Harga Emas Makin Kinclong, Saham Emiten Ini Layak Dilirik

20 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat peluang besar dalam saham-saham emiten emas seiring dengan tren kenaikan harga emas global. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian kondisi geopolitik dan makroekonomi dunia.

Farras Farhan, Research Analyst Mirae Asset, menyatakan bahwa kondisi saat ini mendukung penguatan harga emas dalam waktu dekat.

“Kami masih optimis harga emas masih bisa menguat hingga USD 3.500 per troy ounce dalam jangka pendek, yaitu pada periode 1–3 bulan ke depan, karena ketidakpastian globalnya masih tinggi. Untuk itu, saham-saham emiten terkait emas bisa jadi pilihan trading jangka pendek,” ujar Farras dalam Media Day: June 2025 by Mirae Asset, dikutip Sabtu, (14/6/2025).

Saat ini, harga emas dunia berada di kisaran USD 3.340 per troy ounce, meningkat lebih dari 27% dibandingkan akhir 2024 yang hanya sekitar USD 2.620 per troy ounce.

Potensi Kenaikan Emas

Farras juga menjelaskan potensi kenaikan harga emas masih terbuka lebar karena rata-rata harga emas tahunan diprediksi bisa mencapai USD 3.100 per troy ounce, sementara sepanjang tahun ini rata-rata harga masih berada di bawah USD 3.000 per troy ounce.

Ia menambahkan, Bulan depan patut diingat juga ada momentum 90 hari masa suspensi tarif dagang Presiden AS Donald Trump terkait kebijakan perdagangan dan politiknya. Selain itu, permintaan emas juga diprediksi akan naik menjelang perayaan Diwali di India pada Oktober yang biasanya turut mendongkrak harga emas global.

Meski harga emas diperkirakan akan naik dalam waktu dekat, tekanan dari sisi suplai dan penurunan permintaan global tetap menjadi perhatian. Farras menyebutkan menjelang akhir tahun, tambahan produksi dari Australia dan penurunan konsumsi global berpotensi menahan laju kenaikan harga emas.

Sentimen Geopolitik dan Makroekonomi

Sementara itu, Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, menekankan bahwa sentimen geopolitik dan makroekonomi global tetap menjadi penggerak utama harga emas sejak awal 2025. Menurutnya, emas sebagai aset safe haven akan terus diburu jika kondisi global kembali diliputi ketidakpastian atau muncul sentimen negatif baru.

Terkait kebijakan perdagangan Amerika Serikat, Rully memproyeksikan bahwa pasar baru akan merespons jika keputusan tarif impor berbeda jauh dari ekspektasi awal.

“Kalau nanti keputusan tarif impor barang China ke AS jauh dari rencana awal 30% dan sebaliknya tarif impor AS ke China 10%, maka baru akan ada perubahan di prediksi ekonomi dan pasar keuangan. Pelaku pasar global sudah mengantisipasi level 30%-10% tersebut,” jelasnya.

Kurs Dolar Melunak

Rully juga menyoroti selama dua bulan terakhir, meredanya tensi perang dagang tercermin dari penurunan nilai tukar dolar AS (DXY) dan harga komoditas. Hal ini turut menyebabkan aksi jual bersih oleh investor asing di pasar saham domestik. Pada pekan pertama Juni 2025, tercatat aliran dana asing keluar (foreign outflow) mencapai Rp4,7 triliun, terutama dari saham-saham perbankan besar.

Dalam acara yang sama, Direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), Herwin Hidayat, menyampaikan tren penguatan harga emas akan berdampak positif pada kinerja perusahaan.

“Untuk BRMS, setiap kenaikan harga emas dapat membuat kinerja keuangan lebih positif, bersama dengan faktor lain yaitu peningkatan kapasitas produksi. Kami menargetkan produksi emas tahun ini naik menjadi 70.000–75.000 troy ounce dari 64.983 troy ounce pada 2024,” pungkasnya.

Foto Pilihan

Seorang karyawan menunjukkan emas batangan 25, 50, dan 100 gram produksi Galeri 24, anak perusahaan dari PT Pegadaian (Persero), di Jakarta pada 14 April 2025. (BAY ISMOYO/AFP)
Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |