Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan koreksi pada perdagangan Rabu (4/6/2025). IHSG berpotensi ke posisi 6.713-7.009.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini posisi IHSG diperkirakan berada di awal wave (b) dari wave B pada label hitam. Hal itu berarti, IHSG hari ini rawan melanjutkan koreksi ke rentang area 6.713-7.009.
"Meskipun menguat, diperkirakan relatif terbatas untuk menguji rentang 7.078-7.105,” kata Herditya dalam catatannya.
Ia mengatakan, IHSG akan berada di level support 7.009,6.945 dan level resistance 7.263,7.324 pada perdagangan Rabu pekan ini.
Sementara itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan IHSG berpotensi melemah terbatas dengan level support dan level resistance di 7.020-7.160. “Potensi menguat terbuka, tetapi terbatas,” demikian seperti dikutip.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), dan PT PP London Sumatera Tbk (LSIP).
Sedangkan Herditya memilih saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR).
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) - Buy on Weakness
Saham AMMN menguat 0,36% ke 6.925 disertai dengan munculnya volume pembelian, tetapi penguatan saham AMMN masih tertahan oleh moving average (MA20). "Kami perkirakan, posisi AMMN saat ini sedang berada pada bagian awal dari wave (c) dari wave [b]," ujar Herditya.
Buy on Weakness: 6.825-6.900
Target Price: 7.075, 7.375
Stoploss: below 6.700
2.PT Astra International Tbk (ASII) - Buy on Weakness
Saham ASII terkoreksi 1,67% ke 4.700 disertai dengan munculnya tekanan jual. "Kami perkirakan, posisi ASII saat ini berada pada bagian dari wave ii dari wave (iii). Hal tersebut berarti, ASII masih rawan terkoreksi dahulu," kata Herditya.
Buy on Weakness: 4.630-4.680
Target Price: 4.760, 4.880
Stoploss: below 4.570
3.PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) - Buy on Weakness
Saham BRIS terkoreksi 0,36% ke 2.780 dan masih didominasi oleh tekanan jual. Herditya mengatakan, pihaknya perkirakan, posisi BRIS sedang berada pada bagian dari wave [iv] dari wave 3. "Hal tersebut berarti, BRIS masih rawan melanjutkan koreksinya," kata dia.
Buy on Weakness: 2.630-2.720
Target Price: 2.870, 3.020
Stoploss: below 2.560
4.PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) - Spec Buy
Saham SMGR menguat 2,54% ke 2.830 disertai dengan munculnya volume pembelian. Herditya menuturkan, selama saham SMGR masih mampu berada di atas 2.710 sebagai stoplossnya, posisi SMGR saat ini berada di akhir dari wave i dari wave (iii).
Spec Buy: 2.760-2.810
Target Price: 2.990, 3.060
Stoploss: below 2.710
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Stimulus Bakal Dongkrak Daya Beli
Selain itu, dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyoroti mengenai stimulus. Pemerintah memutuskan untuk membatalkan rencana pemberian diskon tarif listrik sebesar 50% karena proses penganggarannya terlambat dan tidak memungkinkan untuk direalisasikan pada waktu yang ditargetkan, yaitu Juni–Juli 2025.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan karena keterlambatan tersebut, kebijakan tersebut digantikan dengan program Bantuan Subsidi Upah (BSU). Awalnya, pelaksanaan BSU belum pasti karena masih ada kendala dalam penentuan data penerima manfaat.
Namun, setelah dilakukan pembaruan data dari BPJS Ketenagakerjaan, pemerintah akhirnya memutuskan menyalurkan BSU kepada sekitar 17,3 juta pekerja dengan upah di bawah Rp 3,5 juta.
Rencana diskon listrik sebelumnya diumumkan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada 23 Mei, dan ditujukan untuk pelanggan PLN dengan daya listrik di bawah 1.300 VA. Diskon tersebut diharapkan dapat meringankan beban rumah tangga berpenghasilan rendah. Namun, karena hambatan teknis dan anggaran, program tersebut tidak dapat dilanjutkan.
"Kami menilai, diskon tarif listrik sebetulnya pengaruhnya lebih luas bagi masyarakat dan berpotensi meningkatkan daya beli dibandingkan BSU yang hanya diterima sebagian masyarakat. Di sisi lain, meskipun manfaat BSU tidak seluas diskon tarif listrik, kami tetap optimis insentif tersebut tetap mendongkrak daya beli,"