Liputan6.com, Jakarta - PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU International) memutuskan untuk membagikan dividen tunai Rp 7,21 miliar atau setara Rp 2,30 per saham. Keputusan ini berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2024.
Pembagian dividen tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), serta aturan yang berlaku di sektor pasar modal dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Keuangan MUTU International, Sumarna, menyampaikan bahwa sisa laba bersih setelah dikurangi dividen dan cadangan wajib sebesar Rp16,83 miliar akan dimasukkan ke dalam saldo laba ditahan perseroan.
"Sisa laba bersih setelah dikurangi penyisihan cadangan wajib dan pembagian dividen, yang sebesar Rp16,83 miliar akan dialokasikan untuk menambah saldo laba ditahan perseroan," ujar Sumarna dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (1/6/2025).
Sementara itu, Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga menyampaikan optimisme terhadap prospek bisnis tahun depan. Ia menilai ada banyak peluang untuk pertumbuhan dengan mempertimbangkan kondisi pasar, hambatan, dan faktor pendukung usaha.
"Perseroan telah menyusun berbagai strategi inovatif yang mencakup pengembangan laboratorium, skema sertifikasi baru, serta perluasan jasa inspeksi dan kajian guna memperkuat kinerja dan memperluas jangkauan pasar," kata Arifin.
Fokus pada Tiga Pilar Strategis
Arifin menjelaskan bahwa strategi ekspansi perusahaan bertumpu pada tiga pilar utama: Green Economy, Shariah Economy, dan Digital Economy.
Untuk pilar pertama, Green Economy, MUTU mengembangkan skema seperti Green Gold Label, Sustainable Biomass Program, hingga skema terkait regulasi deforestasi Uni Eropa (EU Deforestation Regulation/EUDR).
Pilar kedua, Shariah Economy, merespons tren meningkatnya perhatian konsumen terhadap produk halal, bahkan dari negara-negara nonmuslim. Hal ini menjadi alasan perusahaan untuk memperluas layanan sertifikasi dan inspeksi di sektor tersebut.
"Kesadaran konsumen dari negara nonmuslim terkait dengan ekonomi halal pun terus meningkat. Hal ini menjadi pemicu perseroan untuk mengembangkan skema sertifikasi dan inspeksi di bidang halal," tutur Arifin.
Adapun pilar ketiga adalah Digital Economy, yang difokuskan pada digitalisasi sistem pelacakan (traceability), terutama untuk sumber daya alam. Langkah ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang perseroan untuk memperkuat posisi di industri jasa pengujian, inspeksi, dan sertifikasi (Testing, Inspection, Certification/TIC).
Kinerja Keuangan 2024
Pada 2024, MUTU International membukukan pendapatan sebesar Rp 308,84 miliar, meningkat 7,72 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat Rp 286,71 miliar. Kenaikan ini terutama ditopang oleh pertumbuhan pendapatan dari segmen pengujian (testing) yang naik signifikan sebesar 22,5 persen.
Laba kotor juga tercatat naik menjadi Rp 139,11 miliar atau tumbuh 2,46 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp 135,76 miliar pada 2023.
Namun, beban pokok pendapatan turut meningkat 12,45 persen menjadi Rp 169,73 miliar. Kenaikan ini dipicu oleh beban penyusutan aset tetap, biaya karyawan, serta biaya subkon pengujian yang berkaitan langsung dengan peningkatan aktivitas operasional.
Di sisi lain, beban usaha juga naik 15,92 persen menjadi Rp 97,52 miliar dari Rp 84,12 miliar pada tahun sebelumnya, terutama karena bertambahnya biaya pegawai dan pemasaran.
Akibat beban yang meningkat, laba usaha perusahaan turun menjadi Rp41,59 miliar, melemah 19,46 persen dibandingkan Rp 51,64 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini turut menekan laba bersih tahun berjalan yang tercatat sebesar Rp 24,11 miliar, atau turun 22,10 persen dari posisi tahun lalu sebesar Rp 30,96 miliar.