MAP Catat Laba Bersih Rp 1,7 Triliun hingga September 2025  

6 days ago 15

Liputan6.com, Jakarta PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) melaporkan kenaikan laba bersih pada periode sembilan bulan pertama tahun 2025 sebesar Rp 1,7 triliun, mencerminkan pertumbuhan kinerja yang stabil di tengah tantangan ekonomi. 

Melansir laporan keuangan Perseroan, pendapatan bersih MAP naik 8,8% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 30 triliun. Laba kotor meningkat dari Rp 11,8 triliun menjadi Rp12,7 triliun, sementara laba usaha tercatat sebesar Rp2,5 triliun dan EBITDA mencapai Rp 3,4 triliun.

Dari sisi neraca, total aset MAP per 30 September 2025 mencapai Rp 30,84 triliun, naik dibandingkan akhir 2024 yang sebesar Rp 29,53 triliun. Liabilitas turun menjadi Rp 14,63 triliun dari sebelumnya Rp 15,07 triliun, sedangkan ekuitas meningkat menjadi Rp 16,21 triliun dari Rp 14,45 triliun. Kas dan setara kas per akhir September 2025 tercatat Rp 3,5 triliun.

VP Investor Relations, Corporate Communications, and Sustainability MAP Group,  Ratih D. Gianda mengatakan Perseroan menutup kuartal ini dengan pertumbuhan positif pada top-line dan bottom-line, mencerminkan relevansi brand MAP yang terus berlanjut.

“Di saat yang sama, kami terus fokus pada peningkatan efisiensi operasional di seluruh lini Perusahaan, termasuk inventory management dan back-end process,” ujar nya dalam keterangan resmi.

Adapun pada kuartal ketiga 2025, pendapatan bersih perusahaan tumbuh 8,9% YoY menjadi Rp 10,5 triliun, dengan laba kotor mencapai Rp 4,3 triliun dari sebelumnya Rp 4 triliun. Laba usaha naik 12% menjadi Rp 864 miliar, sementara laba bersih pada kuartal tersebut tercatat Rp 558 miliar.

The Fed Pangkas Suku Bunga, IHSG Berpeluang Tembus 8.300

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%–4,00% pada pertemuan Oktober. Langkah ini menandai penurunan kedua berturut-turut dalam siklus pelonggaran kebijakan saat ini.

Keputusan yang disetujui dengan suara 10 banding 2 itu mencerminkan perbedaan pandangan di antara anggota FOMC. Sebagian masih menilai tekanan inflasi harus diwaspadai, sementara yang lain menilai kebijakan longgar dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS), Helmy Kristanto, menilai keputusan The Fed menjadi sinyal penting bahwa fase pengetatan moneter global mulai berakhir.

“Pemangkasan suku bunga The Fed menunjukkan arah kebijakan yang lebih seimbang. Likuiditas global berpotensi membaik, memberi ruang bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk menjaga stabilitas tanpa tekanan suku bunga tinggi,” ujar Helmy jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (3/11/2025).

BRIDS juga memperkirakan langkah The Fed menghentikan pengurangan neraca keuangan (balance sheet runoff) mulai 1 Desember 2025 akan memperkuat sinyal pelonggaran likuiditas global.

Pasar Indonesia Diuntungkan, Arus Modal Asing Mulai Masuk Lagi

Kebijakan pelonggaran The Fed diperkirakan dapat mempercepat aliran dana masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan imbal hasil aset dan prospek ekonomi yang menarik, pasar keuangan Indonesia dinilai berada dalam posisi yang menguntungkan.

“Sentimen pasar mulai berbalik positif seiring turunnya suku bunga global. Dengan inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan ruang kebijakan yang masih luas, Indonesia memiliki daya tahan kuat dibanding negara lain di kawasan,” jelas Helmy Kristanto.

Menurut data BRIDS, minat investor asing terhadap pasar Indonesia mulai meningkat. Arus dana asing tercatat mencapai net buy Rp545 miliar pada sesi pertama perdagangan 30 Oktober 2025, menandakan pulihnya kepercayaan terhadap prospek pasar domestik.

Pasar Indonesia Diuntungkan, Arus Modal Asing Mulai Masuk Lagi

Kebijakan pelonggaran The Fed diperkirakan dapat mempercepat aliran dana masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan imbal hasil aset dan prospek ekonomi yang menarik, pasar keuangan Indonesia dinilai berada dalam posisi yang menguntungkan.

“Sentimen pasar mulai berbalik positif seiring turunnya suku bunga global. Dengan inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi yang stabil, dan ruang kebijakan yang masih luas, Indonesia memiliki daya tahan kuat dibanding negara lain di kawasan,” jelas Helmy Kristanto.

Menurut data BRIDS, minat investor asing terhadap pasar Indonesia mulai meningkat. Arus dana asing tercatat mencapai net buy Rp545 miliar pada sesi pertama perdagangan 30 Oktober 2025, menandakan pulihnya kepercayaan terhadap prospek pasar domestik.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |