Liputan6.com, Jakarta - PT Astra International Tbk (ASII) membeli saham emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) pada akhir Juli 2025 sebesar Rp 492,53 miliar.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (3/8/2025), PT Astra International Tbk membeli 313.271.000 saham HEAL atau setara 2,04%.
Pembelian saham HEAL itu dilakukan bertahap. Pertama, Astra International membeli 120.513.700 saham HEAL dengan harga Rp 1.680 per saham pada 25 Juli 2025. Kedua, ASII membeli 192.757.300 saham HEAL dengan harga Rp 1.505 per asham pada 31 Juli 2025. Dengan demikian, total nilai pembelian saham Rp 492,53 miliar.
“Tujuan transaksi investasi, status kepemilikan saham tidak langsung,” demikian seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.
Setelah pembelian saham HEAL, Astra International memiliki 1.536.595.000 saham HEAL atau setara 10%.Sebelumnya Astra mengenggam 1.223.324.000 saham HEAL atau setara 7,96%.
Adapun jumlah saham yang dimiliki secara langsung oleh ASII sebanyak 1.110.824.000 lembar saham sedangkan saham dimiliki secara tidak langsung melakui PT Astra Healthcare Indonesia (PT AHI) sebanyak 112.500.000. PT Astra International Tbk memiliki 99,99% saham di PT AHI.
Mengutip data RTI, pada penutupan perdagangan Jumat, 1 Agustus 2025, harga saham HEAL ditutup melemah 2,85% ke posisi Rp 1.535 per saham. Harga saham HEAL dibuka turun lima poin ke posisi Rp 1.575 per saham. Saham HEAL berada di level tertinggi Rp 1.585 dan terendah Rp 1.535 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.197 kali dengan volume perdagangan 302.868 saham. Nilai transaksi Rp 47 miliar.
Sedangkan saham ASII susut 1,96% ke posisi Rp 5.000 per saham. Harga saham ASII dibuka naik 25 poin ke posisi Rp 5.125 per saham. Saham ASII berada di level tertinggi Rp 5.150 dan terendah Rp 4.960 per saham. Total frekuensi perdagangan 7.915 kali dengan volume perdagangan 340.509 saham. Nilai transaksi Rp 171,4 miliar.
Astra International Bocorkan Perkembangan Bisnis Halodoc dan Heartology
Sebelumnya, PT Astra International Tbk terus memperkuat langkah ekspansinya di sektor layanan kesehatan. Melalui dua entitas yang telah diakuisisi, yakni Halodoc dan Heartology Cardiovascular Hospital, Astra mulai mencatat pertumbuhan positif meski kontribusinya terhadap kinerja keuangan grup masih dalam tahap awal.
Direktur Astra International, Gidion Hasan mengungkapkan Halodoc mengalami pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan dalam periode setahun terakhir.
“Kalau Halodoc boleh dikatakan kalau saya bandingkan antara kuartal terhadap kuartal pertama tahun 2024 yang lalu, terjadi peningkatan secara revenue itu kurang lebih 50% year on year,” ujar Gidion dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Sementara itu, untuk Heartology, rumah sakit spesialis jantung yang diakuisisi Astra pada Oktober 2024, juga menunjukkan peningkatan trafik dan pendapatan pasca akuisisi.
“Kalau saya bandingkan monthly revenue before dan after acquisition, itu kurang lebih terjadi peningkatan traffic sekitar 50% dibandingkan sebelum acquisition,” jelasnya.
Lebih lanjut, Gidion menegaskan Astra membangun rencana jangka panjang melalui pengembangan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi, baik daring maupun luring, demi menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Kami ingin membangun satu ekosistem yang komprehensif ya, baik itu online maupun offline. Dan kalau bisa ekosistem ini akan melayani seluruh kelas di masyarakat dalam hal kesehatan,” ujar Gidion.
Gidion menambahkan, Astra percaya potensi sektor kesehatan di Indonesia masih sangat besar, terutama Indonesia memiliki populasi yang besar dan terus bertumbuh baik dari segi jumlah penduduk. Selain itu, tingkat kesadaran masyarakat tentang kesehatan terus meningkat.
Realisasi Belanja Modal hingga Kuartal I 2025
Sebelumnya, Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Djony Bunarto Tjondro, mengungkapkan perusahaan menetapkan belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) konsolidasi sebesar Rp28 triliun pada 2025. Hingga kuartal pertama tahun ini, realisasi mencapai Rp4,5 triliun.
Namun, seiring dinamika ekonomi global dan nasional yang tengah berlangsung, proyeksi Capex Astra untuk tahun masih bisa berubah sesuai dengan kondisi.
“Apakah Capex Rp28 triliun ini masih akan menjadi pegangan? Mungkin, paling tidak per hari ini kita melihat akan turun Rp25 triliun dan bisa saja lebih turun lagi, kita sesuaikan dengan situasi yang ada,” ujar Djony dalam konferensi pers, Kamis (8/5/2025).
Penyesuaian ini, menurut Djony, juga mempertimbangkan kecenderungan pelemahan daya beli masyarakat dan ketidakpastian ekonomi global yang turut memengaruhi kehati-hatian perusahaan dalam merealisasikan investasi.
Meskipun begitu, Djony menegaskan fokus alokasi Capex tetap diarahkan pada sektor-sektor inti Astra seperti otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, dan properti.
“Bisnis inti ini tentunya menjadi perhatian kita, karena itulah yang men-generate profit yang lebih stabil, walaupun di tengah situasi yang kurang produksi,” jelasnya.
Selain memperkuat bisnis yang sudah ada, Astra juga membuka peluang untuk investasi di sektor-sektor baru yang dinilai potensial untuk pertumbuhan jangka panjang dan memiliki keterkaitan dengan bisnis utama perusahaan.
“Prioritasnya adalah investasi terhadap peluang-peluang bisnis yang tentunya ada keterkaitan keras dengan bisnis inti kita, sehingga pada akhirnya juga bisa memperkuat bisnis inti itu sendiri untuk menegaskan posisi kita di pasar,” pungkas Djony.