Harga Emas dan Minyak Naik di Tengah Dinamika Global, Begini Nasib Saham ANTM Cs

2 days ago 20

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dan minyak kompak mencatatkan kenaikan tajam pada awal pekan ini, mencerminkan reaksi pasar terhadap ketidakpastian global dan perubahan dinamika pasokan energi.

Di tengah tekanan geopolitik serta fluktuasi nilai tukar dolar, kedua komoditas andalan ini kembali menjadi sorotan investor sebagai barometer utama risiko dan arah ekonomi global. Harga minyak Brent untuk kontrak Agustus 2025 melonjak 2,95% ke level USD 64,63 per barel pada perdagangan Senin malam, 2 Juni 2025.

Kenaikan ini terjadi setelah pasar menanggapi positif keputusan OPEC+ yang tetap menambah pasokan dalam laju yang stabil, bukan agresif. Langkah ini dinilai mengurangi ketakutan investor akan risiko oversupply global. Selain itu, penurunan jumlah rig aktif di Amerika Serikat sepanjang Mei turut memberikan dukungan terhadap harga minyak dunia.

Penurunan rig ini menjadi sinyal perlambatan produksi dari luar OPEC, terutama dari produsen besar seperti AS, yang belakangan justru cenderung menahan ekspansi. Seiring dengan kenaikan harga, saham-saham energi langsung menjadi perhatian pasar.

Emiten seperti MEDC, ENRG, AKRA, dan ELSA dinilai paling berpotensi mencatatkan kenaikan margin laba karena terdongkrak oleh peningkatan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP).

"Kenaikan harga minyak mentah berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen migas seperti MEDC, ENRG, AKRA, dan ELSA – karena berpotensi meningkatkan ASP dan margin laba perseroan," ujar Investment Analyst Stockbit, Hendriko Gani dalam risetnya, Selasa (3/6/2025).

Emas Naik 2,5%, Ketidakpastian Global Picu Permintaan Safe Haven

Harga emas spot naik signifikan sebesar 2,5% ke posisi USD3.372 per ons troy ounce pada perdagangan Senin malam, 2 Juni 2025. Penguatan ini didorong oleh pelemahan indeks dolar Amerika Serikat (DXY) yang turun 0,5%, membuat emas menjadi lebih menarik bagi pembeli dari luar AS.

Di saat yang sama, kekhawatiran terhadap ketegangan geopolitik ikut memperkuat permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Rencana AS untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium dari 25% menjadi 50% menimbulkan ketidakpastian pasar. Selain itu, eskalasi konflik antara Ukraina dan Rusia semakin menambah kekhawatiran.

Emiten-emiten tambang emas langsung disorot sebagai sektor defensif yang punya potensi upside. Saham-saham seperti ANTM, HRTA, dan PSAB dinilai mendapat katalis positif dari lonjakan harga emas dan meningkatnya minat terhadap aset logam mulia.

"Kenaikan harga emas ini menjadi katalis positif bagi emiten tambang emas seperti ANTM, HRTA, dan PSAB yang secara fundamental sensitif terhadap harga komoditas," ulas Hendriko.

IHSG Tertekan Sentimen Covid, Saham Komoditas Jadi Penopang

Meskipun harga komoditas naik, IHSG justru ditutup melemah lebih dari 1% pada Senin, 2 Juni 2025. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi lonjakan kasus Covid-19, menyusul surat edaran dari Kementerian Kesehatan yang memperingatkan adanya peningkatan gejala infeksi.

Tekanan ini menyebabkan investor asing mencatatkan net sell lebih dari Rp2 triliun dalam satu hari. Arus keluar ini memperparah koreksi indeks, membuat pelaku pasar cenderung menghindari saham-saham berisiko tinggi dan beralih ke sektor yang lebih tahan gejolak.

Dalam kondisi tersebut, saham-saham berbasis komoditas terutama dari sektor emas dan energi menjadi tujuan rotasi dana. Tim Riset Stocknow.id menilai emiten seperti ANTM dan MEDC layak dicermati karena sedang mendapat dorongan harga dari tren global.

"Kami bullish untuk ANTM di 3.400 dan MEDC di 1.335, karena keduanya berada di sektor yang tengah mendapat dorongan harga dari tren komoditas,".

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |