Saham BYD Anjlok, Investor Ragu di Tengah Perang Harga Mobil Listrik

10 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Produsen mobil listrik asal China, BYD Co., sedang berjuang mengembalikan kepercayaan investor setelah aksi jual saham senilai USD 45 miliar atau kurang lebih Rp 739 triliun memicu kekhawatiran baru. Saham BYD yang diperdagangkan di Hong Kong sudah turun lebih dari 30% sejak mencapai rekor tertinggi empat bulan lalu.

Dikutip dari Yahoo Finance, Senin (15/9/2025), penurunan ini bahkan lebih tajam dibanding pesaingnya seperti Geely dan Leapmotor. Rekomendasi jual dari analis terhadap BYD kini berada di level tertinggi sejak 2022.

Investor mulai mempertanyakan strategi agresif BYD yang gencar memberikan diskon besar-besaran untuk merebut pangsa pasar. Pemerintah China sendiri semakin keras menekan praktik "involusi" atau persaingan berlebihan yang dianggap merusak industri dan mendorong deflasi.

“Investor masih punya pandangan positif untuk jangka panjang, tapi strategi BYD jelas membebani pendapatan dan margin dalam jangka pendek,” ujar Kepala Ekuitas Asia Financiere de L’Echiquier Kevin Net.

Dampak perang harga terlihat jelas pada laporan keuangan BYD. Laba kuartal kedua 2025 turun 30%, penurunan pertama dalam lebih dari tiga tahun.

Target Tinggi, Produk Menua

BYD kini menargetkan pengiriman 4,6 juta kendaraan tahun ini, lebih rendah dari target awal 5,5 juta unit. Agar bisa tercapai, perusahaan harus menjual sekitar 1,7 juta unit hanya dalam empat bulan terakhir — tugas berat mengingat produk lama makin kehilangan daya tarik.

Peluncuran model baru baru akan dimulai pada kuartal I/2026, yang diprediksi menjadi katalis penting untuk mengangkat kinerja saham.

“Tidak ada produsen yang bisa terus mengandalkan produk lama selamanya, bahkan BYD pun tidak,” ujar Kepala Riset Industri China CLSA Hong Kong Xiao Feng.

Harapan dari Pasar Global

Meski menghadapi tantangan domestik, BYD mencatat kemajuan pesat di luar negeri. Penjualan globalnya diperkirakan menembus 900 ribu–1 juta unit pada 2025, melampaui target awal 800 ribu unit.

Dari sisi valuasi, saham BYD kini diperdagangkan pada 17 kali estimasi laba ke depan, lebih murah dibanding rata-rata tiga tahun terakhir yang mencapai 20 kali. Lonjakan aktivitas opsi yang menyentuh rekor 600 ribu kontrak juga menunjukkan pasar masih aktif berspekulasi.

Para analis menilai, semua mata kini tertuju pada peluncuran produk baru BYD. Fitur seperti sistem kemudi otonom God’s Eye, baterai yang lebih kuat, serta jangkauan lebih jauh diharapkan bisa memulihkan sentimen pasar.

“Jika BYD bisa tampil sebagai pemimpin teknologi, bukan sekadar produsen mobil murah, persepsi investor bisa berubah. Itu akan membuka peluang revaluasi saham meskipun tekanan laba masih ada dalam jangka pendek,” kata Gary Tan, Manajer Investasi Allspring Global Investments.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |