Titik Nadir Hidup Mengantar Dani Jadi Pengusaha Kerupuk Kulit Ikan Patin

15 hours ago 7

Liputan6.com, Cirebon Hidup Dani Maulana pernah berada di titik nadir. Dulu ia adalah seorang karyawan marketing di perusahaan besar, bergaji tetap, namun terlilit hutang hingga tak tahu harus berbuat apa.

Namun, berangkat dari kegelisahan dan keinginan untuk berubah, Dani kini sukses menjadi pengusaha kerupuk kulit ikan patin dengan brand Ngedani yang produknya menembus pasar nasional.

Sembari mengemas kerupuk kulit untuk memenuhi pesanan toko oleh-oleh di Cirebon bersama sang istri, Dani bercerita perjalanan hidupnya hingga sukses menjadi pengusaha. Keputusan berhenti bekerja diambilnya pada 2019. Dana pesangon dan BPJS yang seharusnya untuk modal usaha justru habis untuk melunasi hutang.

“Dulu posisi kerja sudah mapan, penghasilan tetap, tapi rasanya selalu gelisah. Anehnya, meski gaji ada, hutang makin menumpuk. Saya sadar ada yang salah. Saya tidak bersyukur, cara saya mencari rezeki juga salah. Sampai akhirnya saya bertekad berhenti dan mulai usaha,” tutur Dani saat ditemui di rumah produksinya di Perumahan Griya Pesona Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jumat (27/6/2025).

Sang istri tengah sibuk menakar ribuan kerupuk kulit ikan patin sebelum dimasukkan ke dalam pouch berukuran 50 gram. Sementara Dani, sibuk mengambil hasil takaran istri kemudian dikemas dalam alat pengemasan yang dipinjam dari Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKPP) Kota Cirebon.

Keputusan Dani untuk berhenti bekerja diambilnya pada 2019. Dana pesangon dan BPJS yang seharusnya untuk modal usaha justru habis untuk melunasi hutang. Dengan modal seadanya, hanya Rp500 ribu, Dani memulai usaha kecil-kecilan.

“Saya pernah jual motor untuk menutup biaya produksi. Pernah juga gagal mengolah, sampai modal habis dan bahan baku terbuang,” kenangnya.

Pilihan jatuh pada usaha kerupuk kulit ikan patin, bukan tanpa alasan. Selain stok ikan patin yang tersedia sepanjang tahun, nama patin juga punya makna khusus baginya.

“Anak saya namanya Fathin. Jadi usaha ini sekalian doa agar hidup kami lebih baik,” ungkapnya.

Penuh Tantangan

Perjalanan Dani membangun usaha ini penuh tantangan. Di awal produksi, ia sempat gagal mengolah kulit ikan hingga terbuang 5 kilogram karena tak tahu cara penanganan agar kulit tak tercemar bakteri.

Dani pun menceritakan, setelah daging difillet, kulit ikan patin dikeringkan terlebih dahulu agar tidak muncul bakteri. Setelah kulit benar-benar kering kemudian diolah bersama bumbu yang dibuat dalam beberapa varian rasa, termasuk rempah dan bumbu rahasia milik Dani.

“Prosesnya tidak mudah. Awalnya kulit patin dikira bisa langsung diolah, ternyata harus dikeringkan dulu supaya tidak cepat rusak. Bahkan pernah rugi sampai 5 kg kulit tidak bisa diolah karena bakteri. Tapi dari kegagalan itu saya belajar,” katanya.

Pada awal usaha, Dani memproduksi 1-5 kg kulit ikan patin dan dijual ke sejumlah toko kelontong yang ada di Cirebon. Di awal pemasaran, Dani sempat merasakan getirnya ditolak saat menawarkan produknya ke warung kecil.

Namun, dengan kesabaran, keyakinan dan konsistensi Dani memasarkan produk yang dianggap potensi di Cirebon diterima masyarakat Cirebon. Produksi pun berkembang pesat, dari awalnya hanya 1-5 kilogram sekali produksi, kini ia mampu memproduksi 20-30 kilogram atau setara 1.000 pouch per produksi.

“Dulu banyak yang salah paham. Saya jelaskan bahwa ini kulit ikan patin, bukan kulit ular. Dengan sabar saya yakinkan mereka, Alhamdulillah sekarang diterima,” katanya.

Kini kerupuk kulit ikan patin Ngedani hadir dalam enam varian rasa original, pedas, balado pedas manis, salted egg (telur asin), rendang, dan soto. Dani mengatakan, butuh waktu tiga tahun untuk menyempurnakan rasa dan kerenyahannya.

Semula, katanya, Dani hanya membuat kerupuk kulit ikan patin dengan rasa original. Namun, sekarang berkembang menjadi beberapa varian dan banyak yang menyukai produknya.

Produk berkemasan modern itu kini dijual dengan harga Rp 25 ribu per pouch ukuran 50 gram, dipasarkan ke toko oleh-oleh, reseller, hingga instansi seperti Angkatan Laut.

Kini, omzet kotornya rata-rata Rp25 juta per bulan. Dani mempekerjakan warga sekitar dengan sistem borongan agar lebih fleksibel.

“Yang paling penting sekarang, saya lebih bersyukur. Dulu kerja, gaji tetap, tapi hati gelisah. Sekarang rezeki halal, insyaallah berkah dan hidup lebih tenang,” pungkasnya.

Pesanan Luar Kota

Dani menyebutkan, pada perjalanannya, usaha kerupuk kulit ikan patin ini sudah memiliki banyak reseller di sejumlah daerah luar Cirebon. Bahkan, Dani kerap mengirim produknya ke luar Kota Cirebon dan terjauh ke Kalimantan serta Papua.

Ia mengatakan, selain toko oleh-oleh di Cirebon dan Kabupaten Kuningan, Dani kerap menggunakan jasa ekspedisi JNE mengirimkan produknya ke luar kota. Ia mengaku terbantu dengan layanan dan program JNE dalam melancarkan usahanya.

"Banyak terbantu karena di JNE ada layanan pickup jadi saya tidak perlu ke kantor JNE cukup petugasnya saja yang datang ke rumah produksi," ujarnya.

Beberapa kemudahan lain menggunakan JNE dirasakan oleh Dani. Ia mendapat fasilitas untuk bayar ongkos kirim di akhir bulan khususnya bagi member JNE yang sudah dipercaya.

"Jadi tidak repot keluar uang tiap kali kirim. Nanti tinggal diakumulasi saja dalam satu bulan berapa jumlah pengiriman ke luar kota. Waktu itu pernah sampai Rp 15 juta dan itu ketika ada program PLN saja," ujar Dani.

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon, jumlah UMKM mengalami pertumbuhan signifikan. Tercatat pertumbuhan UMKM Kota Cirebon tahun 2024 berdasarkan pencatatan penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) mencapai 5000 lebih pelaku usaha.

Selain itu, Cirebon juga menjadi salah satu daerah yang ditargetkan oleh Pemprov Jawa Barat untuk merealisasikan 9.160 penerbitan NIB hingga akhir tahun 2024, dan hingga pertengahan tahun sudah terealisasi 6.207 NIB.

Sementara itu, beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan UMKM di Cirebon yakni pemerintah aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan. Seperti pelatiha, event Cirebon Festival, digitalisasi UMKM hingga pemberian bantuan modal.

Pertumbuhan UMKM

Wali Kota Cirebon Effendi Edo mengatakan, bahwa produk lokal, mulai dari kuliner, kerajinan tangan, batik, hingga karya kreatif generasi muda, merupakan aset ekonomi yang sangat potensial.

“Namun potensi sebesar ini tidak akan berkembang dengan sendirinya. Kita harus sediakan ruang, kesempatan, dan dukungan nyata agar produk-produk lokal ini bisa lebih percaya diri dan mampu bersaing di pasar yang lebih luas,” ujarnya.

Wali Kota menyoroti pentingnya Mall UKM sebagai wadah permanen bagi UMKM. Menurutnya, Mall UMKM bukan hanya tempat jualan, tapi laboratorium inovasi. Ia mengatakan, Mall UMKM sebagai tempat pelaku usaha bisa belajar, mencoba hal baru, dan memasarkan produk secara langsung maupun digital.

Oleh karena itu, Ia mengajak masyarakat untuk terlibat aktif mendukung gerakan ini bangga buatan Cirebon. Pemerintah Kota Cirebon, katanya, akan terus berkomitmen menjadi mitra bagi pelaku usaha kecil dan menengah.

