Liputan6.com, Jakarta PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) mempercepat transformasi digital di sektor pertambangan batu bara sebagai upaya meningkatkan efisiensi, transparansi, serta keberlanjutan operasional. Langkah ini ditempuh melalui pembentukan Divisi Digital & Technology Solutions (DIGITECH) sejak 2020.
Chief of Digital Technology Officer (CDTO) GEMS Risetiyawan Dimas Sutejo mengatakan penerapan sistem digital terintegrasi mampu meningkatkan akurasi data, mempercepat proses pelaporan, sekaligus memperkuat pengawasan aktivitas tambang.
“Inisiatif ini juga mendukung transparansi, keselamatan kerja, serta daya saing perusahaan,” ujarnya, Sabtu (13/9/2025).
Transformasi digital diterapkan di seluruh rantai produksi, mulai dari kegiatan penambangan, pengelolaan stok batubara (Run of Mine/ROM), pengangkutan (coal hauling), pemuatan di pelabuhan (barging, transshipment, sales), hingga fungsi pendukung seperti keselamatan, lingkungan, keuangan, dan umum.
Presiden Direktur GEMS Bonifasius menegaskan, peningkatan produksi batu bara harus diimbangi dengan standar keselamatan kerja tinggi. “Transformasi digital pertambangan menjadi salah satu fokus perusahaan,” katanya.
Pusat Pengawasan Digital Terintegrasi
Di PT Borneo Indobara (BIB), anak usaha GEMS, telah dioperasikan Command Center sebagai pusat pengawasan digital terintegrasi. Fasilitas ini memantau alur produksi dari pit tambang hingga pelabuhan secara real time, memungkinkan pengambilan keputusan cepat jika terjadi kendala.
Beberapa program digital di BIB antara lain Fleet Management System (FAMOUS) berbasis Internet of Things (IoT) untuk memantau kendaraan tambang dan perilaku pengemudi, Sistem Camera Analitik (Sicantik) untuk deteksi pelanggaran operasional kendaraan, serta Weighing in Motion (WIM) yang mengotomatisasi penimbangan truk batubara guna mengurangi antrean, emisi, dan risiko kecelakaan.
Selain efisiensi operasional, GEMS juga mengembangkan pendekatan teknologi hijau melalui Riset Berbasis Empati. Pendekatan ini menekankan inovasi yang ramah lingkungan, inklusif, dan berkeadilan sosial dengan mengutamakan keseimbangan antara manusia, lingkungan, dan keuntungan.
Emiten GEMS Cetak Laba Rp 2,4 Triliun, Turun 52% pada Semester I 2025
Emiten batu bara grup Sinar Mas, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) membukukan pendapatan turun 52% dan laba merosot 16,30% pada semester I 2025.
GEMS mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 151,67 juta, atau setara Rp 2,48 triliun (kurs Rp 16.415) pada 30 Juni 2025. Merosot 52% secara tahunan dibandingkan semester I 2024 sebesar USD 316,91 juta atau sekitar Rp 5,20 triliun.
Adapun sepanjang enam bulan pertama tahun ini, Golden Energy Mines meraup pendapatan usaha USD 1,14 miliar atau setara Rp 18,71 triliun. Turun 16,30% dari USD 1,36 miliar (Rp 22,32 triliun) pada semester I 2024.
Beban pokok penjualan perseroan pun membengkak dari USD 733,49 juta pada semester I 2024 menjadi USD 743,33 juta pada semester I 2025.
Sehingga turut menyusutkan laba kotor yang dikantongi GEMS, dari sebelumnya USD 633,71 juta pada Juni 2024 menjadi USD 401,08 juta pada Juni tahun ini.
Laba kotor itu kemudian terpangkas oleh adanya beban usaha seperti beban penjualan, beban umum dan administrasi, hingga beban eksplorasi. Alhasil laba usaha GEMS tercatat sebesar USD 199,90 juta.
Harga Batu Bara Alami Tekanan
Penurunan laba bersih GEMS ini terjadi saat harga batu bara global diramal terus mengalami tekanan sepanjang 2025. Sehingga berpotensi memengaruhi kinerja pendapatan emiten batu bara nasional yang berorientasi ekspor.
VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengatakan, pergerakan harga batu bara memiliki korelasi positif terhadap pendapatan produsen batu bara.
"Kami berpandangan harga batu bara global berkorelasi positif terhadap pendapatan emiten produsen batu bara, seiring dengan total ekspor yang lebih besar. Sehingga jika harga bergerak melemah, potensi penurunan pendapatan akan terjadi," ujarnya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.
Ia menyoroti emiten seperti Bayan Resources (BYAN) dan Indo Tambangraya Megah (ITMG), yang fokus ekspor ke kawasan Timur Tengah, serta Golden Energy Mines (GEMS) yang mengandalkan pasar Asia, akan menjadi yang paling terdampak jika tekanan harga terus berlanjut.