Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang melakukan proses penelaahan atas 28 perusahaan yang mengajukan pernyataan pendaftaran atas initial public offering (IPO) saham.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif, dan Bursa Karbon OJK (KE PMDK) Inarno Djajadi menuturkan, periode 1 Januari 2025-8 Mei 2025 telah terdapat lima perusahaan yang telah mendapatkan pernyataan efektif atas IPO saham dengan nilai emisi Rp 3,23 triliun.
"OJK sedang melakukan proses penelahaan atas 28 perusahaan yang mengajukan pernyataan pendaftaran atas IPO,” kata dia dalam jawaban tertulis, seperti dikutip Senin (2/6/2025).
Ia mengatakan, pihaknya juga sedang dalam memproses IPO PT Chandra Daya Investasi. "PT Chandra Daya Investasi telah menyampaikan pernyataan pendaftaran saat ini dalam proses penelaahan,” kata dia.
Saat ditanya mengenai prospek IPO di tengah perang dagang, Inarno menuturkan, kondisi makroekonomi Indonesia saat ini menghadapi tantangan dari faktor eksternal seperti ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan mitra dagangnya yang turut menciptakan volatilitas pasar global.
Namun, di tengah dinamika itu, ia menilai, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang cukup solid, tercermin dari inflasi yang masih terkendali, pertumbuhan ekonomi yang tetap positif di 4,8%, serta kestabilan sistem keuangan yang terus dijaga.
Investor Pasar Modal
"Sentimen eksternal seperti perang dagang memang menjadi pertimbangan bagi pelaku pasar, tetapi hal ini juga justru mendorong investor untuk mencari pasar negara berkembang dengan fundamental kuat dan potensi pertumbuhan besar, salah satunya Indonesia,” kata dia.
Ia menambahkan, hal tersebut terlihat dari peningkatan jumlah investor pasar modal yang telah mencapai 16.245.270 SID.
"Hal ini membuka peluang bagi perusahaan dalam negeri untuk memanfaatkan momen ini sebagai sarana memperkuat struktur permodalannya melalui IPO saham,” kata Inarno.
Ia mengatakan, berdasarkan data yang OJK miliki memang terdapat beberapa perusahaan yang telah mengajukan pernyataan pendaftaran tetapi melakukan penundaan untuk memperbaiki pengungkapan keterbukaan informasi pada dokumennya, meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan valuasi. Akan tetapi, pihaknya belum menerima penundaan IPO karena kondisi makroekonomi.
"Namun sampai dengan saat ini belum terdapat penundaan yang disebabkan karena pengaruh kondisi makro,” kata Inarno.
20 Perusahaan Antre di Pipeline IPO, Mayoritas Aset di Bawah Rp 250 Miliar
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO). Saat ini terdapat 14 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa dengan dana dihimpun sebesar Rp 7,01 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, sampai dengan 23 Mei 2025 terdapat 20 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala menengah. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor finansial.
"Hingga saat ini, terdapat 20 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Senin (26/5/2025).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 11 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Kemudian 7 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Serta 2 perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 4 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 2 Perusahaan dari sektor technology
• 3 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Obligasi
Hingga saat ini, telah diterbitkan 45 emisi dari 31 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 58,7 triliun. Sampai dengan 23 Mei 2025 terdapat 62 emisi dari 46 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 8 Perusahaan dari sektor energy
• 25 Perusahaan dari sektor financials
• 2 Perusahaan dari sektor healthcare
• 2 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 2 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Rights Issue Per 23 Mei 2025, telah terdapat 4 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 0,86 triliun. Serta terdapat 4 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 1 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic