Liputan6.com, Jakarta - Perdagangan saham pekan ini hanya akan berlangsung selama 4 hari, yakni 2-5 Juni 2025. Selama periode tersebut, terdapat beberapa peristiwa penting yang berpotensi memengaruhi perdagangan pekan depan.
Antara lain Mahkamah Perdagangan Internasional AS yang memblokir tarif impor Donald Trump karena dianggap melampaui wewenang, Trump yang mempertimbangkan tarif impor sementara 15% untuk sebagian besar ekonomi global selama 150 hari dan rencananya menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50%.
Ada pula Elon Musk mundur dari penasihat senior Gedung Putih dan adanya isu pengunduran diri Ray Dalio sebagai penasihat Danantara, meskipun belum ada konfirmasi resmi. Selain itu, Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus mengimbau para investor untuk mencermati sejumlah sentimen kunci dari global dan domestik.
"Sentimen global yang wajib dicermati yakni Indeks S&P Global Manufacturing PMI bulan Mei Amerika Serikat yang diprediksi akan meningkat ke level 52,3 dibandingkan bulan sebelumnya di level 50,2,” sebut Indri, Senin (2/6/2025).
Lalu JOLTs Job Openings Amerika Serikat bulan Mei yang diperkirakan akan sedikit turun level 7,05 juta dibandingkan bulan sebelumnya di level 7,192 juta. Initial Jobless Claims Amerika Serikat pada minggu ketiga Mei yang diperkirakan turun tipis ke level 235.000 dari bulan sebelumnya di level 240.000 dan Non Farm Payrolls Amerika Serikat bulan Mei yang diperkirakan akan turun ke level 130.000 dibanding bulan sebelumnya di level 177.000.
Sementara itu sejumlah sentimen domestik yang perlu dipantau pekan ini yakni S&P Global Manufacturing PMI pada bulan Mei yang diprediksi meningkat ke level 48,3 dibanding bulan sebelumnya di 46,7. Neraca dagang Indonesia bulan April yang diprediksi tetap surplus tetapi turun hingga USD 2,75 miliar dibandingkan bulan sebelumnya di level USD 4,33 miliar.
“Selain itu, Indonesia diprediksi mengalami disinflasi ke level 1,9% dibandingkan bulan sebelumnya di level 1,95%,” kata Indri.
Relomendasi Saham Pekan Ini
Untuk merespons perkembangan pasar dan faktor-faktor pendorong utama pekan ini, PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memberikan rekomendasi sejumlah saham yang menarik diperhatikan pekan ini, antara lain:
1. Buy ANTM (Current Price: 3.110, Entry: 3.110, Target Price: 3.330 (7,07%), Stop Loss: 3.030 (-2,57%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,8).
ANTM masih tetap berada dalam strong uptrend dan bertahan diatas garis EMA 5. Asing masih mencatatkan net buy pada saham ANTM sebesar Rp233 miliar sepanjang perdagangan pekan lalu. Terlihat volume pembelian saham ANTM masih cukup tinggi dan masih berpotensi berlanjut.
2. Buy on Breakout BRMS (Current Price: 360, Entry: 370, Target Price: 408 (10,27%), Stop Loss: 350 (-5,41%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,9).
BRMS saat ini tengah berada dalam area konsolidasi dan membentuk area based yang sangat kuat. Candlestick terlihat masih berada di atas garis EMA 5 diiringi volume transaksi yang sangat tinggi. Stochastic oscillator masih berada di level 60 dan berpotensi untuk melanjutkan penguatannya.
3. Buy on Breakout BRIS (Current Price: 3.000, Entry: 3.040, Target Price: 3.350 (10,20%), Stop Loss: 2.870 (-5,59%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,8).
Saat ini BRIS berada dalam area konsolidasi yang cukup kuat dan tengah mencoba breakout level 3040. Volume transaksi BRIS juga terpantau masih cukup tinggi. Menariknya lagi, selama perdagangan pekan lalu asing masih mencatatkan net buy senilai Rp232,7 miliar.
Pasar Pekan Lalu
Sepanjang pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah terbatas sebesar (-0,53%) dari level 7.231 ke level 7.175.
Meskipun bergerak melemah, tetapi asing mencatatkan net buy sebesar Rp149,3 miliar di pasar regular. Ada 5 sektor yang mengalami penguatan, sementara sisanya mencatatkan penurunan.
Sektor healthcare menjadi sektor penopang laju IHSG dengan mencatatkan penguatan sebesar (+1,95%) karena para pelaku pasar mengantisipasi potensi meningkatnya kembali kasus Covid-19, sementara sektor technology menjadi sektor pemberat dengan penurunan sebesar (-1,97%) yang tertekan karena penurunan saham GOTO sebesar lebih dari (-11%).
Indri menegaskan, para pelaku pasar diperkirakan tetap berhati-hati dalam membuat keputusan mengingat perdagangan dalam sepekan ke depan yang akan berlangsung hanya dalam 4 hari perdagangan (02-05 Juni) karena ada libur Hari Raya Idul Adha.
Di sisi lain, para pelaku pasar juga menanti keputusan final mengenai rencana-rencana kebijakan Donald Trump mengingat Pengadilan Perdagangan Internasional Amerika Serikat telah menyatakan bahwa mayoritas tarif Trump dinyatakan ilegal dan diblokir.
"Para pelaku pasar juga menanti serangkaian data ekonomi terutama Non-Farm Payrolls sebagai salah satu indikator utama untuk The Fed membuat kebijakan selanjutnya. Kami memprediksi bahwa IHSG akan bergerak bervariasi cenderung menguat dalam rentang support 7.140 dan resistance 7.320," ulas Indri.
Sentimen Pekan Lalu
Pada perdagangan yang hanya berlangsung selama tiga hari (26-28 Mei 2025 lalu), ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan market. Yakni Presiden Donald Trump yang menunda penetapan tarif sebesar 50% atas barang-barang yang berasal dari Uni Eropa hingga 9 Juli 2025 (90 hari).
Kemudian risalah FOMC yang menyatakan bahwa The Fed akan tetap berada dalam pola wait-and-see serta tetap mempertimbangkan data ekonomi dan kondisi ekonomi yang ada. Sentimen konsumen Amerika Serikat yang berada di level 52,2 sama seperti laporan sebelumnya dan Presiden Donald Trump yang menghentikan sementara pengajuan visa pertukaran pelajar dan pengunjung dengan kategori visa F, M, dan J.
"Berdasarkan sentimen tersebut, ditambah lagi dengan waktu perdagangan yang relatif sempit (hanya 3 hari perdagangan), membuat para pelaku pasar berhati-hati cenderung wait-and-seesebab kemungkinan akan terjadinya hal-hal di luar perkiraan sepanjang long-weekend sangat besar," terang Indri.