Prediksi IHSG Hari Ini 2 Juni 2025, Awasi Koreksi Lanjutan

2 days ago 32

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melemah pada perdagangan saham Senin (2/6/2025). IHSG akan melanjutkan koreksi ke posisi 6.713-7.031.

IHSG susut 0,32% ke posisi 7.175 pada perdagangan Rabu, 28 Mei 2025. Pergerakan IHSG pun cenderung sideways dan disertai tekanan jual.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG hari ini diperkirakan sudah berada pada akhir wave (v) dari wave a pada label hitam.

“Hal tersebut berarti, IHSG rawan melanjutkan koreksi ke rentang area 6.713-7.031,tetapi dapat dicermati penguatan dari IHSG yang kami perkirakan berpeluang menguji 7.185-7.216,” kata Herditya dalam catatannya.

Ia mengatakan, IHSG akan berada di level support 7.085,7.009 dan level resistance 7.263-7.324 pada Senin pekan ini.

Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas, IHSG berpotensi melemah terbatas dengan level support dan resistance 7.160-7.330.

Rekomendasi Saham

Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Avia Avian Tbk (AVIA).

Sedangkan Herditya memilih saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sentimen IHSG

Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyoroti risalah pertemuan the Federal Reserve (the Fed).

 The Fed mengatakan sepakat untuk melakukan pendekatan dengan kehati – hatian dalam membuat kebijakan moneter ditengah meningkatnya ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan, FISKAL, regulasi, dan imigrasi. “Kebijakan tarif yang diberikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, masih berpotensi untuk meningkatkan inflasi secara signifikan pada tahun ini dan akan mendorong angka pengangguran untuk mengalami kenaikan lebih dari proyeksi kami,” demikian seperti dikutip.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan terkait dengan potensi kenaikkan inflasi adalah, perusahaan dapat meningkatkan biaya penjualan yang lebih tinggi kepada konsumen, jenis barang yang dikenakan tarif, potensi gangguan rantai pasokan, hingga perekonomian yang lebih lemah. Hal ini yang membuat, para pembuat kebijakan sepakat untuk menunggu gambaran yang lebih jauh mengenai prospek inflasi dan aktivitas ekonomi.

Selain itu, data ketenagakerjaan di AS juga cenderung mendingin dan melambat sehingga berkorelasi positif terhadap yang disampaikan risalah the Fed seiring level pengangguran berpotensi mengalami kenaikan.

Selain inflasi, kondisi pasar minyak juga menjadi sorotan. "Harapan kami terhadap penurunan inflasi semakin besar, tatkala OPEC+ juga sepakat untuk meningkatkan produksi minyak untuk bulan ketiga berturut – turut meskipun ada keberatan dari para anggota utama, terutama Rusia,” demikian seperti dikutip.

Pasar Minyak

OPEC+ sepakat untuk menambah 411.000 barel per hari ke pasar pada Juli mendatang. Kenaikan tersebut sesuai dengan kenaikkan yang dijadwalkan pada Mei dan Juni. Peningkatan pasokan tersebut dilakukan untuk memberikan tekanan terhadap negara yang melakukan kelebihan produksi seperti Kazakhstan dan Irak.

Di satu sisi, kelebihan pasokan minyak akan membantu inflasi menjadi lebih terkendali dan tentu saja membuat bank sentral tersenyum. Namun di satu sisi, penurunan harga minyak yang berkepanjangan akan membuat produsen minyak di seluruh dunia mendapatkan tekanan.

Hal ini telah membuat Rusia, Aljazair, dan Oman meminta untuk dilakukan jeda terkait dengan penundaan peningkatan produksi. Hal ini telah membuat harga minyak turun hingga dibawah $60 per barel pada April.

OPEC+ sudah berhasil menjalani hampir setengah dari tujuan mereka untuk memulihkan produksi sebanyak 2,2 juta barel per hari yang terhenti selama beberapa tahun terakhir. Alhasil, JP Morgan Chase & Co telah memproyeksikan harga minyak Brent akan turun hingga USD 50 hingga akhir tahunmendatang.

Rekomendasi Teknikal

Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:

1.PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) - Buy on Weakness

Saham AKRA terkoreksi 1,16% ke 1.275 dan masih didominasi oleh tekanan jual, tetapi koreksinya masih tertahan oleh MA20. "Kami perkirakan, posisi AKRA sedang berada di awal wave B dari wave (B), sehingga AKRA rawan melanjutkan koreksinya," ujar Herditya.

Buy on Weakness: 1.075-1.265

Target Price: 1.380, 1.460

Stoploss: below 1.050

2.PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) - Buy on Weakness

Saham BMRI terkoreksi 1,85% ke 5.300 disertai dengan peningkatan tekanan jual. "Kami perkriakan, posisi BMRI saat ini sedang berada di awal wave (ii) dari wave [c]. Hal tersebut berarti BMRI masih rawan melanjutkan koreksinya," kata Herditya.

Buy on Weakness: 5.075-5.250

Target Price: 5.525, 5.750

Stoploss: below 4.960

3.PT Timah Tbk (TINS) - Buy on Weakness

Saham TINS menguat 0,85% ke 1.185 disertai dengan munculnya volume pembelian, pergerakannya pun masih berada di atas MA20. "Kami perkirakan, posisi TINS saat ini sini sedang berada pada bagian dari wave (b) dari wave [b]," ujar dia.

Buy on Weakness: 1.080-1.150

Target Price: 1.250,1.300

Stoploss: below 1.005

4.PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) - Buy on Weakness

Saham WIFI bergerak terkoreksi ke 2.010 disertai dengan munculnya tekanan jual, pergerakannya masih cenderung sideways dan masih berada di bawah cluster MA20 dan MA60. "Kami perkirakan, posisi WIFI saat ini sedang berada pada bagian dari wave [c] dari wave B pada label hitam," kata dia.

Buy on Weakness: 1.870-1.980

Target Price: 2.120, 2.260

Stoploss: below 1.840

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |