Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan, Rabu (15/10/2025).
Mengutip data RTI, saham BBCA hari ini pada sesi pertama ditutup naik 0,69% ke posisi Rp 7.300 per saham. Harga saham BBCA dibuka stagnan di posisi Rp 7.250 per saham. Harga saham BBCA berada di level tertinggi Rp 7.350 dan level terendah Rp 7.225 per saham. Total frekuensi perdagangan 22.464 kali dengan volume perdagangan 650.933 saham. Nilai transaksi Rp 473,7 miliar.
Sementara itu, pada sesi pertama, IHSG ditutup turun 0,40% ke posisi 8.034,64. Indeks LQ45 merosot 0,04% ke posisi 771,56. Sebagian besar indeks saham acuan memerah.
Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 8.132,52 dan level terendah 7.936,37. Sebanyak 441 saham melemah sehingga bebani IHSG. 234 saham menguat dan 128 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.625.545 kali dengan volume perdagangan 19,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.565.
Presiden Komisaris BCA Beli Saham BBCA
Presiden Komisaris PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) Jahja Setiaatmadja membeli saham BBCA pada 1 September 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (2/9/2025), Presiden Komisaris BCA, Jahja Setiaatmadja membeli 62.500 saham BBCA dengan harga Rp 7.975 per saham. Nilai transaksi pembelian saham BBCA tersebut sebesar Rp 498,43 juta.
“Tujuan transaksi investasi, dengan status kepemilikan saham langsung,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Bank Central Asia Tbk, I Ketut Alam Wangsawijaya dalam keterbukaan informasi BEI.
Setelah transaksi pembelian saham BBCA, Jahja genggam 34.867.644 saham BBCA atau setara 0,03%. Sebelumnya ia memiliki 34.805.144 saham BBCA.
Kinerja Semester I 2025
Sebelumnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 8% secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi Rp29 triliun pada semester I-2025.
"Kinerja laba bersih BCA dan Entitas Anak tumbuh 8% year on year, menjadi Rp 29 triliun pada semester I-2025," kata Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, dalam konferensi pers paparan Kinerja Semesetr I-2025, Rabu, 30 Juli 2025.
Lebih lanjut, Hendra menyatakan bahwa pertumbuhan laba bersih tersebut merupakan hasil dari strategi penyaluran kredit yang selektif dan prudent, disertai manajemen risiko yang disiplin.
Kontribusi terbesar terhadap laba berasal dari peningkatan pendapatan bunga bersih, seiring dengan pertumbuhan kredit di seluruh segmen. Total penyaluran kredit BCA per Juni 2025 mencapai Rp 959 triliun atau tumbuh 12,9% yoy.
"PT Bank Sentral Asia TBK, BBCA dan Entitas Anak membukukan pertumbuhan kredit sebesar 12,9% secara tahunan year on year, menjadi Rp 959 triliun per Juni 2025," ujarnya.
Selain itu, efisiensi operasional dan peningkatan transaksi digital juga ikut menopang profitabilitas perusahaan. Hal ini memperkuat posisi BCA sebagai salah satu bank dengan kinerja terbaik di industri perbankan nasional.
Kredit BCA
Hendra menyampaikan, pertumbuhan laba bersih BCA tak lepas dari performa positif di lini pembiayaan. Kredit korporasi tumbuh 16,1% yoy menjadi Rp 451,8 triliun, disusul kredit komersial yang naik 12,6% menjadi Rp 143,6 triliun. Kredit UKM juga mencatatkan pertumbuhan 11,1% menjadi Rp127 triliun.
Di sisi konsumer, KPR masih menjadi penopang utama dengan kenaikan 8,4% menjadi Rp 137,6 triliun. Kredit kendaraan bermotor (KKB) juga naik 5,2% menjadi Rp 65,4 triliun. Secara keseluruhan, kredit konsumer tumbuh 7,6% yoy hingga mencapai Rp 226,4 triliun.
"Outstanding pinjaman konsumer lainnya yang sebagian besar adalah kartu kredit, tumbuh 9,4% year on year, mencapai Rp 23,4 triliun. Kualitas pinjaman BCA terjaga solid, tercermin dari rasio Loan at Risk atau LAR 5,7% pada semester I-2025, membaik dari 6,4% pada tahun sebelumnya," ujarnya.
DPK BCA
Selain dari sisi kredit, kinerja BCA juga ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai Rp1.190 triliun per Juni 2025, naik 5,7% yoy. Komposisi dana murah (giro dan tabungan/CASA) masih mendominasi, yakni sebesar 82,5% dari total DPK, naik 7,3% menjadi Rp 982 triliun.
"Total dana pihak ketiga, DPK naik 5,7% year on year, menyentuh Rp1,190 triliun per Juni 2025. Dana giro dan tabungan CASA secara konsolidasi berkontribusi sekitar 82,5%, dari total DPK tumbuh 7,3% mencapai Rp 982 triliun," ujarnya.
Dari sisi digitalisasi, BCA juga mencatat pertumbuhan volume transaksi yang signifikan. Total frekuensi transaksi yang diproses naik 17% yoy dan meningkat 3,5 kali lipat dalam lima tahun terakhir, didorong oleh transaksi melalui mobile banking dan internet banking yang naik 19%.