Polisi Tangkap Dalang Pembakaran Belasan Fasilitas Perusahaan di Siak, Takut Ratusan Hektare Lahan Ilegalnya Diambil

2 months ago 40

Liputan6.com, Pekanbaru - Polres Siak mengusut penyerangan komplek PT Seraya Sumber Lestari (SSL) di Desa Tumang yang menyebabkan belasan fasilitas perusahaan seperti tranportasi, klinik dan rumah karyawan terbakar. Sebanyak 5 orang ditetapkan sebagai tersangka.

Polres Siak menyatakan para tersangka memprovokasi masyarakat datang ke perusahaan dengan dalih lahan masyarakat telah diserobot. Masyarakat kian panas setelah perwakilan perusahaan dinilai tak mengakomodasi permintaan warga.

Berdasarkan pengusutan kepolisian, salah satu tersangka Konflik lahan berinisial SL ternyata menguasai ratusan hektare tanah di konsesi perusahaan hutan tanaman industri (HTI) itu. Tersangka kerusuhan ditangkap karena menjadi dalang atau aktor utama pembakaran kantor perusahaan.

"Ya betul (SL), pemilik lahan ratusan hektare di dalam konsesi, diduga otak dari aksi yang berujung pembakaran kantor PT SSL Tumang dan mengumpulkan massa ke lokasi," kata Kapolres Siak AKPB Eka Ariandy.

Eka menjelaskan, tersangka SL juga ikut membakar klinik dan fasilitas perusahaan. SL mempengaruhi warga setelah ada himbauan dari perusahaan agar konsesi dikosongkan dari aktivitas masyarakat.

"Himbauan itu memang benar tapi ini sebagai langkah perusahaan membebaskan konsesi dikuasai pihak lain," kata Eka.

Tidak hanya SL, tersangka lainnya ternyata juga punya kebun di konsesi perusahaan. Penyerobotan itu ingin dihentikan perusahaan agar tidak makin banyak pihak lain masuk ke konsesi.

"Ini sebenarnya konflik lama ya, tapi itu lahan konsesi perusahaan, jadi yang dilakukan perusahaan ya imbauan, mungkin kan itu SOP mereka (PT SSL)," kata Eka.

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Simak Video Pilihan Ini:

Aneh tapi Nyata, Pegunungan Sumbang Banyumas di Kaki Gunung Slamet Banjir Bandang

Manager Perusahaan Serangan Jantung

Penyerangan kompleks perusahaan di Desa Tumang terjadi pada Rabu pagi, 11 Juni 2025. Selain kerugian materil, kejadian ini menyebabkan salah satu manager PT SSL, Charles Siregar, meninggal dunia karena serangan jantung.

Pria 54 tahun itu memang sudah punya riwayat jantung. Namun kejadian yang mencekam karena kobaran api di sejumlah rumah yang dibakar dan teriakan massa aksi membuat penyakit jantungnya kumat.

"Awalnya keluarga memberikan informasi kepada kami bahwa Pak Charles sakit, kemudian keluarga langsung membawanya ke Pekanbaru menuju Rumah Sakit Awal Bros Ahmad Yani," ujar Manajer Humas PT SSL Sri Nurhaini Rachmandani, Minggu, 15 Juni 2025.

Tak lama setelah itu, pihak perusahaan mendapatkan kabar Charles tidak tertolong. Charles meninggal dunia pada 14 Juni 2025 sekitar pukul 13.00 WIB.

Dia mengatakan, perusahaan tempatnya bekerja itu telah dilengkapi berbagai fasilitas. Termasuk fasilitas kesehatan berupa klinik yang melayani para karyawan. Namun klinik tersebut saat ini porak poranda usai dibakar.

"Peralatan dan perlengkapan di klinik rusak, karena terbakar saat peristiwa kemarin sehingga tidak ada pertolongan pertama pada pak Charles, bahkan ia juga dibawa ke rumah sakit tanpa menggunakan ambulance dan bantuan oksigen," jelasnya.

Selain klinik, massa juga membakar pos satuan pengamanan dan lima rumah karyawan perusahaan kayu akasia di Tumang itu. Peristiwa tersebut diduga dipicu karena konflik lahan antara warga dengan perusahaan.

Menurut Eka, aksi demonstrasi boleh saja dilakukan, tapi jika sudah anarkis dan juga melanggar aturan akan ditindak tegas dan tak ditolerir. Sebab, ada unsur pidana yang dilakukan jika sudah anarkis.

"Kita sangat mengecam sekali kebiasaan anarkis ini. Aksi boleh saja, tapi jangan anarkis," imbuhnya.

APHI: Bukan Murni Suara Petani

Di sisi lain, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Riau menyatakan keprihatinan mendalam terhadap insiden anarkis di PT SSL. Apalagi belakangan diketahui penyerangan ini didalangi para tersangka yang menguasai ratusan hektare konsesi perusahaan.

Berdasarkan informasi yang diterima Ketua APHI Riau Muller Tampubolon Muller mengutuk keras aksi tersebut tersangka SL menguasai lahan hingga 143 hektare di area konsesi. Tersangka sudah termasuk cukong yang memprovokasi dan menggerakkan massa, memanfaatkan isu-isu agraria untuk kepentingan pribadi.

"Apalagi tindakan anarkis ini membuat anak-anak, dan ibu-ibu yang melihat langsung penyerangan dan penjarahan mengalami trauma karena saat kejadian terjadi pembakaran rumah karyawan, penjarahan seperti sepeda, sepeda motor, susu, sembako dan alat elektronik, bahkan diancam dipukuli oleh pelaku," kata Muller.

APHI secara tegas mendukung langkah kepolisian mengusut tuntas kasus ini. Kecepatan aparat mengungkap dalang di balik aksi anarkis dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang merupakan langkah penting.

"Kami mengapresiasi langkah salah satu pemilik lahan bernama Chimpo yang dengan sukarela mengembalikan konsesi seluas 400 hektare kepada PT SSL," ujar Muller.

Menurutnya, tindakan ini patut dicontoh sebagai bentuk ketaatan terhadap hukum dan komitmen terhadap pemulihan fungsi lahan sesuai peruntukannya.

Muller menjelaskan bahwa pemulihan fungsi lahan sawit menjadi HTI sesuai izin yang berlaku adalah inti permasalahan yang disalahpahami. 

PT SSL dituduh mencabut sawit masyarakat, padahal yang terjadi adalah pemulihan lahan milik Chimpo yang sebelumnya ditanami sawit agar kembali berfungsi sebagai konsesi HTI, sesuai dengan SK Kementerian Kehutanan Nomor SK.22/menhut-II/2007 juncto SK Penetapan Tata Batas Areal Kerja SK.276/Menlhk/sekjen/PLA.2/2020.

Sebagai informasi, PT SSL merupakan salah satu anggota APHI Provinsi Riau dengan nomor keanggotaan 452. Keterlibatan PT SSL dalam asosiasi ini menunjukkan komitmen perusahaan terhadap standar operasional dan etika bisnis yang berlaku di sektor kehutanan.

APHI meminta Pemerintah Kabupaten Siak untuk bersikap netral dalam menyikapi insiden ini. Muller menekankan bahwa pekerja di PT SSL juga merupakan warga Kabupaten Siak dan memiliki hak yang sama untuk bekerja dan mencari nafkah dengan aman. 

"Sikap netral pemerintah daerah diharapkan dapat menciptakan iklim kondusif bagi penyelesaian konflik dan memastikan keadilan bagi semua pihak," kata Muller.

Dengan luas konsesi mencapai 19.685 hektare setelah penetapan batas, PT SSL memiliki peran penting dalam perekonomian lokal dan nasional. Oleh karena itu, APHI berharap insiden ini dapat segera tuntas dan operasional perusahaan dapat kembali berjalan normal demi keberlangsungan usaha dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |