Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membuka peluang bagi pihak lain, termasuk Danantara, untuk bergabung dalam proyek pengembangan smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) yang berlokasi di Pomalaa (Sulawesi Tenggara), Morowali (Sulawesi Tengah), dan Sorowako (Sulawesi Selatan).
Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Muhammad Asril menuturkan, saat ini perseroan telah bekerja sama dengan beberapa mitra strategis, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya tambahan investor.
"Jadi mungkin saya perlu ulangi lagi bahwa saat ini di Pomalaa, kami dengan Huayu dan Ford Motors kemudian ditambah lagi dengan Gem dan di Sorowako dengan Huayu juga. Tentu saja untuk shareholders, kita punya perjanjian atau definitive corporate agreement dengan partner kami. Tidak menutup kemungkinan memang bahwa beberapa partisipasi lain atau investor lain akan masuk di proyek pengembangan kami di tiga area tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers Pubex Live 2025, Kamis (11/9/2025).
Terkait kemungkinan Danantara ikut mendanai proyek-proyek HPAL tersebut, Asril menegaskan peluang tetap terbuka, meski keputusan final bukan berada di tangannya.
"Menyangkut Danantara, mungkin bukan dalam kapasitas saya untuk menjawab mengenai Danantara, tapi sekali lagi saya sampaikan bahwa peluang itu terbuka dan menurut saya memang saat ini ada inisial pembicaraan mengenai porsi atau inisial pihak Danantara untuk bergabung di tiga proyek pengembangan tersebut,” kata Asril.
Dengan peluang ini, Vale Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan proyek strategis di tiga provinsi sebagai bagian dari rencana ekspansi industri nikel nasional.
Kinerja Semester I 2025
Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) melaporkan kinerja Perseroan sepanjang semester I 2025. Perseroan mencatat total produksi sebesar 35.584 metrik ton (t) nikel dalam matte pada paruh pertama tahun ini, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 34.774 t.
Dari sisi pendapatan, PT Vale membukukan USD 426,7 juta pada semester I 2025, meskipun mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 478,7 juta.
Penurunan ini disebabkan oleh harga realisasi rata-rata nikel matte yang lebih rendah, yakni USD 12.014 per ton dibandingkan USD 13.418 per ton pada semester I 2024.
Laba Bersih dan Penjualan
Laba bersih juga mengalami penurunan menjadi USD 25,2 juta dari sebelumnya USD 37,3 juta Meski begitu, EBITDA semester I 2025 tercatat sebesar USD 91,7 juta, menunjukkan posisi keuangan yang tetap sehat.
Penjualan nikel matte pada semester I 2025 mencapai 35.119 t, sedikit turun dibandingkan 35.680 t pada periode yang sama tahun lalu.
Namun, efisiensi energi dan penurunan harga batubara menjadi faktor pendukung stabilnya operasional perusahaan. PT Vale mencatat penghematan dari strategi pengadaan material curah serta optimalisasi biaya operasional, khususnya untuk SG&A dan pengeluaran korporat lainnya.
Kas Perseroan
Penurunan kas dan setara kas dari USD 674,7 juta pada awal tahun menjadi USD 506,7 juta per akhir Juni 2025 mencerminkan komitmen Perseroan dalam belanja modal (capital expenditure/capex) yang mencapai USD 224,7 juta sepanjang semester I, terutama untuk pengembangan proyek jangka panjang.
Direktur dan CFO PT Vale, Rizky Putra menyatakan baseline keuangan akan semakin kuat pada paruh kedua tahun ini.
"Kami akan memiliki baseline yang lebih kuat mulai paruh kedua tahun ini. Kami telah mencapai kesepakatan baru untuk penetapan harga nikel matte dengan para pelanggan dan juga memperoleh persetujuan untuk revisi Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) sekitar 2,2 juta ton bijih saprolit dari blok Bahodopi. Perkembangan ini diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak aliran pendapatan dan memperkuat baseline PT Vale ke depannya,” ujar Rizky dalam keterangan tertulis, Kamis (31/7/2025).