Saham DCII Melonjak Usai BEI Buka Suspensi

1 month ago 33

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka suspensi atau penghentian sementara perdagangan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) pada Rabu, (23/7/2025).

“Suspensi atas perdagangan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) di pasar regular dan pasar tunai dibuka kembali mulai sesi I pada 23 Juli 2025,” demikian seperti dikutip.

BEI suspensi saham DCII bersama saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) dan PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) pada Selasa, 22 Juli 2025.

Mengutip data RTI, saham DCII dibuka stagnan di posisi Rp 288.950 per saham. Pada pukul 14.38 WIB, saham DCII dibuka naik 17,12% ke posisi Rp 338.425 saham. Saham DCII berada di level tertinggi Rp 346.100 dan terendah Rp 288.950 saham. Total frekuensi perdagangan 398 kali dengan volume perdagangan 478 saham. Nilai transaksi Rp 15,3 miliar.

Sementara itu, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,23% ke posisi 7.435,93. Indeks LQ45 menguat 0,66% ke posisi 787,61. Seluruh indeks saham acuan menghijau.

Pada perdagangan Rabu pekan ini, 313 saham menguat sehingga angkat IHSG. 270 saham dan 208 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.275.893  kali dengan volume perdagangan 22,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 11,3 triliun.

Saham DCI Indonesia Cetak Rekor Tertinggi, Rekening Pendiri Makin Gendut

Sebelumnya,  Kekayaan para miliarder pendiri DCI Indonesia, Otto Toto Sugiri, Marina Budiman, dan Han Arming Hanafia—naik lebih dari USD 2 miliar dalam seminggu terakhir. Hal ini terjadi setelah harga saham operator pusat data terbesar di Indonesia melonjak ke level tertinggi, didorong oleh meningkatnya permintaan akan komputasi awan (cloud computing) dan kecerdasan buatan (AI).

Pada perdagangan, Kamis 20 Februari 2024, DCII sentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 19,99 persen ke posisi 67.225. Kenaikan saham DCII terjadi sejak 19 Februari 2025.

Sehari sebelumnya, atau pada 18 Februari 2025, saham DCII masih berada di posisi 46.750. Namun pada 19 Februari, saham DCII naik signifikan mencapai level 56.025. Dengan kenaikan sekitar 47% dalam seminggu terakhir, investor semakin optimis bahwa pendapatan perusahaan akan terus meningkat seiring dengan ekspansi jejak digitalnya di Indonesia, salah satu pasar pusat data yang paling berkembang pesat di Asia Tenggara.

“Kami menyukai fundamental perusahaan ini, tetapi valuasinya cukup mahal,” kata Managing Director Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, dikutip dari Forbes, Jumat (21/2/2025).

Kenaikan harga saham ini meningkatkan kekayaan bersih Sugiri, pemegang saham terbesar DCI, sebesar USD 939 juta menjadi USD 3,1 miliar, menurut data real-time Forbes. Sementara itu, Budiman menambah USD 707 juta menjadi USD 2 miliar, dan Hanafia memperoleh lebih dari USD 444 juta menjadi USD 1,5 miliar.

Dengan kapitalisasi pasar saat ini mencapai USD 9,8 miliar, menjadikan DCI sebagai perusahaan paling mahal di Bursa Efek Jakarta, perusahaan sedang mempertimbangkan untuk melakukan stock split agar harga sahamnya lebih terjangkau. 

"Kami masih dalam tahap kajian,” ujar Presiden Direktur DCI, Otto Sugiri.

Kapasitas Melebihi 100 Megawatt

Didirikan pada 2011, DCI telah berkembang menjadi operator pusat data terbesar di Indonesia dengan kapasitas total sekitar 83 megawatt. Sejak tahun lalu, perusahaan telah membangun tambahan kapasitas sebesar 36 megawatt yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada paruh pertama tahun ini.

Dengan demikian, DCI Indonesia akan menjadi penyedia pusat data pertama di Indonesia yang memiliki kapasitas lebih dari 100 megawatt, menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia yang diterbitkan pada September lalu.

Salah satu fasilitas terbaru DCI adalah pusat data berkapasitas 18 megawatt di Jakarta Selatan yang mulai beroperasi pada Desember 2023. Bangunan 11 lantai ini dikembangkan bersama Grup Salim dan dilengkapi dengan 4.000 rak server di area seluas 30.000 meter persegi. Miliarder Anthoni Salim juga merupakan salah satu pemegang saham DCI.

Sugiri mengatakan kepada Forbes Asia bahwa perusahaan terus berekspansi dan menargetkan kapasitas total mencapai 128 megawatt pada awal tahun depan. DCI juga berinvestasi sebesar 1,2 triliun rupiah (USD 72 juta) untuk membangun fasilitas berkapasitas 9 megawatt di Surabaya, sekitar 800 kilometer di timur Jakarta.

Berkembang Pesat

Dengan semakin banyaknya raksasa teknologi global seperti Amazon, Google, dan Microsoft yang memperluas jejak digital mereka di Indonesia, bisnis DCI berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2023, perusahaan mencatatkan laba tertinggi sepanjang sejarah sebesar 514 miliar rupiah, naik 40% dibanding tahun sebelumnya.

DCI tidak mengungkapkan siapa saja klien mereka karena adanya perjanjian kerahasiaan. Namun, dari empat penyedia layanan cloud computing di Indonesia—Alibaba, Amazon Web Services, Google Cloud, dan Microsoft—tiga di antaranya adalah klien DCI.

Selain itu, DCI juga melayani beberapa perusahaan e-commerce terbesar di Asia Tenggara, lebih dari 40 perusahaan telekomunikasi, serta lebih dari 120 penyedia jasa keuangan di Indonesia, Asia Tenggara, dan Amerika Serikat.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |