Liputan6.com, Jakarta PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) memproyeksikan pendapatan tahun 2025 bisa meningkat dua kali lipat dari realisasi semester I, meski perseroan memperkirakan dari sisi bottom line tetap akan membukukan kerugian akibat divestasi non-cash.
Direktur TOBA, Juli Oktarina mengatakan pendapatan semester I 2025 telah mencapai USD 172 juta. Dengan tren tersebut, manajemen memprediksi angka sepanjang tahun bisa mendekati dua kali lipat. Namun, kerugian divestasi satu kali sebesar USD 96 juta akan menekan kinerja laba.
“Untuk revenue 6 bulan pertama kita sudah sampaikan angkanya di USD 172 juta dan kemungkinan ini akan untuk angka sampai akhir tahun kurang lebih akan double dari ini,” ujar Juli dalam konferensi pers Pubex Live 2025, JUmat (12/9/2025).
Ia menambahkan, karena pada 2025 ada kerugian divestasi non-cash sebesar USD 96 juta, sehingga secara bottom line, proyeksi pada tahun ini akan membukukan kerugian.
Pendapatan konsolidasian TOBA Semester I 2025 tercatat USD 172,2 juta, seiring dengan penurunan kontribusi batubara. Volume penjualan batubara turun dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, sementara harga rata-rata juga melemah dari USD 83 per ton menjadi USD 52,9 per ton, sejalan dengan pergerakan indeks batubara global yang terus melandai sejak tahun lalu.
Segmen batu bara mencatatkan USD 91,6 juta atau 53% dari total pendapatan, turun dari 82% tahun lalu. Penurunan ini mencerminkan langkah sadar TBS untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Proyeksi Pendapatan Dipengaruhi Harga Batu Bara
Head of Corporate Finance & Investor Relations TOBA, Mirza Rinaldy Hippy menambahkan, proyeksi pendapatan juga bergantung pada pergerakan harga batubara. Ia menilai tren harga sempat melemah, namun beberapa minggu terakhir mulai menunjukkan kenaikan.
“Dimana memang trendnya sedang menurun namun di beberapa minggu terakhir kita lihat ada peningkatan. Jadi subject to coal price movement juga, mudah-mudahan kita bisa double or maybe triple,” jelas Mirza.
Ia menjelaskan, hasil kinerja kuartal II 2025 juga belum sepenuhnya mencerminkan kontribusi akuisisi bisnis waste management di Singapura.
“Mudah-mudahan di akhir 2025 akan lebih banyak kontribusi top line dari business waste management kami yang kami baru akuisisi di Singapura di 2025 ini,” pungkas Mirza.
Pengendali TOBA Lepas Saham, Segini NIlainya
Sebelumnya, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mengumumkan adanya penjualan saham yang dilakukan oleh pemegang kendali serta salah satu direkturnya.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (26/8/2025), dalam laporan keterbukaan informasi, disebutkan bahwa PT Toba Sejahtera, sebagai pengendali, menjual sebanyak 206.300 saham TOBA dengan harga Rp 1.130 per saham, sehingga menghasilkan transaksi senilai kurang lebih Rp 233,1 juta.
Setelah transaksi tersebut, porsi kepemilikan Toba Sejahtera sedikit berkurang 0,1%, dari sebelumnya 8% (660,48 juta saham) menjadi 7,99% (660,27 juta saham).
Sebelumnya, Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) Dicky Yordan menambah kepemilikan saham TOBA pada akhir Juli 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (8/8/2025), Direktur Utama PT TBS Energi utama Tbk Dicky Yordan membeli 335.000 saham TOBA dengan harga Rp 1.135 per saham. Nilai pembelian saham TOBA itu sebesar Rp 380,22 juta.
“Tujuan dari transaksi investasi, status kepemilikan langsung,” demikian seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.
Setelah transaksi, Dicky Yordan memiliki 125.986.321 saham atau setara 1,525% dari sebelumnya 125.651.321 saham atau setara 1,521%.
TOBA Catatkan Pendapatan USD 172,2 Juta pada Semester I 2025
Sebelumnya, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan kinerja keuangan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025. Tahun ini menjadi momen penting bagi TBS dalam mempercepat transformasi portofolio bisnisnya ke arah yang lebih berkelanjutan dan berdampak jangka panjang.
Di tengah kondisi pasar batubara yang terus melemah dan langkah strategis divestasi dari aset-aset konvensional, TBS tetap mencatat kemajuan nyata dalam agenda transisinya. Perseroan telah secara aktif masuk ke dalam tiga lini usaha baru pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
Ketiga pilar ini menjadi pondasi utama dalam membangun bisnis yang lebih resilien, rendah karbon, dan berorientasi masa depan.
Semester ini, pendapatan konsolidasian tercatat sebesar USD 172,2 juta, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 248,7 juta.
Penurunan ini utamanya disebabkan oleh menurunnya volume penjualan segmen pertambangan batubara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, serta turunnya harga jual rata-rata dari USD 83 per ton menjadi USD 52,9 per ton.