Liputan6.com, Jakarta - Arus dana masuk ke saham global menurun tajam selama sepekan yang berakhir 20 Agustus 2025. Hal itu terjadi di tengah kekhawatiran aksi jual saham teknologi.
Di sisi lain, pelaku pasar juga menghindari risiko seiring ada pidato ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell di symposium tahunan Jackson Hole akhir pekan ini.
Mengutip Yahoo Finance dari laporan Reuters, ditulis Sabtu (23/8/2025), investor hanya membeli saham global senilai USD 2,27 miliar atau Rp 36,91 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.262) selama sepekan. Aksi beli ini lebih rendah dibandingkan pembelian bersih pekan lalu yang mencapai USD 19,29 miliar atau Rp 313,16 triliun, berdasarkan data dari LSEG Lipper.
Dana saham AS mencatat arus keluar bersih senilai USD 2,4 miliar atau Rp 38,96 triliun. Sebagian membalikkan arus masuk bersih pekan sebelumnya yang mencapai USD 8,76 miliar atau Rp 142,18 triliun.
Di sisi lain, arus masuk bersih mingguan di saham Eropa dan Asia turun menjadi USD 4,2 miliar atau Rp 68,17 triliun dan USD 70 juta atau Rp 1,13 triliun dari masing-masing USD 7,1 miliar atau Rp 115,28 triliun dan USD 2,08 miliar atau Rp 33,77 triliun pada pekan lalu.
Reksa Dana
Investor juga menarik bersih USD 1,82 miliar atau Rp 29,54 triliun dari dana sektoral ekuitas. Sektor keuangan dan teknologi, dengan arus keluar sebesar USD 1,58 miliar dan USD 613 juta, memimpin penjualan bersih mingguan.
Sementara itu, reksa dana obligasi global populer selama 17 minggu berturut-turut karena investor menyuntikkan dana bersih sebesar USD 18,82 miliar ke dalam reksa dana ini.
Reksa dana obligasi imbal hasil tinggi menerima dana mingguan sebesar USD 3,03 miliar, arus masuk bersih terbesar dalam delapan minggu. Investor juga membeli reksa dana obligasi jangka pendek senilai USD 2,52 miliar atau Rp 40,89 triliun yang signifikan untuk pembelian bersih mingguan kedelapan berturut-turut.
Investor juga menyalurkan dana bersih sebesar USD 13,98 miliar atau Rp 226,84 triliun ke dalam reksa dana pasar uang yang aman, memperpanjang rentetan pembelian mereka menjadi minggu ketiga berturut-turut.
Pembukaan Bursa Saham Eropa
Sebelumnya, bursa saham Eropa melemah pada perdagangan Jumat (22/8/2025). Koreksi bursa saham Eropa terjadi seiring investor terus menilai keseluruhan cakupan kesepakatan perdagangan Uni Eropa dengan Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, indeks Stoxx pan-Eropa melemah 0,1% pada pukul 08.25 pagi di London, Inggris. Sebagian besar sektor saham melemah.
Indeks FTSE 100 London turun 0,2%, dan memimpin penurunan di antara bursa-bursa regional utama. Indeks DAX Jerman melemah 0,17% dan indeks CAC 40 di Prancis sedikit berubah.
Di pertengahan sesi perdagangan Kamis, para pejabat mengumumkan detail mendalam tentang kesepakatan yang dicapai antara Washington dan Brussels akhir bulan lalu.
Dalam kesepakatan yang dicapai bulan lalu, Uni Eropa menyatakan akan menghabiskan USD 750 miliar untuk energi AS dan berinvestasi minimal $600 miliar di Amerika Serikat sebagai imbalannya, tarif menyeluruh untuk barang-barang Uni Eropa ditetapkan sebesar 15%, bukan 30% seperti yang diancamkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Sentimen Tarif Dagang
Pembaruan pada Kamis mengonfirmasi detail tersebut, dan mengungkapkan produk farmasi yang diekspor dari Uni Eropa ke AS akan dikenakan tarif maksimal 15%. Hal ini meredakan beberapa kekhawatiran, karena Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif setinggi 250% kepada sektor tersebut.
Menyusul reaksi langsung yang kurang bersemangat terhadap berita tersebut, indeks Stoxx Europe Pharmaceuticals and Biotechnology naik dan ditutup sekitar 0,6% lebih tinggi pada Kamis.
Sementara itu, saham otomotif ditutup di wilayah negatif karena pelaku pasar bereaksi terhadap sifat "bersyarat" dari tarif yang lebih rendah pada sektor tersebut. Para pejabat mengungkapkan pada Kamis pekan ini, bea masuk atas ekspor Eropa ke AS tidak akan dipotong dari level saat ini hingga Brussel menurunkan bea masuk industrinya sendiri.
Di sisi lain pada Jumat pekan ini, revisi data produk domestik bruto Jerman menunjukkan ekonomi terbesar di Eropa tersebut menyusut sebesar 0,3% selama kuartal kedua, penurunan yang lebih tajam daripada yang diperkirakan sebelumnya.