Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan manajer investasi terus berkembang di Indonesia. Di tengah persaingan ketat, perusahaan manajer investasi mengeluarkan jurus untuk menambah dana kelolaan dan menarik investor ritel dan institusi.
Demikian juga yang dilakukan PT Syailendra Capital. Berdiri sejak 2006, perusahaan manajer investasi tersebut kini mencatat dana kelolaan Rp 32 triliun. PT Syailendra Capital pun masuk dalam 10 perusahaan manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar di Indonesia.
Selain membidik investor insitusi, Syailendra Capital juga meningkatkan investor ritel yang diharapkan ke depan akan mendukung Perseroan. Seiring hal itu, bagaimana Syailendra Capital masuk 10 perusahaan manajer investasi terbesar di Indonesia? Bagaimana dengan target dana kelolaan hingga akhir 2025? Serta produk apa saja yang akan diluncurkan ke depan?
Berikut wawancara Liputan6.com dengan COO Syailendra Capital Gunanta Afrima, ditulis Sabtu (6/9/2025):
Bagaimana strategi Syailendra Capital masuk 10 perusahaan manajer investasi terbesar di Indonesia?
Syailendra merupakan local house, kemudian kita juga kita tidak terafiliasi dengan grup manapun, stand alone. Tidak punya sister company, tidak ada grup besar yang support kita di belakang.
Kita 100% lokal. Kita mengerti market lokal. Kita tidak punya afiliasi apapun dan support grup manapun. Kita kerja keras. Mungkin dua hal itu terutama. Memberikan service, part of kerja keras itu.Kita tahu market lokal, tahu needs investor. Tak sekadar menawarkan produk juga menawarkan solusi. Bisa personalize tergantung kebutuhan mereka. Selain punya manajer investasi (MI), kita punya lisensi penasihat investasi. Tidak hanya marketing tetapi juga bisa advisor mereka, sesuaikan kebutuhan mereka. Tentu saja izin yang di Atas.
Bagaimana dana kelolaan hingga Juli 2025?
Dana kelolaan sekarang Rp 32 triliun. Pada 2020, kita masih sekitar Rp 20 triliun. Pertama kali masuk 2016 sekitar Rp 7 triliun.
Kita bisa tumbuh, dan tantangan ke depan selalu ada. Lebih efisien, lebih produktif lagi, tidak boleh lengah dengan kondisi sekarang. Karena persaingan kalau di lihat di industri terutama 10 besar papan menengah bawah cepat sekali bergeraknya. Orang-orang sangat agresif. Keras persaingan di situ.
Bagaimana dengan target dana kelolaan hingga akhir 2025?
Target dana kelolaan tahun ini sekitar Rp 35 triliun. Masih ada waktu empat bulan kejar ke sana.
Ada peluncuran produk baru?
Ada 1-2 produk di-launching akhir tahun. Salah satunya ETF emas, aturan masih belum jelas. Tapi yang pasti bakal kita luncurkan kuartal keempat offshore fund. Investasi di efek asing 100%.
Siapa target investor untuk produk reksa dana offshore fund itu?
Target investor lokal. Market kita hampir 100% lokal. Kami percaya market lokal potensi masih besar. Kenapa cari market, kalau market di sini potensinya masih besar.
Dana kelolaan terbesar masih ditopang dari produk reksa dana apa saja?
Sekarang masih pendapatan tetap. Saham sesuai industri, shringking. Challenging fleksibilitas diversifikasi dan lain-lain, resiliensi terhadap market, yang besar itu balance (reksa dana campuran-red). Tapi saya tidak tahu kenapa balance tidak disukai.
Mengapa reksa dana campuran belum menarik perhatian?
Literasi. Karena imbal hasil reksa dana campuran di tengah-tengah di antara equity dan di bawah fixed income. Mereka tidak mau. Kalau mau konservatif masuk ke fixed income, kalau mau agresif ke saham. Padahal sebetulnya kalau mau produk beradaptasi di semua situasi pasar balance/campuran.
Bagaimana komposisi investor ritel dan institusi?
