MTEL Buyback Saham Rp 1 Triliun dan Tunjuk Komisaris Independen Baru

2 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) menyetujui rencana pembelian kembali saham (buyback) dengan alokasi dana maksimal sebesar Rp 1 triliun serta menetapkan perubahan pada susunan Dewan Komisaris Perseroan.

Dalam rapat tersebut, para pemegang saham Persetujuan buyback saham dengan nilai hingga Rp1 triliun ini akan berlaku paling lama 12 bulan sejak keputusan disahkan.

Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, menyampaikan apresiasi atas dukungan para pemegang saham dan optimisme terhadap langkah strategis yang diambil.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemegang saham atas kepercayaan dan persetujuan yang diberikan. Buyback saham ini merupakan wujud komitmen Perseroan dalam upaya memberikan nilai jangka panjang yang optimal bagi investor," kata dia, Rabu (17/9/2025).

"Sementara itu, penyegaran pada jajaran komisaris kami yakini akan memperkuat tata kelola perusahaan serta mendorong sinergi yang lebih baik antara manajemen dan dewan komisaris dalam merealisasikan strategi pertumbuhan Mitratel di masa mendatang,” lanjut dia.

Susunan Komisaris

Selain itu, dilakukan penunjukkan Komisaris Independen, Ibnu Sulistyo Riza Pradipto, yang memiliki pengalaman dalam memimpin berbagai usaha yang mendorong inovasi, pertumbuhan, pemberdayaan dan komunitas

Berikut susunan Dewan Komisaris terbaru Mitratel:

  • Komisaris Utama Fadli Tri Hartono
  • Komisaris Independen Gunawan Susanto
  • Komisaris Independen Ibnu Sulistyo Riza Pradipto
  • Komisaris Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka
  • Komisaris Mira Tayyiba
  • Komisaris Faisal Amir Masduki

Lebih lanjut, Theodorus menegaskan bahwa keputusan RUPSLB ini juga menjadi momentum untuk menegaskan pencapaian Mitratel dalam beberapa tahun terakhir. Perseroan berhasil memperluas portofolio menara hingga lebih dari 39 ribu menara yang tersebar di seluruh Indonesia, menjadikan Mitratel sebagai perusahaan menara telekomunikasi dengan portofolio terbesar di Asia Tenggara. Perseroan juga mencatat pertumbuhan pendapatan, didukung kontrak jangka panjang dengan operator telekomunikasi utama di Indonesia.

MTEL Bakal Buyback Saham, Rogoh Kocek Rp 1 Triliun

Sebelumnya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan nilai maksimal Rp 1 triliun. Aksi korporasi ini akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 16 September 2025.

Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/8/2025), buyback saham direncanakan tidak melebihi 4,12% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Masa pelaksanaan buyback akan berlangsung paling lama 12 bulan setelah mendapat persetujuan RUPSLB.

Manajemen Mitratel menyebut langkah ini dilakukan untuk menjaga stabilitas harga saham agar mencerminkan nilai dan kinerja perusahaan. Selain itu, perseroan juga ingin mengoptimalkan kas internal guna memberikan imbal hasil lebih baik kepada pemegang saham.

“Pembelian kembali saham diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada investor atas nilai saham sesuai fundamental perseroan,” tulis manajemen dalam keterbukaan informasi.

Tak Berdampak Negatif

Perseroan menegaskan, buyback saham ini tidak akan memberikan dampak negatif signifikan terhadap kegiatan usaha maupun kondisi keuangan. Mitratel memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk mendukung operasional serta pengembangan bisnis, di samping aksi pembelian kembali saham.

Sumber dana yang digunakan untuk buyback seluruhnya berasal dari kas internal perseroan. Transaksi akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui satu anggota bursa yang ditunjuk, dengan harga pembelian maksimal sama atau lebih rendah dari harga transaksi terakhir.

Berdasarkan proforma laporan keuangan konsolidasian per 31 Desember 2024, aksi buyback akan menurunkan total aset Mitratel menjadi Rp 57,14 triliun dari sebelumnya Rp 58,14 triliun.

Ekuitas juga turun menjadi Rp 32,39 triliun dari Rp 33,38 triliun. Meski demikian, laba per saham (earnings per share/EPS) justru naik menjadi Rp 26,37 per saham dari Rp 25,85 per saham.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |