Liputan6.com, Medan - Gelar Melayu Serumpun (Gemes) 2025 yang berlangsung di Istana Maimun, Kota Medan, pada 21 hingga 24 Mei lalu menyisakan berbagai cerita menarik.
Salah satunya dari stan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Ya, stan tersebut milik seorang Pemuda Melayu bernama OK Dery Ananda. Dery, sapaan akrab pria 25 tahun ini menampilkan cerutu.
Uniknya, Dery sesekali memperlihatkan keahliannya membuat cerutu dengan penampilan yang khas, yaitu mengenakan pakaian adat Melayu. Hal ini memantik perhatian para pengunjung Gemes 2025 untuk menilik stan milik Dery.
Tidak hanya sekadar melihat, sesekali tampak pengunjung bertanya tembakau apa yang digunakan Dery untuk meracik cerutu. Dialog antara pengunjung dengan Dery pun sering terjadi, hingga transaksi jual beli.
Kala itu, ketika Liputan6.com menyamperi Dery di stan miliknya, hari pertama pembukaan Gemes 2025, Rabu, 21 Mei 2025, Dery mengaku tembakau yang digunakannya untuk membuat cerutu adalah Tembakau Deli.
Tembakau itu dia peroleh dari Perkebunan Klumpang, Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
"Saya sudah menggeluti profesi sebagai pembuat cerutu ini sejak 2020, hingga sekarang," ucapnya memulai pembicaraan.
Berangkat dari Pengalaman Masa Kecil
Dery bercerita, awal terjun menjadi seorang pembuat cerutu karena melihat tidak ada suvenir Tembakau Deli, dan bertanya-tanya kenapa tidak ada hilirisasi di Tanah Deli. Maka, selaku putra daerah merasa terpanggil.
"Karena Tembakau Deli adalah warisan budaya leluhur. Karena hal itu juga, saya merasa bertanggung jawab, dan dituntut untuk melestarikan budaya leluhur," ungkap pemuda berkumis itu.
Dery merasa, sejak kecil sudah familiar dengan Tembakau Deli. Sebab, dari kecil dirinya suka dengan sejarah, dan selalu belajar serta mencari tahu tentang sejarah-sejarah kebudayaan Melayu.
"Nah, salah satunya soal Tembakau Deli ini. Dulu, atok-atok sering cerita, juga saya lihat dari ornamen-ornamen atau simbol-simbol yang terkait dengan Tembakau Deli," bebernya.
Dery mencontohkan soal simbol bunga tembakau di Balairung Istana Maimun. Saat kecil, Dery melihat simbol itu, lalu mencari tahu dengan bertanya kepada atoknya, Tengku Zikri, yang saat itu bergelar Tengku Laksmana Negeri Deli, adik Sultan Maimun ke-12, Sultan Azmi Perkasa Alam Alhaj.
Berangkat dari hal-hal kecil itu, Dery terus mencari tahu soal Tembakau Deli, hingga akhirnya menemukan jawaban soal apa itu Tembakau Deli, yang kemudian muncul dibenaknya untuk dijadikan sebuah passion.
"Itu tadi, jadi passion bagi saya, dan saya suka (membuat cerutu)," ujarnya.
Di keluarga Kesultanan Deli, Dery bukan orang sembaranga. Ayahnya adalah keturunan Tengku Perdana Menteri Harun Al Rasyid, anak Sultan Deli ke-9, Ma'moen Al Rasyid, dan generasi ke-5 dari Sultan Ma'moen.
Belajar dari Jember
Diungkapkan Dery, dia belajar membuat cerutu dari Jember, Jawa Timur. Diakuinya, awal-awal belajar cukup susah, karena dirinya berlatar belakang kaum Agamawan, yang sempat menjadi imam masjid, hingga akhirnya menemukan passion sebagai pembuat cerutu.
Sebagai masyarakat Melayu, Dery berharap apa yang dilakukannya saat ini menjadi tradisi untuk menyambut orang-orang terhormat, sebagai momen perayaan, juga sebagai upaya anak muda merawat dan melestarikan Budaya Melayu Deli.
"Karena, dulu sepengetahuan saya, inilah yang dibuat atok-atok moyang saya. Ketika bercerutu, ada hal untuk menghargai," ujarnya.
Dery telah memiliki merek sendiri diberi nama Royal Cigar. Cerutu buatannya bahkan telah terjual hingga luar negeri, dibeli wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Istana Maimun. Pada pagelaran Gemes 2025, Dery mengaku banyak pengunjung antusias melihat stannya.
"Ada dari Thailand sempat lihat-lihat, beli cerutu juga. Lalu, pengunjung lokal juga banyak, sih. Ramai, lah," bebernya.
Dukungan Sultan Deli
Upaya yang dilakukan Dery saat ini ternyata didukung oleh Sultan Deli ke-14, Aria Mahmud Lamanjiji. Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, dalam rangkaian Gemes 2025, mengatakan, produksi cerutu dari Istana Maimun digagas oleh keluarga.
"Nah, Dery itu keluarga saya. Dia pernah datang ke saya berniat untuk menaikan Tembakau Deli," kata Aria.
Pada kesempatan itu, Aria mengakui Kesultanan Deli sempat berjaya karena Tembakau Deli. Lalu, Tembakau Deli membuat Kesultanan Deli melejit dalam bisnisnya.
"Bahkan, katanya kalau cerutu Kuba, kita bisa mungkin nomor duanya. Ada khasnya, katanya ada rasa mintnya, atau apa, gitu," ucapnya.
Selaku Sultan Deli, Aria sangat mendukung langkah Dery, supaya nama Deli bisa naik lagi. Karena memang Tanah Deli penghasil tembakau, bahkan di Kota Medan luar biasa zaman dahulu kekayaan alamnya.
"Menurut saya, Kota Medan dulu sudah sangat pesat sekali. Bahkan, delegasi-delegasi dari luar negeri berdatangan ke sini. Mereka pada berbisnis di sini," Aria mengakhiri.
Sejarah Singkat Tembakau Deli
Dikutip dari berbagai sumber, Tembakau Deli, yang ditanam pertama kali pada tahun 1864 di Sumatera Timur, memiliki sejarah panjang dan kaya, menjadi komoditas unggulan selama lebih dari 130 tahun.
Keberhasilan perkebunan ini dimulai dengan inisiatif Jacobus Nienhuys yang menanam tembakau di Deli pada tahun 1863, dan kemudian menghasilkan daun tembakau berkualitas tinggi yang sangat diminati di pasar Eropa, khususnya untuk cerutu.
Perkebunan Tembakau Deli dimulai oleh Jacobus Nienhuys, seorang pengusaha Belanda, yang mendapatkan konsesi tanah dari Sultan Deli untuk memulai perkebunan.
Tembakau Deli terkenal karena kualitasnya yang istimewa, seperti warna yang rata dan elastisitas daun yang membuatnya sangat cocok untuk cerutu.
Perkembangan perkebunan Tembakau Deli membawa dampak signifikan pada ekonomi dan sosial masyarakat Deli, termasuk pertumbuhan infrastruktur dan perubahan struktur sosial.
Perkebunan Tembakau Deli berkembang pesat pada masa kolonial, dengan peningkatan jumlah perusahaan dan tenaga kerja, termasuk pekerja kontrak dari Cina.
Meskipun pernah menjadi komoditas unggulan, perkebunan Tembakau Deli mengalami penurunan, terutama setelah masa kemerdekaan Indonesia.
Upaya pelestarian Tembakau Deli terus dilakukan untuk menjaga warisan budaya dan ekonomi masyarakat yang terkait dengan komoditas ini.
Tembakau Deli bukan hanya sekadar komoditas pertanian, tetapi juga bagian penting dari sejarah dan identitas wilayah Sumatera Timur, yang meninggalkan jejak dalam perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Kini, di tangan anak-anak muda seperti OK Dery Ananda, berupaya mengangkat kembali kejayaan Tembakau Deli di kancah internasional.