Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini, Selasa (3/6/2025) berpotensi lanjutkan koreksi. IHSG akan berpotensi ke posisi 6.713-7.035.
IHSG anjlok 1,5% ke posisi 7.065, pergerakannya masih didominasi oleh tekanan jual pada perdagangan saham Senin, 2 Juni 2025.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saat ini, posisi IHSG berada pada awal wave (b) dari wave A pada label hitam. "Hal tersebut berarti, IHSG rawan melanjutkan koreksi ke rentang 6.713-7.035. Meskipun menguat, diperkirakan relatif terbatas untuk menguji rentang 7.088-7,112,” ujar Herditya.
Ia mengatakan, IHSG akan berada di level support 7.009,6.945 dan level resistance 7.263,7.324 pada perdagangan Selasa pekan ini.
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi melemah terbatas dengan level support dan level resistance 7.020-7.160.
Rekomendasi Saham
Untuk rekomendasi saham hari ini, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memilih saham antara lain PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA).
Sedangkan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Data Ekonomi Indonesia
Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyoroti data manufaktur Indonesia, neraca perdagangan hingga inflasi.
Aktivitas manufaktur Indonesia masih menghadapi tekanan pada Mei 2025, meskipun mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Berdasarkan data S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia naik dari 46,7 pada April menjadi 47,4 di Mei. Meski masih di bawah ambang netral 50,0 (indikator kontraksi), peningkatan ini menunjukkan bahwa penurunan aktivitas industri mulai melambat. Permintaan baru anjlok signifikan dan menjadi yang terburuk sejak Agustus 2021, dipicu oleh kondisi pasar yang lesu dan penurunan permintaan global, khususnya dari Amerika.
"Hal ini membuat perusahaan mengurangi produksi, menyesuaikan stok, dan mengurangi aktivitas pembelian. Pelemahan permintaan baru yang paling tajam dalam hampir empat tahun telah mendorong penurunan volume produksi secara signifikan, hal ini yang membuat ekspor mengalami penurunan," demikian seperti dikutip.
Namun ada sinyal positif, di mana sektor manufaktur mencatat peningkatan tenaga kerja dalam lima dari enam bulan terakhir, menandakan optimisme terhadap prospek pemulihan. Kepercayaan bisnis terhadap output dalam 12 bulan ke depan juga meningkat.
Pelaku Pasar Wait and See
Selain itu, BPS merilis neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 yang masih mencatatkan surplus sebesar USD 0,16 miliar, meskipun jumlah ini menyusut tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai USD 4,33 miliar. Surplus ini memang menandai keberlanjutan tren positif selama 60 bulan berturut-turut, sekaligus juga merupakan yang terendah sejak Mei 2020.
“Namun kami menilai, capaian ini sedikit terkontraksi terutama disebabkan oleh impor yang cukup tinggi. Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun ini mencapai USD 11,07 miliar, naik USD 0,95 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu,” demikian seperti dikutip.
Di sisi lain, BPS juga merilis inflasi untuk Mei 2025 yang ternyata tercatat deflasi sebesar 0,37% secara bulanan, dengan IHK turun dari 108,47 di April menjadi 108,07.
Meskipun mengalami deflasi bulanan, secara tahunan inflasi tetap tercatat sebesar 1,60%, dan sejak awal tahun inflasi mencapai 1,19%.
Deflasi kali ini lebih dalam dibanding Mei 2024, terutama disebabkan oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang menyumbang deflasi terbesar, yakni 1,40%, dengan komoditas utama seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.
"Kami menilai dari rilis data PMI Indeks, neraca perdagangan, dan inflasi tampak bahwa perekonomian tetap kuat meskipun ada sedikit perlambatan. Selain karena perang dagang Amerika – Tiongkok yang masih memanas, Covid- 19 yang mulai menyebar di Asia, hal inilah yang menyebabkan para pelaku pasar bersikap wait & see,” demikian seperti dikutip.
Rekomendasi Teknikal
Berikut rekomendasi teknikal dari MNC Sekuritas:
1.PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) - Spec Buy
AMRT menguat 4,53% ke 2.540 disertai dengan munculnya volume pembelian. "Selama AMRT masih mampu berada di atas 2.410 sebagai stoplossnya, maka AMRT diperkirakan sedang berada di awal wave (v) dari wave [c]," ujar Herditya.
Spec Buy: 2.470-2.510
Target Price: 2.630, 2.800
Stoploss: below 2.410
2.PT Barito Pacific Tbk (BRPT) - Buy on Weakness
Saham BRPT terkoreksi 0,79% ke 1.250 dan masih didominasi oleh tekanan jual. "Kami perkirakan, posisi BRPT sedang berada di awal wave [iv] dari wave C, sehingga BRPT masih rawan melanjutkan koreksinya," kata Herditya.
Buy on Weakness: 1.060-1.225
Target Price: 1.355, 1.445
Stoploss: below 1.030
3.PT Bumi Resources Tbk (BUMI) - Buy on Weakness
Saham BUMI menguat 4,24% ke 123 disertai dengan tingginya volume pembelian. Herditya menuturkan, pihaknya perkirakan, posisi BUMI saat ini berada di awal wave (v) dari wave [i]. "Hal tersebut berarti, BUMI masih berpeluang melanjutkan penguatannya," kata dia.
Buy on Weakness: 117-121
Target Price: 128, 136
Stoploss: below 114
4.PT Mayora Indah Tbk (MYOR) - Spec Buy
Saham MYOR terkoreksi 2,19% ke 2,230 dan masih didominasi oleh tekanan jual, koreksi MYOR pun masih tertahan oleh moving average (MA)60. "Kami perkirakan, posisi MYOR saat ini berada pada bagian dari wave [b], sehingga MYOR masih rawan melanjutkan koreksinya," kata Herditya.
Spec Buy: 2.120-2.220
Target Price: 2.420, 2.520
Stoploss: below 2.090