Kita masih banyak institusi tetapi sudah berkurang jauh porsinya. Sekarang kita punya investor institusi 82%. Dulu awal masuk di atas 95% sekarang sudah mulai menurun. Yang meningkat cukup pesat investor ritel. Kita ada ritel indirect dan direct itu hampir 20 persen. Kita percaya market yang akan tumbuh di situ di ritel.
Kapan mulai menyasar ritel?
Ketika keluarkan aplikasi. Kita memang sudah rencana masuk ritel cukup lama. Sejak 2018 mulai bicarakan untuk perbesar market share di ritel. Kita membangun in house aplikasi. Kita mulai ke sosial media campaign. 2021 kita launching aplikasi Yo Invest.
Bagaimana perkembangan aplikasi Yo Invest?
Bagus meningkatkan jumlah account. 10 ribu. Sebelum Yo Invest, hanya ratusan. Sangat membantu. Harus diakui secara jumlah investasi dana kelolaan masih kecil dari situ.
Bangun aplikasi bukan untuk menjadi profit center. Bangun subsitusi complement dalam jangka panjang bisa membuahkan hasil. Tidak hanya jualan, tetapi konsisten kasih edukasi market. Konsisten edukasi.
Aplikasi ini jadi backbone?
Belum, melihat sebagai compliment. Salah satu keunggulan reksa dana, untuk permudah akses investor ke Syailendra. Kenal lebih jauh Syailendra. Loyalty program. Kita selalu literasi. Ke kampus. Kita punya Syailendra Investment Leaque. Yang bagus dan beruntung, yang bagus jadikan intern. Tidak hanya jualan investasi. Ada kontribusi society.
Bisa jelaskan mengenai investor secara direct dan indirect?
Direct high network. Kita ada tim .Indirect lewat aplikasi, kerja sama dengan selling agent dengan fintech. Targetnya ritel juga. 32 mitra distribusi. Sudah mencover market. Kita akan selektif.
Bagaimana dengan keamanan IT?
ISO 27001. ISO operational excellent dan data nasabah. 2-3 tahun dapat sertifikasi itu. Artinya sudah terapkan standar keamanan tinggi. Tapi kita punya backup strategy DRC (disaster recovery center) kita punya outside di luar.
Data proteksi cukup tinggi. Kita sudah terapkan. Yang paling penting jadi pembeda, rekening nasabah tidak dibuka di kita. Dana di sekuritas di RDN. Kalau kita sama sekali tidak ada akses. Yang kita jaga kerahasiaan data nasabah dan transaksi yang dilakukan.
Regulator sudah punya standar tertentu. Kalau kita tidak penuhi tidak dapat ISO certificate itu.
Bagaimana perkembangan aplikasi Yo Invest hingga akhir tahun?
Yang kita sedang kembangkan dan belum puas. Ingin punya Robo Advisor, akomodir di situ. Perlu waktu. Fokus ke asset under management (AUM) dan revenue. Bisa double number pada 2026.
Bagaimana dengan strategi investasi yang diterapkan Syailendra Capital?
Diversifikasi penting. Kalau terdiversifikasi ke return. Kita bukan down diversified. Kita selalu pilih saham Analisa mikronya, cari saham yang punya value. Kita sudah yakin dengan emiten, di luar harganya turun karena kondisi eksternal kita tidak peduli.
Strategi portofolio high conviction. Kita bukan banyak diversifikasi. Diversifikasi harus tetapi tidak berlebihan. Kita percaya tim investment kita ketika sudah memilih satu emiten.
Seberapa optimistis untuk industri reksa dana?
Harus optimis karena ini produk bagus dan diperlukan Cuma memang belum terlalu disosialisasikan dengan baik.
Usul pemerintah dan regulator?
Literasi bareng-bareng. Terkoordinasi dengan baik. Punya milestone yang diukur dengan timeline dengan jelas. Masih bisa ditingkatkan. Nyuruh orang susah. Dimulai dari diri sendiri dan orang terdekat. Mulai dari diri sendiri. Tunggu. Lakukan yang mesti kita lakukan.