“Ayo kita mulai dari diri sendiri, pilih, pakai, dan promosikan produk lokal. Dengan begitu, kita bukan hanya menggerakkan ekonomi, tapi juga mengangkat harga diri kota kita. Kami hadir untuk memberi dukungan, ruang, dan fasilitasi. Teruslah berinovasi dan menciptakan produk yang membanggakan,” pesannya.

Layanan JNE

Terpisah Head of Regional JNE Jawa Barat Sebastian Supriadi mengatakan Jawa Barat memiliki jumlah UMKM yang sangat besar, bahkan menjadi yang terbanyak di Indonesia.

Berdasarkan data dari Dinas KUK Jawa Barat, tercatat UMKM di Jawa Barat sebanyak 4,63 Juta dan 2.600 unit UMKM di Kota Cirebon. JNE memandang keberhasilan UMKM sebagai hasil sinergi antara pelaku usaha, digitalisasi, dan dukungan logistik.

"Sekitar hampir 45 persen sudah menggunakan sebagai JNE jasa pengiriman produk UMKM ke seluruh Indonesia," ujar Sebastian.

Ia mengatakan, kapabilitas pengiriman JNE memiliki 8000 titik di seluruh Indonesia hingga ke kecamatan. Sehingga proses pengiriman dapat dilakukan dengan mudah, efektif dan efisien.

UMKM juga dapat memperluas jangkauan bisnisnya hingga pasar global dengan layanan International shipment seperti salah satunya brand Destana Coffee dari Cirebon memperluas pemasaran Kopi Arabika Karangsari hingga ke Kuala Lumpur Malaysia.

"Kami tidak hanya sebagai penyedia logistik, tapi juga sebagai partner pertumbuhan bisnis.

Ia mengatakan, salah satu tujuan utama JNE adalah untuk dapat menjadi bagian dari perjalanan UMKM Indonesia sehingga menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Banyak UMKM yang memulai sebagai reseller, penjual offline, lalu memperluas pemasaran dengan masuk di bisnis online hingga ekspor, JNE turut hadir menjadi bagian penting dalam proses distribusi mereka.

Menurutnya, perjalanan UMKM dari skala kecil hingga berkembang, dinilai sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Ia melihat bahwa semakin banyak UMKM yang naik kelas.

"Artinya semakin besar pula kontribusi logistik sebagai pendorong keberhasilan distribusi produk. Disini kami turut berperan aktif dengan menyediakan layanan pengiriman yang terintegrasi dengan berbagai platform e-commerce, serta layanan pelacakan dan pembayaran digital yang memudahkan para pelaku usaha.

Selain mendukung dari sisi pelayanan, JNE juga turut berperan dalam edukasi UMKM melalui pelatihan, seminar, dan program-program lain. Seperti JNE Ngajak Online yang telah berlangsung sejak tahun 2017 melibatkan puluhan ribu UMKM dan UMKM Creative Movement.

Menurutnya, kerja sama tersebut tidak hanya memudahkan proses logistik, tetapi juga mendorong UMKM untuk tumbuh secara digital dan menjangkau pasar yang lebih luas.

"Kami juga mendukung penuh transformasi digital UMKM ini dengan berbagai program seperti pesanan oleh-oleh nusantara atau Pesona JNE diperuntukan untuk UMKM khas daerah untuk dapat memperluas pemasaran para UMKM ke seluruh Indonesia," katanya.

Kemudian, lanjut Sebastian, pihaknya aktiv memberikan digital exposure dengan mengangkat produk UMKM di media sosial JNE. Melalui program JNE Loyalty Card (JLC), UMKM juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan berbagai benefit dari aktivitas pengiriman mereka.

Ia menyebutkan, poin yang dikumpulkan dari transaksi pengiriman dapat ditukar dengan berbagai hadiah menarik maupun layanan tambahan yang mendukung kelangsungan bisnis mereka.

"Kami juga memiliki layanan yang dapat menjadi solusi langsung bagi pelaku usaha online, seperti COD, Cashless, JNE Fullfilment. Dengan semangat Connecting Happiness, kami terus berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi lingkungan sekaligus mitra pertumbuhan berkelanjutan bagi UMKM di seluruh Indonesia," ujar Sebastian.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |