi Kabupaten Sumedang,” ujar Dede.

Dede menyoroti bahwa meskipun olahraga berkuda banyak diminati oleh komunitas dari kalangan menengah ke atas, dari sisi budaya, Sumedang memiliki warisan yang sangat besar dalam sejarah berkuda.

“Dari zaman leluhur, kita memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan kuda. Ini adalah warisan budaya yang bisa disinkronkan dengan kebudayaan yang ada di Kabupaten Sumedang,” sebut Dede.

Dede berharap semua pemangku kepentingan di Sumedang, baik pemerintah daerah, komunitas pecinta kuda, maupun masyarakat, dapat turut berperan aktif dalam mendorong dan mengembangkan pacuan kuda di Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari.

Sejarah Pordasi

Sejarah terbentuknya Pordasi usai bertranformasi sejak zaman kolonial Belanda di Indonesia, diawali dengan suatu eksebisi kejuaraan pacuan kuda di Bandung pada tanggal 9 Juni 1966.

Pertemuan yang dihadiri oleh pimpinan atau pengurus olahraga berkuda yang berlangsung dari tanggal 11-12 Juni 1966 di Bandung, berhasil membentuk suatu wadah tunggal organisasi olahraga berkuda yang diberi nama Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI).

Tugas utama para anggota Pengurus Pusat Pordasi hasil musyawarah I di Bandung itu ialah memperjuangkan pengesahan organisasi dari pemerintah, kemudian menyusun Anggaran Dasar dan Rumah Tangga serta Peraturan Perlombaan Pacuan Nasional yang garis-garis pokoknya disetujui dalam musyawarah.

Dalam usaha untuk lebih meningkatkan serta menarik minat para penggemar pacuan di Indonesia, pada tanggal 12-13 November 1966, untuk pertama kali diselenggarakan kejuaraan nasional pacuan kuda yang dihadiri para wakil daerah bertempat di lapangan Tanah Sareal, Bogor.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pengurus untuk membahas dan mengesahkan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga serta Peraturan Pacuan Kuda.

Pada pertemuan itu panitia memberitahukan bahwa pemerintah telah mengakui PORDASI sebagai satu-satunya induk organisasi olahraga berkuda di Indonesia.

Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Olahraga tanggal 28 Oktober 1966 no. 016/tahun 1966.

Hal lain yang menjadi kebanggaan bagi warga Pordasi ialah kesediaan Jenderal Soeharto (Presiden ke-2 RI), menjadi Pelindung Pordasi melalui surat Departemen Angkatan Darat tanggal 7 November 1966. Soeharto juga menyatakan kesediaannya namanya diabadikan pada piala bergilir bagi kuda juara Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda Pordasi.

Pada Kejuaraan Nasional I ini keluar sebagai pemenang dan berhasil merebut Piala Bergilir Soeharto adalah kuda kelas A bernama Diana milik Jenderal Soeharto.

Acara pacuan dimeriahkan dengan demonstrasi Lompat Rintangan (Show Jumping) oleh klub ketangkasan berkuda Sekardiu, Bandung. Demonstrasi lompat berkuda itu baru pertama kali ditampilkan.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |