Dovish The Fed dan BI Bisa Dorong Kembali Dana Asing ke IHSG

1 month ago 36

Liputan6.com, Jakarta Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai tengah berfluktuasi karena sejumlah faktor domestik dan global. Vice President Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, mengatakan reshuffle kabinet pemerintah menjadi salah satu pemicu kekhawatiran pasar terkait stabilitas dan keberlanjutan kebijakan fiskal. 

Kondisi ini mendorong investor asing mencatatkan aksi keluar dana sekitar Rp 5 triliun setelah reshuffle berlangsung. Ia menambahkan, pemindahan dana mengendap Rp 200 triliun di Bank Indonesia (BI) turut memengaruhi dinamika pasar. 

Langkah ini, menurutnya, dapat meningkatkan likuiditas, menekan biaya dana (cost of fund), serta membuka peluang percepatan realisasi proyek-proyek pemerintah melalui APBN.

“Selain itu, sikap dovish bank sentral Amerika Serikat (The Fed) membuka peluang pemangkasan FFR hingga 50 basis poin sampai akhir 2025. Hal ini mendorong peralihan investasi ke aset berisiko tinggi dengan potensi imbal hasil lebih besar,” ujar Oktavianus kepada Liputan6.com, Selasa (16/9/2025 

Oktavianus menyebutkan keputusan BI rate dan kebijakan suku bunga The Fed (FFR) menjadi faktor yang akan memengaruhi pasar. Ia menjelaskan meski BI rate diperkirakan tetap di level 5%, pasar akan memperhatikan arah kebijakan selanjutnya. Ia menilai, jika peluang penurunan suku bunga tetap terbuka, kondisi tersebut dapat menjadi sentimen positif bagi IHSG.

“Pemangkasan FFR yang diperkirakan turun 25 basis poin ke level 4,25% juga bisa membuka ruang bagi BI untuk kembali dovish dan mendorong potensi masuknya dana asing ke pasar saham,” pungkasnya.

IHSG Diperkirakan Bergerak di 7.905–7.975 Hari Ini

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memperpanjang reli pada perdagangan Senin (15/9/2025) dengan kenaikan signifikan. IHSG ditutup menguat 83,05 poin atau 1,06% ke level 7.937,11. 

Pergerakan positif ini sejalan dengan kenaikan indeks LQ45 sebesar 0,48% ke 808,58. Optimisme pasar tercermin dari dominasi 470 saham yang menguat, jauh melampaui 209 saham melemah dan 126 stagnan. Aktivitas transaksi juga tercatat tinggi, dengan volume mencapai 33,54 miliar saham senilai Rp16,78 triliun, termasuk Rp 1,88 triliun dari pasar negosiasi.

Analis sekaligus founder Republik Investor, Hendra Wardana, mengatakan momentum positif IHSG berpotensi berlanjut pada perdagangan Selasa (16/9/2025). 

“Dengan dukungan dana asing dan kondisi pasar global yang kondusif, IHSG diperkirakan bergerak pada level support 7.930–7.905 dan resistance 7.950–7.975, dengan saham-saham seperti BRMS, EMTK, BRPT, dan BKSL yang patut dicermati,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (16/9/2025).

Hendra menilai aliran dana asing dan momentum positif pasar menjadi faktor penting penguatan IHSG. Menurutnya, dukungan aliran dana asing yang mencapai net buy Rp 978 miliar memberikan dorongan signifikan bagi pergerakan IHSG, terutama pada saham-saham unggulan seperti BBCA, TLKM, AMMN, dan BRPT.

“Saham-saham populer turut mendominasi perdagangan. BBCA menguat 1,26% ke Rp 8.025 dengan nilai transaksi terbesar, diikuti BMRI dan TLKM. Saham BRMS melonjak 8,82% ke Rp 555 dengan nilai beli asing mencapai Rp 308 miliar, menjadi salah satu favorit investor asing,” jelasnya.

Dari Sisi Sektor dan Makro

Dari sisi sektor, infrastruktur (+2,34%), energi (+2,11%), dan teknologi (+2,20%) menjadi motor penggerak, disusul sektor bahan baku (+1,53%).

Dari sisi makro, rupiah bergerak stabil meski melemah tipis. Bank Indonesia menetapkan kurs JISDOR di Rp 16.405 per dolar AS, turun 14 poin dari posisi sebelumnya. 

BI juga merilis data utang luar negeri Indonesia per Juli 2025 yang mencapai USD 432,5 miliar, turun dari bulan sebelumnya tetapi tumbuh 4,1% secara tahunan, melambat dibandingkan pertumbuhan 6,3% yoy pada Juni.

Sementara itu, bursa Asia mayoritas melanjutkan tren penguatan, dengan Korea Selatan mencetak rekor tertinggi dan China bertahan di dekat puncak satu dekade. 

Bursa Eropa dibuka menguat tipis menjelang keputusan kebijakan moneter The Fed dan Bank of England. Harga minyak dunia kembali naik karena kekhawatiran gangguan pasokan dari Rusia, sementara emas terkoreksi tipis.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |