Liputan6.com, Jakarta PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) bakal membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham sebesar Rp19 per lembar saham dengan total nilai Rp299,89 miliar. Rencana ini telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Luar Biasa (RUPS) di Jakarta, Selasa (10/6/2025).
Pembagian dividen ini merupakan hasil dari pencapaian solid Perseroan pada 2024, di mana ERAA mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,03 triliun pada 2024, meningkat 25 persen dibanding 2023 (YoY).
Wakil Direktur Utama, Erajaya Swasembada, Hasan Aula mengatakan pembagian dividen ini mencerminkan konsistensi kami dalam memberikan hasil nyata bagi para pemegang saham, sekaligus menegaskan arah perusahaan untuk terus memperkuat strategi diversifikasi dan inovasi bisnis.
“Kami percaya bahwa dengan memperluas portofolio produk, dan memanfaatkan teknologi digital, Erajaya akan semakin relevan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dan tumbuh secara berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (11/6/2025).
RUPS Luar Biasa yang digelar pada hari yang sama, Perseroan juga telah menyetujui perpanjangan pengalihan sebagian saham Treasuri yang dimiliki oleh Perseroan untuk Program Kepemilikan Saham Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Ownership Program) (“Program MESOP”) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 51.540.500 lembar saham atau 0,32% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan.
Kinerja Perseroan
Pada 2024, Erajaya berhasil memperluas portofolio bisnis ke sektor non-elektronik, termasuk makanan dan minuman (F&B), kesehatan (Wellings Pharmacy), dan gaya hidup aktif melalui kerja sama strategis dengan merek global seperti JD Sports, Garmin, dan Urban Republic.
Trafik di platform e-commerce juga tumbuh signifikan, didukung oleh penguatan digital, marketplace, dan conversational commerce yang semakin terintegrasi.
Perseroan juga menegaskan komitmen keberlanjutan melalui program Lentera Cerdas, Sehat, Kasih, dan Hijau, yang mendukung 10 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).
Skor ESG Sustainalytics Perseroan tercatat sebesar 14,7, menegaskan posisi Erajaya sebagai perusahaan dengan praktik bisnis berkelanjutan yang kuat. Erajaya mencatat kinerja yang solid sepanjang kuartal I 2025, dengan penjualan bersih sebesar Rp15,88 triliun. Laba bersih mencapai Rp 212 miliar.
IHSG Perkasa Usai Suku Bunga BI Turun, Investor Asing Lego 10 Saham Ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis, 22 Mei 2025 ditutup menguat sebesar 24,52 poin atau 0,34% ke level 7.166. IHSG berada di level tertinggi 7.190,66 dan level terendah 7.136,78.
Sebanyak 306 saham melemah sehingga tahan penguatan IHSG. 294 saham menguat dan 207 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.394.399 kali dengan volume perdagangan 22,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 14,1 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.330.
Investor asing melakukan aksi beli saham yang mencapai Rp 621,92 miliar. Namun, sepanjang 2025, investor asing masih melakukan jual saham senilai Rp 47,25 triliun. Sektor saham cenderung beragam pada Kamis pekan ini.
Sektor saham basic naik 2,12% dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham transportasi yang menguat 2,05% dan sektor saham consumer siklikal bertambah 1,26%. Selain itu, sektor saham teknologi mendaki 0,82% dan sektor saham energi menanjak 0,37%.
Sementara itu, sektor saham kesehatan turun 0,71% dan catat koreksi terbesar. Sektor saham industri susut 0,34%, sektor saham consumer nonsiklikal tergelincir 0,02%, sektor saham keuangan turun 0,08%. Lalu sektor saham properti melemah 0,33% dan sektor saham infrastruktur susut 0,29 persen.
Berdasarkan data Stockbit, berikut 10 saham yang paling banyak dibeli dan dijual asing pada Kamis 22 Mei 2025:
Aksi Beli dan Jual Saham
Net Foreign Buy:
1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Rp 462,47 miliar
2. Aneka Tambang (ANTM), Rp 85,44 miliar
3. Bank Mandiri (BMRI), Rp 85,39 miliar
4. Bumi Resources Minerals (BRMS), Rp 76,84 miliar
5. GoTo Gojek Tokopedia (GOTO), Rp 72,97 miliar
6. Bank Central Asia (BBCA), Rp 63,94 miliar
7. Bank Syariah Indonesia (BRIS), Rp 47,89 miliar
8. Erajaya Swasembada (ERAA), Rp 36,58 miliar
9. Raharja Energi Cemerlang (RATU), Rp 27,54 miliar
10. Barito Pacific (BRPT), Rp 24,60 miliar
11. Dian Swastatika Sentosa (DSSA), Rp 14,00 miliar
Net Foreign Sell:
1. Astra International (ASII), Rp 77,92 miliar
2. Adaro Energy Indonesia (ADRO), Rp 47,56 miliar
3. Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), Rp 44,73 miliar
4. Bank Negara Indonesia (BBNI), Rp 44,56 miliar
5. Amman Mineral Internasional (AMMN), Rp 44,50 miliar
6. Vale Indonesia (INCO), Rp 44,46 miliar
7. Pertamina Geothermal Energy (PGEO), Rp 34,31 miliar
8. Unilever Indonesia (UNVR), Rp 25,47 miliar
9. Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), Rp 22,96 miliar
10. AKR Corporindo (AKRA), Rp 21,96 miliar