Liputan6.com, Jakarta PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel, perusahaan pertambangan dan pengolahan bijih nikel terintegrasi dan berkelanjutan mengumumkan kinerja perusahaan sepanjang semester I 2025.
Harita Nickel, yang saat ini tengah menyelesaikan sejumlah proyek konstruksi sekaligus melanjutkan upaya efisiensi perusahaan, telah mengumumkan kinerja keuangan semester I 2025 yang menunjukkan hasil positif baik dari sisi finansial maupun operasional.
Melansir laporan keuangan Perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada paruh pertama tahun 2025, perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp 14,10 triliun.
Capaian ini didorong oleh peningkatan output produksi dan volume penjualan di seluruh lini penambangan dan pengolahan, termasuk tambahan kapasitas dari sebagian proyek konstruksi yang telah selesai dan mulai beroperasi, meskipun diimbangi oleh penurunan harga komoditas nikel. Dengan capaian ini, Perseroan berhasil mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 5,25 triliun.
Kapasitas produksi terus berkembang seiring bertambahnya kapasitas smelter RKEF. Aktivitas penambangan juga mencatat kenaikan penjualan bijih nikel secara kuartalan, sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pasokan bagi smelter dan fasilitas pemurnian di anak usaha Harita Nickel. Volume penjualan bijih nikel mencapai 12,36 juta wmt, didorong oleh permintaan internal dari unit-unit pengolahan yang mengandalkan pasokan langsung dari tambang.
Segmen Hilir
Pada segmen hilir, operasi RKEF mencatat jumlah penjualan FeNi sebesar 84.817 ton kandungan nikel yang ditopang oleh penambahan empat line RKEF yang mulai beroperasi sejak awal tahun. Operasi HPAL juga mencatat penjualan MHP dan NiSO₄ sebesar 65.310 ton.
Head of Investor Relations Harita Nickel, Lukito Gozali mengatakan sebagai perusahaan nikel yang terintegrasi, Perseroan terus mengedepankan efisiensi operasional untuk memperkuat fundamental bisnis dan menjaga kinerja finansial yang berkelanjutan.
“Struktur usaha yang terintegrasi memungkinkan kami mengendalikan biaya secara lebih efektif, meningkatkan produktivitas, serta mengoptimalkan rantai pasok,” ujar Lukito dalam keterangan resmi, Jumat (1/8/2025).
Lukito menambahkan, dengan pendekatan ini, Perseroan tidak hanya menciptakan nilai tambah dari sisi operasional, tetapi juga memastikan ketahanan dan daya saing perusahaan di tengah dinamika pasar global.
Pasar Nikel Lesu, Ini Target Harita Nickel pada 2025
PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel menargetkan kenaikan pendapatan dan laba bersih pada 2025 meski menghadapi tantangan dari tren penurunan harga nikel global.
Manajemen mengandalkan pertumbuhan dari sisi operasional yang diperkirakan akan menopang kinerja keuangan perseroan secara keseluruhan.
Direktur Keuangan di Harita Nickel, Suparsin mengatakan, peningkatan kinerja operasional akan menjadi penopang utama. Salah satu pendorongnya adalah meningkatnya aktivitas produksi dari lini pertambangan bijih nikel, terutama karena salah satu anak usaha, PT Gane Permai Sentosa (GTS), mulai berproduksi secara komersial pada tahun ini.
"Secara umum untuk pendapatan dan laba, manajemen berharap akan mengalami peningkatan, terutama disebabkan karena dari kinerja operasional," ujar Suparsin dalam paparan publik perseroan, Rabu (18/6/2025).
Produksi Nikel Meningkat, Tambahan Pasokan dari PT GTS
Dari sisi produksi, NCKL menargetkan peningkatan output bijih nikel pada tahun ini. Kenaikan tersebut berasal dari mulai beroperasinya PT Gane Permai Sentosa (GTS) sebagai kontributor baru dalam ekosistem pertambangan grup Harita Nickel. Produksi nikel yang meningkat ini akan didistribusikan ke berbagai lini pengolahan dalam grup.
Seluruh produksi bijih nikel akan disalurkan ke fasilitas smelter milik entitas anak, yakni PT Megah Surya Pertiwi (MSP) dan PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF). Kedua perusahaan ini mengoperasikan smelter nikel berteknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF), yang saat ini telah mencapai kapasitas produksi maksimal.
"Di tahun ini dari sektor pertambangan biji nikel kami akan meningkatkan produksi karena ada satu anak perusahaan yaitu PT GTS yang sudah mulai berproduksi," kata Suparsin.