Liputan6.com, Jakarta - Saham produsen mobil listrik asal AS, Tesla menguat hingga 22% pada Mei 2025, meskipun angka penjualan mobilnya di China dan Eropa mencatat kinerja yang lesu.
Melansir CNBC International, Sabtu (31/5/2025) meskipun naik dalam sebulan, namun jika dihitung sejak awal tahun saham Tesla masih mencatat penurunan 14%.
Adapun saham Apple yang juga turun lebih dari 19% selama 2025, menandai kinerja saham terburuk di antara perusahaan berkapitalisasi besar.
Pemulihan saham Tesla pada bulan Mei 2025 terjadi ketika Presiden AS Donald Trump menandai berakhirnya masa jabatan Musk sebagai pegawai pemerintah khusus di Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).
"Ini akan menjadi hari terakhirnya, tetapi tidak juga, karena dia akan selalu bersama kita, membantu sepanjang waktu," tulis Trump di Truth Social.
Penjualan Tesla di Eropa turun setengah, dari tahun ke tahun pada bulan April 2025.
Penjualan Tesla di Tiongkok, pasar besar lainnya untuk kendaraan listrik bertenaga baterai, juga turun sekitar 25% secara tahunan pada kuartal pertama 2025.
Musk mengatakan pada panggilan pendapatan Tesla terbaru bahwa waktunya yang dihabiskan untuk menjalankan DOGE akan turun secara signifikan pada akhir Mei 2025, tetapi dia berencana untuk menghabiskan satu atau dua hari per minggu untuk pekerjaan pemerintah hingga akhir masa jabatan Trump.
Musk juga berencana untuk tetap berkantor di Gedung Putih.
"Saya berharap untuk tetap menjadi teman dan penasihat, dan tentu saja, jika ada yang diinginkan presiden dari saya, saya siap melayani presiden," kata CEO Tesla tersebut dalam konferensi pers di Ruang Oval pada Jumat.
S&P 500 dan Nasdaq Lesu Usai Komentar Trump Terkait Perdagangan China
Pasar saham Amerika Serikat mengalami pergerakan beragam pada penutupan perdagangan Jumat (30/5), ketika investor menepis kekhawatiran perang dagang setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan China melanggar perjanjian perdagangan pendahuluannya.
Mengutip CNBC International, Sabtu (31/5/2025) indeks S&P 500 secara keseluruhan turun tipis 0,01% hingga berakhir pada 5.911,69. Nasdaq Composite juga turun 0,32% menjadi 19.113,77.
Sementara itu, indeks Dow Jones IndustrTrumial Average naik 54,34 poin, atau 0,13%, hingga berakhir pada 42.270,07.
Sesi perdagangan hari Jumat menandai berakhirnya bulan perdagangan Mei yang kuat, dengan sebagian besar reli menyusul pengumuman kesepakatan perdagangan antara AS dan Inggris.
Investor berharap perkembangan itu dapat membuka jalan bagi lebih banyak perjanjian dagang AS dengan negara-negara lain yang menghadapi kenaikan bea masuk.
S&P 500 Naik 6,2% Selama Bulan Mei 2025
Sepanjang bulan Mei 2025, S&P 500 telah naik 6,2%, sementara Nasdaq melonjak 9,6%. Keduanya mencatat bulan terbaik sejak November 2023.
Adapun Dow Jones yang terdiri dari 30 saham juga naik 3,9% pada bulan tersebut.
Selama seminggu, S&P 500 melonjak 1,9%, sementara Dow yang terdiri dari 30 saham naik 1,6%. Nasdaq yang didominasi saham teknologi naik 2%.
Pasar saham AS awalnya anjlok pada sesi perdagangan hari Jumat setelah Trump mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa China "melanggar" perjanjian perdagangannya saat ini dengan AS.
Kemudian pada hari perdagangan tersebut, sebuah laporan Bloomberg, yang mengutip sejumlah sumber mengatakan bahwa AS berencana untuk memperluas pembatasan pada sektor teknologi China.
Langkah itu diputuskan setelah Menteri Keuangan AS Bessent mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Fox News bahwa pembicaraan perdagangan AS-China "agak macet".