Apa Itu Cerita Malam 1 Suro? Berikut Sejarahnya

1 month ago 62

Liputan6.com, Bandung - Malam 1 Suro merupakan malam pertama dalam bulan Suro menurut kalender Jawa yang bertepatan dengan bulan Muharram dalam kalender Hijriah. Pada malam tersebut dianggap sangat sakral oleh sebagian besar masyarakat Jawa.

Pasalnya pada malam ini dipercaya sebagai waktu dimulainya tahun baru Jawa dan Islam. Kemudian nuansa spiritual dan penghormatan terhadap leluhur sangat terasa pada malam ini sehingga banyak orang melakukan ritual khusus untuk menyambutnya.

Melansir dari beberapa sumber, salah satu alasan malam 1 Suro dianggap sakral karena diyakini menjadi waktu yang sangat baik untuk melakukan introspeksi diri, membersihkan batin, serta berdoa kepada Tuhan dan leluhur.

Kemudian banyak masyarakat memilih menyepi, melakukan tirakat, hingga ziarah ke makam keramat pada malam tersebut. Kegiatan ini dianggap membawa ketenangan batin dan keselamatan sepanjang tahun.

Selain bernuansa sakral, malam 1 Suro juga sering kali dikaitkan dengan hal-hal mistis. Beberapa daerah sering kali percaya pada malam ini menjadi waktu di mana makhluk halus lebih aktif atau memiliki energi yang lebih kuat.

Karena itu, masyarakat cenderung menghindari pesta, perayaan besar, atau bahkan bepergian jauh di malam ini karena dianggap kurang baik secara spiritual. Sementara itu, di kalangan Keraton Yogyakarta dan Surakarta malam 1 Suro juga menjadi momen penting.

Salah satunya untuk menggelar ritual kirab pusaka yaitu mengarak benda-benda pusaka keraton sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya leluhur. Ritual ini dilakukan dengan penuh kesungguhan dan khidmat.

Sejarah Malam 1 Suro

Berdasarkan informasi dari situs Dinas Kebudayaan Kota Surakarta awal mula perayaan malam satu suro sendiri awalnya memiliki tujuan untuk memperkenalkan Kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa.

Kemudian di tahun 931 Hijriah atau 1443 tahun Jawa baru yaitu di zaman pemerintahan kerajaan Demak, Sunan Giri II membuat penyesuaian antara sistem kalender Hijriah (Islam) dengan sistem kalender Jawa.

Namun, dari sejarah lainnya penetapan satu Suro menjadi awal tahun baru Jawa dilakukan sejak zaman Kerajaan Mataram di masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645).

Pada tahun 1633 Masehi atau 1555 Tahun Jawa, Sultan Agung menetapkan tahun Jawa atau tahun Baru Saka diberlakukan di bumi Mataram dan menetapkan 1 Suro sebagai tanda awal tahun baru Jawa.

Masyarakat pada masa itu, umumnya mengikuti penanggalan tahun Saka yang diwariskan dari tradisi Hindu dan Kesultanan Mataram Islam sudah menggunakan sistem kalender Hijriah.

Adapun Sultan Agung yang tidak ingin rakyatnya pecah karena perbedaan keyakinan menginginkan tetap adanya persatuan. Penyatuan kalender tersebut dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi.

Sementara satu Suro merupakan hari pertama dalam Kalender Jawa di bulan Suro dan bertepatan dengan tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Malam 1 Suro menjadi malam yang dianggap sakral terutama untuk melakukan kegiatan mengaji, ziarah, dan haul.

Mengapa Malam 1 Suro Kerap Dianggap Mistis

Malam 1 Suro sering dianggap mistis karena memiliki nilai spiritual yang sangat kuat dalam budaya Jawa. Malam ini menandai awal tahun baru Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Melansir dari beberapa sumber, dalam kepercayaan masyarakat Jawa malam ini diyakini sebagai waktu di mana tabir antara dunia nyata dan dunia gaib menjadi lebih tipis. Oleh karena itu, energi spiritual dianggap lebih kuat.

Salah satu alasan lainnya yang membuatnya dianggap mistis dan sakral karena malam 1 Suro erat kaitannya dengan tradisi ritual seperti tapa bisu (berjalan tanpa bicara), tirakat, dan ziarah ke makam leluhur.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dalam keheningan malam yang menambah kesan mistis. Keheningan itu juga dimaknai sebagai bentuk perenungan diri yang mendalam yang diiringi oleh suasana yang sakral dan khusyuk.

Pantangan dan larangan yang beredar di masyarakat juga memperkuat nuansa mistis malam 1 Suro. Masyarakat Jawa umumnya menghindari pesta, bepergian jauh, atau memulai usaha baru pada malam ini karena dianggap bukan waktu yang baik.

Banyak yang percaya bahwa malam 1 Suro adalah saat ketika makhluk halus atau roh leluhur berkeliaran sehingga memerlukan kehati-hatian dan kesiapan spiritual. Bahkan ada yang mengaitkan malam ini dengan bahaya atau kesialan jika tidak disikapi dengan bijaksana.

Meskipun tidak semua orang percaya, namun penghormatan terhadap malam ini tetap dijaga baik. Oleh karena itu, kesan mistis malam 1 Suro bukan hanya berasal dari suasana dan aktivitasnya tetapi juga dari makna simbolis yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |