Konsorsium Nasional Internasional Dukung Petani Indonesia Hadapi Krisis Iklim

1 day ago 30

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah konsorsium kolaboratif resmi diperkenalkan untuk memperkuat daya tahan petani kecil Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Inisiatif ini melibatkan lima institusi utama. Mereka adalah Global Environment Facility Small Grants Programme atau GEF SGP Indonesia, Universitas Ghent dari Belgia, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, dan PT Supa Surya Niaga. Kolaborasi apik ini mendapatkan dukungan dari Amati Indonesia.

Kolaborasi lintas sektor tersebut hadir sebagai respons konkret terhadap kondisi lapangan yang semakin menantang. Betapa tidak, petani kecil di berbagai wilayah Indonesia, khususnya mereka yang bergantung pada komoditas ekspor seperti kakao, kopi, dan cengkeh, kini tengah menghadapi tekanan yang semakin dahsyat.

Cuaca tak menentu, serangan hama semakin membabi buta, dan kualitas tanah yang memburuk tak pelak menurunkan hasil panen. Tidak cuma itu, kondisi ini juga semakin mempersulit penghidupan jutaan keluarga petani.

Konsorsium ini menyatukan kekuatan ilmu pengetahuan, bisnis, dan aksi komunitas dalam satu gerakan kolektif untuk membangun ketangguhan petani. Dengan pendekatan inklusif dan berbasis bukti, seluruh mitra akan saling bergandeng tangan untuk mendorong transformasi pertanian Indonesia ke arah yang lebih adaptif, berkelanjutan, dan adil.

Dalam program ini, para petani akan mendapatkan pelatihan tentang praktik pertanian cerdas iklim, seperti penggunaan varietas tanaman tahan kekeringan, penerapan sistem agroforestri, serta pemanfaatan teknologi digital untuk memantau cuaca dan iklim secara real time. Pelatihan dirancang agar sesuai dengan kondisi lokal dan mudah diakses oleh petani di daerah terpencil sekalipun.

Dari sisi akademik, Universitas Ghent menggandeng Universitas Brawijaya dan Universitas Hasanuddin akan melakukan riset terapan terkait pengembangan varietas tanaman yang tangguh, manajemen tanah berkelanjutan, serta metode budidaya yang efisien. Hasil riset ini tidak hanya akan memperkaya literatur ilmiah, tetapi juga langsung diuji coba di lapangan bersama petani melalui proyek percontohan di berbagai daerah.

Tak hanya dari aspek teknis, PT Supa Surya Niaga turut memberikan kontribusi penting dalam membuka akses pasar yang adil bagi petani. Dengan membangun jalur distribusi ke pembeli-pembeli yang menerapkan prinsip perdagangan berkeadilan (fair-trade), para petani akan memperoleh insentif ekonomi atas praktik bertani yang berkelanjutan. Hal ini menjadi motivasi tambahan bagi petani untuk terus menjaga ekosistem dan kualitas hasil tani mereka.

Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia, Sidi Rana Menggala, menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan contoh nyata kerja sama global yang berbasis kepedulian terhadap komunitas akar rumput. Dia meyakini bahwa perubahan iklim yang notabene merupakan tantangan besar hanya bisa diatasi dengan jalur kolaborasi.

“Kami percaya, perubahan iklim adalah tantangan besar yang hanya bisa diatasi bersama. Konsorsium ini menunjukkan bagaimana akademisi, sektor swasta, dan komunitas dapat bersatu, saling belajar, dan saling menguatkan,” ujar Sidi dalam pernyataannya, Jumat (30/5/2025).

Lebih lanjut, Sidi menekankan pentingnya menempatkan petani sebagai aktor utama, bukan objek pembangunan. Menurut Sidi, inisiatif justru datang dari komunitas lokal, bukan dari para begawan yang berada di menara gading.

“Inisiatif ini tidak datang dari atas, tetapi berangkat dari suara, kebutuhan, dan kekuatan komunitas lokal. Mereka bukan hanya sekadar menerima manfaat, tapi mereka juga yang akan memimpin kita ke arah perubahan,” tutur Sidi.

Peluncuran konsorsium ini menunjukkan bahwa Indonesia mengambil langkah penting dalam membangun masa depan pertanian yang lebih tangguh terhadap krisis iklim. Masa depan tersebut tidak lagi menjadi harapan jauh, tetapi sedang dirintis hari ini—dengan ilmu, solidaritas, dan keberpihakan pada rakyat kecil.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |