Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan penguatan pada perdagangan saham Kamis (11/9/2025). Namun, kenaikan IHSG lebih rendah dari perdagangan kemarin dan saham perbankan menguat termasuk saham BBNI.
Mengutip data RTI, IHSG hari ini ditutup naik 0,64% ke posisi 7.747,90. Indeks saham LQ45 bertambah 1,63% ke posisi 794,84. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.
Pada perdagangan saham Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.819,09 dan terendah 7.742,59. Sebanyak 408 saham menguat sehingga angkat IHSG. 263 saham melemah dan 135 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan 1.971.895 kali dengan volume perdagangan 33,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 18,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.451.
Dari 11 sektor saham, tiga sektor saham memerah. Sektor saham energi melemah 0,50% dan catat koreksi terbesar. Sektor saham basic terpangkas 0,42% dan sektor saham teknologi merosot 0,33%.
Sektor saham keuangan bertambah 1,93%, dan catat penguatan terbesar. Sektor saham kesehatan naik 1,37% dan sektor saham transportasi menguat 1,15%.
Sementara itu, sektor saham industri menanjak 0,67%, sektor saham consumer nonsiklikal melesat 0,99%, sektor saham consumer siklikal menguat 0,24%, sektor saham properti melesat 0,76% dan sektor saham infrastruktur di zona hijau.
Gerak Saham
Pada perdagangan Kamis pekan ini, saham DOOH meroket 12,59% ke posisi Rp 161 per saham. Harga saham DOOH dibuka naik dua poin ke posisi Rp 145 per saham. Saham DOOH berada di level tertinggi Rp 161 dan terendah Rp 140 per saham. Total frekuensi perdagangan 21.691 kali dengan volume perdagangan 3.975.063 saham. Nilai transaksi harian Rp 60,6 miliar.
Harga saham GGRM merosot 0,28% ke posisi Rp 8.800 per saham. Saham GGRM dibuka stagnan di posisi Rp 8.825 per saham. Saham GGRM berada di level tertinggi Rp 9.050 dan terendah Rp 8.800 per saham. Total frekuensi perdagangan 915 kali dengan volume perdagangan 5.282 saham. Nilai transaksi p 4,7 miliar.
Saham ANTM melemah di tengah harga emas Antam cetak rekor. Harga saham ANTM turun 3,42% ke posisi Rp 3.390 per saham. Harga saham ANTM dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 3.520 per saham. Harga saham ANTM berada di level tertinggi Rp 3.570 dan terendah Rp 3.380 per saham. Total frekuensi perdagangan 42.075 kali dengan volume perdagangan 1.848.428 saham. Nilai transaksi Rp 639,4 miliar.
Top Gainers-Losers
Saham-saham LQ45 yang masuk top gainers antara lain:
- Saham BBNI naik 7,8%
- Saham JPFA naik 6,50%
- Saham BRIS naik 6,4%
- Saham BBTN naik 6,27%
- Saham SMRA naik 5,16%
Saham-saham LQ45 yang masuk top losers antara lain:
- Saham MDKA merosot 3,85%
- Saham ANTM merosot 3,42%
- Saham INCO merosot 3,36%
- Saham TLKM meroost 2,22%
- Saham MAPA merosot 1,67%
Saham-saham LQ45 teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BBCA senilai Rp 1,9 triliun
- Saham BMRI senilai Rp 1,6 triliun
- Saham BBRI senilai Rp 1,1 triliun
- Saham ANTM senilai Rp 600,4 miliar
- Saham BBNI senilai Rp 565,1 miliar
Saham-saham teraktif LQ45 berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham COIN tercatat 65.011 kali
- Saham CBRE tercatat 61.068 kali
- Saham BBCA tercatat 57.875 kali
- Saham BBRI tercatat 52.102 kali
- Saham BMRI tercatat 45.681 kali
Sentimen IHSG
Dalam kajian tim riset Phintraco Sekuritas menyebutkan, meredanya kekhawatiran akan prospek ekonomi serta membaiknya kondisi politik dan keamanan membuat IHSG berlanjut menguat.
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan penarikan Rp200 triliun dana kas negara dari Bank Indonesia (BI) untuk dialihkan ke perbankan umum.
Tujuannya untuk menambah likuiditas perbankan agar penyaluran kredit lebih cepat. Adapun, dana bersifat deposito, bisa ditarik kembali pemerintah apabila diperlukan.
“Bank dilarang memakai dana tersebut untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang mana fokus untuk mendukung ekonomi riil,” demikian seperti dikutip dari Antara.
Sentimen Eksternal
Dari mancanegara, dalam The Federal Open Market Committee (FMOC) pada 16-17 September 2025 pekan depan, hampir pasti peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 bps, sementara peluang pemangkasan 50 bps meningkat usai rilis PPI Amerika Serikat (AS).
Data Producer Price Index (PPI) Agustus 2025 tercatat turun 0,1 persen month to month (mtm), dari sebelumnya 0,7 persen (mtm) pada Juli 2025, atau melambat menjadi 2,6 persen year on year (yoy) dari 3,1 persen (yoy).
Selanjutnya, pelaku pasar akan mencermati data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS yang akan dirilis malam ini.