Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Belanda telah mengambilalih kendali produsen chip komputer milik China, Nexperia. Hal ini meningkatkan ketegangan dengan China di tengah memanasnya perebutan hak kekayaan intelektual secara global terutama di seputar semikondutor.
Mengutip laman CNN, Rabu (15/10/2025), pemerintah Belanda mengatakan pada Minggu malam kalau melakukan intervensi di Nexperia yang berkantor pusat di Belanda, yang memproduksi cip untuk mobil dan barang elektronik konsumen.
Pemerintah menyebutkan kekhawatiran tentang kemungkinan transfer teknologi ke perusahaan induk Nexperia di China, Wingtech.
Belanda memakai wewenang yang belum pernah dipakai sebelumnya berdasarkan undang-undang Belanda yang dikenal sebagai “Availability of Goods Act” atau UU ketersediaan barang. Keputusan itu menyebabkan penurunan 10% saham Wingtech di Shanghai pada Senin pekan ini.
Pemerintah Belanda tidak akan mengambil alih kepemilikan Nexperia, tetapi kini memiliki wewenang untuk membatalkan atau memblokir keputusan manajemen yang dianggap merugikan.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meningkatkan tekanan terhadap perusahaan teknologi China sebagai bagian dari perang dagang yang lebih luas yang membuatnya mengancam tarif 100% atas ekspor China pekan lalu.
AS dan Belanda biasanya bekerja sama erat dalam pengendalian ekspor industri cip komputer. Namun, seorang juru bicara Kementerian Ekonomi Belanda mengatakan tidak ada keterlibatan AS dalam keputusannya terkait Nexperia dan waktunya “hanya kebetulan”.
Bulan lalu, Washington memperluas daftar perusahaan yang masuk daftar hitam yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional dengan memasukkan anak perusahaan.
Induk Usaha Nexperia Masuk Dalam Daftar Entitas AS
Wingtech telah dimasukkan ke dalam “daftar entitas” AS pada Desember 2024 karena dugaan perannya dalam membantu upaya pemerintah China untuk mengakuisisi entitas dengan kemampuan manufaktur semikonduktor yang sensitif.
Nexperia yang 100% sahamnya dimiliki oleh Wingtech mengatakan akan mematuhi aturan AS meskpun mereka mengatakan operasinya tetap berada di luar jangkauan induknya di China.
Wingtech juga menuduh para eksekutif Nexperia non-Tiongkok telah mencoba mengubah struktur ekuitas perusahaan secara paksa melalui proses hukum dalam "perebutan kekuasaan terselubung" terhadap perusahaan.
Wingtech mengatakan dalam sebuah pernyataan mereka sedang berkonsultasi dengan pengacara dan mencari dukungan pemerintah untuk "melindungi hak dan kepentingan perusahaan yang sah."
Nexperia Sebut Telah Patuhi Aturan
Nexperia, yang dibeli Wingtech seharga USD 3,63 miliar atau Rp 60,19 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.583) pada 2018, menyatakan telah mematuhi semua hukum dan peraturan yang relevan.
Pemerintah Belanda menyebutkan isu-isu seputar pengetahuan teknologi krusial tanpa pemberikan penjelasan lebih lanjut.
"Hilangnya kemampuan ini dapat menimbulkan risiko bagi keamanan ekonomi Belanda dan Eropa," katanya.
Nexperia adalah salah satu produsen cip komputer sederhana terbesar di dunia seperti dioda dan transistor, meskipun juga mengembangkan teknologi yang lebih canggih seperti semikonduktor "celah lebar" yang digunakan dalam pengaturan kelistrikan dan bermanfaat untuk mobil listrik, pengisi daya, dan pusat data kecerdasan buatan.
Induk Nexperia Pernah Berselisih dengan Inggris
Wingtech mengatakan dalam sebuah pengajuan ke bursa saham Shanghai pada Senin kendalinya atas Nexperia akan dibatasi sementara karena perintah dan putusan pengadilan Belanda, yang memengaruhi pengambilan keputusan dan efisiensi operasional.
Wingtech mengatakan, Chairman Zhang Xuezheng, diskors dari dewan direksi Nexperia berdasarkan perintah pengadilan Amsterdam pada 6 Oktober, dan seorang independen non-Tiongkok dengan "hak suara penentu" akan ditunjuk untuk menggantikannya.
Wingtech sebelumnya pernah berselisih dengan pemerintah Barat lainnya mengenai operasinya, dengan Inggris memerintahkannya untuk melepas kepemilikan fasilitas di Newport.