Soal Rencana Buyback, Ini Penjelasan CBDK

5 days ago 14

Liputan6.com, Jakarta PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) menegaskan bahwa keputusan pelaksanaan pembelian kembali atau buyback saham akan menyesuaikan kondisi pasar. Perseroan memperpanjang periode buyback hingga 24 September 2025.

“Buyback, masih akan bergantung pada fluktuasi kondisi pasar buybacknya.” ujar Direktur CBDK, Yohanes Edmond Budiman, dalam konferensi pers Pubex Live 2025, Kamis (11/9/2025).

CBDK berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham dengan alokasi dana maksimal Rp 1 triliun. Mengacu pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), periode buyback ditetapkan mulai 25 Juni hingga 24 September 2025. Namun, perseroan belum mengungkapkan jumlah saham yang akan dibeli.

Manajemen menambahkan, pembelian kembali saham akan dilakukan pada harga yang dinilai wajar dengan mematuhi ketentuan POJK 29/2023 tentang Pembelian Kembali Saham oleh Perusahaan Terbuka. 

Manajemen Bangun Kosambi Sukses juga menyatakan buyback saham bertujuan untuk menunjukkan keyakinan terhadap nilai intrinsik perusahaan, mengoptimalkan struktur modal, serta memperkuat kemampuan dalam memberikan nilai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Pendapatan Usaha

Hingga Juni 2025, CBDK berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 1,2 triliun, tumbuh 23% YoY. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan serah terima produk, khususnya di kuartal II, sehingga laba kotor meningkat 29% YoY menjadi Rp 726 miliar.

Dari sisi profitabilitas, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 517 miliar dengan margin 43%. 

Pada kuartal II, kinerja semakin impresif dengan pendapatan melonjak 80% menjadi Rp 769 miliar dan laba bersih tumbuh 198% menjadi Rp 387 miliar. Kinerja pemasaran juga memberikan kontribusi penting. Sepanjang paruh pertama 2025, CBDK membukukan pra-penjualan Rp 294 miliar, setara 15% dari target tahunan Rp 2 triliun. 

Pada 2025, CBDK memasarkan beragam produk di segmen komersial maupun residensial. Di segmen produk komersial, CBDK memasarkan SOHO The Bund, Bizpark PIK2, Rukan Little Siam, Rukan Petak 9, Ruko Pasadena Walk, hingga Rukan Pasar. Sementara di segmen residensial, CBDK menawarkan Permata Hijau Residence dan Rumah Milenial yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan hunian dan gaya hidup modern. 

Peluncuran terbaru Rukan Pasar Milenial di PIK2 pada Juli 2025 juga memperlihatkan strategi CBDK dalam menghadirkan produk inovatif yang mendukung ekosistem usaha lokal dan memperkuat peran kawasan sebagai pusat komunitas yang hidup.   

BEI: 2 Perusahaan Lighthouse Bakal IPO

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan terdapat lima perusahaan yang masuk kategori Lighthouse IPO hingga akhir 2025. Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengungkapkan masih ada 2 perusahaan yang berpotensi menjadi Lighthouse IPO.

Iman menuturkan, lighthouse IPO merupakan perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) dengan kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun dan memiliki free float sebesar 15 persen atau di atas Rp700 miliar.

Iman menuturkan, hingga 8 Agustus 2025, sudah ada empat perusahaan yang masuk kategori ini, yaitu PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), dan PT Catur Dharma Indera Analitika Tbk (CDIA). 

BEI mencatat terdapat 6 calon emiten dalam pipeline hingga akhir tahun, di mana 2 di antaranya berpotensi menjadi Lighthouse IPO.

"Jadi mudah-mudahan kalau ini jalan paling ada 4 tambah 2 mungkin lebih dari 5 atau 6. jumlah ini belum termasuk calon emiten yang menggunakan laporan keuangan Juni,” ujar Iman dalam konferensi pers, Senin (11/8/2025).

Iman menambahkan, 6 calon perusahaan dalam pipeline tersebut terdiri dari 2 perusahaan sektor bahan baku, 1 perusahaan sektor transportasi dan logistik, 2 sektor industri, serta 1 sektor keuangan. 

26 Perusahaan Nangkring di Pipeline IPO, Ada 2 Lighthouse

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 26 emiten dalam pipeline IPO. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, beberapa perusahaan dalam pipeline itu belum bisa listing dalam waktu dekat lantaran harus menyampaikan laporan keuangan terlebih dahulu.

"Dari 26 itu harusnya ada 13 perusahaan yang due date laporan keuangannya di tahun ini. Tapi kita masih menunggu prosesnya. Sampai saat ini mereka masih on track," kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (5/12/2024).

Dari 26 perusahaan yang ada di pipeline IPO Bursa, Nyoman menyebutkan ada 2 perusahaan merupakan perusahaan mercusuar atau lighthouse. "Ada dua emiten basic industry sama energy itu termasuk lighthouse," kata Nyoman.

Informasi saja, saat ini telah terdapat satu perusahaan tercatat yang merupakan kategori lighthouse yakni PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) yang tercatat pada 2 Juli 2024 dan bergerak di sektor Energy.

Sebelumnya, Nyoman menjelaskan perusahaan-perusahaan yang masuk kategori lighthouse, selain memiliki aset di atas Rp 3 triliun, yakni memiliki free float atau porsi saham yang dimiliki publik setidaknya 15 persen. Bursa sendiri terbuka untuk mengakomodir kebutuhan pencatatan saham perusahaan mercusuar.

BEI optimis jumlah perusahaan tercatat yang masuk kategori lighthouse dapat bertumbuh seiring dengan meningkatnya minat perusahaan-perusahaan di berbagai sektor untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan. BEI senantiasa akan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mendorong pencatatan saham perusahaan-perusahaan yang potensial untuk berkembang di Pasar Modal Indonesia.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |