Saham Perbankan dan Emas jadi Sorotan, IHSG Berpeluang Uji Posisi 8.000

1 week ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih bergerak fluktuatif sepanjang pekan ini, tetapi peluang penguatan tetap terbuka lebar. Dorongan utama datang dari ekspektasi kuat pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang probabilitasnya hampir mencapai 99%.

Analis sekaligus Founder Stocknow.id, Hendra Wardana mengatakan, pemangkasan suku bunga The Fed bisa menjadi katalis penting karena mengurangi daya tarik aset dolar Amerika Serikat (AS) dan obligasi AS.

"Jika capital inflow ke Indonesia kembali deras, IHSG berpeluang menembus level psikologis 8.000, meski perlu diwaspadai tekanan dari melemahnya rupiah di kisaran Rp 16.400 per dolar AS,” ujar Hendra dalam catatannya, dikutip Selasa (9/9/2025).

Hendra memproyeksikan IHSG akan bergerak pada rentang 7.800–8.000, dengan kecenderungan menguji resistance utama di 8.000. Dari sisi saham penggerak, saham perbankan masih akan menjadi penopang utama, khususnya BBRI dengan target harga Rp 4.450.

Selain itu, reli harga emas global yang berpotensi menembus USD 3.700 per troy ounce diperkirakan memberi sentimen positif bagi saham berbasis emas seperti ANTM dengan target Rp 3.660 dan BRMS dengan target Rp 550. Momentum ini dinilai bisa menjadi peluang spekulatif di tengah ketidakpastian global.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Penutupan IHSG pada 8 September 2025

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup berbalik arah di zona merah pada perdagangan Senin, (8/9/2025).

Koreksi IHSG terjadi usai Presiden Prabowo mengumumkan reshuffle Kabinet Merah Putih. Saat reshuffle kabinet itu, Presiden Prabowo Subianto menunjuk Purbaya Yudhi Sadewa sebagai menteri keuangan menggantikan Sri Mulyani.

IHSG pun turun cukup dalam usai pengumuman reshuffle kabinet itu. Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup turun 1,28% ke posisi 7.766,84. Indeks LQ45 melemah 2,03% ke posisi 783,59. Sebagian besar indeks saham acuan merosot.

Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.934,99 dan level terendah 7.766,84. Sebanyak 451 saham melemah sehingga menekan IHSG. 232 saham menguat dan 121 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 2.231.204 kali dengan volume perdagangan 36,7 miliar saham. Transaksi harian saham mencapai Rp 20,2 triliun. Dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.327. Investor asing melepas saham Rp 526,17 miliar. Dengan demikian, sepanjang 2025, investor asing lepas saham Rp 55,65 triliun.

Sektor Saham

Mayoritas sektor saham tertekan. Sementara itu, sektor saham basic menguat 0,77%, sektor saham industri bertambah 0,15% dan sektor saham nonconsumer siklikal menanjak 0,07%.

Sementara itu,sektor saham consumer siklikal susut 2,48%, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham energi terpangkas 0,96%, sektor saham kesehatan merosot 0,40%, sektor saham keuangan melemah 2,29%.

Lalu sektor saham properti terperosok 1,49%, sektor saham teknologi melemah 1,98%, sektor saham infrastruktur melemah 2,07% dan sektor saham transportasi susut 0,75%.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 8 September 2025

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik menguat pada Senin, 8 September 2025.

Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 di Jepang naik 1,45% dan ditutup ke posisi 43.643,81. Hal ini seiring pernyataan perdana menteri yang muncul setelah tekanan yang meningkat selama berminggu-minggu atas kekalahannya dalam pemilihan nasional akhir tahun lalu.

Selain itu, indeks Topix menguat 1,06% dan ditutup di rekor tertinggi di 3.138,2. Di sisi lain, Yen Jepang melemah 0,64% menjadi 148,33 terhadap dolar AS, sedangkan obligasi Jepang terus mengalami aksi jual.

Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,45% menjadi 3.219,59, sementara indeks Kosdaq berkapitalisasi kecil melonjak 0,89% menjadi 818,6.

Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,8%, sementara indeks CSI 300 Tiongkok daratan naik 0,16% menjadi 4.467,57 setelah ekspor Tiongkok pada Agustus naik 4,4% dalam dolar AS, lebih rendah dari perkiraan, dibandingkan tahun sebelumnya. Para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan kenaikan sebesar 5,0%. Impor juga tumbuh lebih rendah dari perkiraan karena kemerosotan sektor properti yang berkelanjutan, meningkatnya ketidakpastian pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya.

Indeks acuan Australia S&P/ASX 200 melemah 0,24% dan mengakhiri perdagangan di level 8.849,6. Indeks Nifty 50 Indiamenguat 0,44%, sementara indeks Sensex menguat 0,34%.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |