Google Pimpin Reli Saham Teknologi, Kapitalisasi Megacap Tembus USD 21 Triliun

1 week ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Pekan ini menjadi momen besar bagi saham-saham sektor teknologi, dengan sederet kabar positif yang mendongkrak valuasi perusahaan-perusahaan raksasa hingga mencapai total USD 21 triliun.

Mengutip CNBC, Sabtu (6/9/2025), reli dimulai dari Google (Alphabet) yang sahamnya melonjak 9% setelah hakim AS memutuskan kasus antimonopoli tidak memaksa perusahaan menjual Chrome, melainkan hanya memberikan sanksi terbatas.

Keputusan ini juga menguntungkan Apple, karena kesepakatan miliaran dolar Google untuk menjadi mesin pencari default di iPhone tetap berjalan.

Sepanjang minggu, saham Alphabet naik lebih dari 10%, sementara Apple menguat 3,2%, ikut mendorong Nasdaq naik 1,1%.

Di sisi lain, Broadcom mencatat lonjakan 13% setelah CEO Hock Tan mengungkapkan adanya kontrak baru senilai USD 10 miliar dengan pelanggan AI besar—yang diduga kuat adalah OpenAI.

Kontrak ini mempertegas posisi Broadcom di pasar chip AI, menambah kapitalisasi pasarnya menjadi sekitar USD 1,6 triliun.

Saham Tesla juga terdongkrak oleh paket gaji yang baru diusulkan untuk CEO Elon Musk.

Jika dijumlahkan, delapan perusahaan di industri teknologi AS yang bernilai triliun dolar memperoleh kapitalisasi pasar gabungan sebesar USD 420 miliar minggu ini, sehingga total nilai mereka menjadi USD 21 triliun.

Dampak Kasus Antimonopoli dan Dominasi AI

Putusan antimonopoli terhadap Google dianggap sebagai “beban besar yang terangkat” bagi investor. Analis Wedbush menilai hal ini membuka jalan kerja sama lebih luas di bidang AI, khususnya melalui Gemini, model AI milik Google.

Hakim Amit Mehta menyebut munculnya AI generatif—dengan pemain baru seperti OpenAI, Anthropic, dan Perplexity—telah mengubah dinamika pasar dan mengurangi dominasi Google di pencarian.

Meski begitu, Google tetap menghadapi denda dari regulator Uni Eropa sebesar 2,95 miliar euro atau kurang lebih USD 3,45 miliar terkait praktik iklan digital. Namun, pasar tampaknya tidak terlalu terganggu.

Kondisi ini menunjukkan bahwa meski berada di bawah tekanan regulasi, raksasa teknologi masih memiliki daya tarik besar di mata investor.

Justru, persaingan AI yang semakin ketat dipandang bisa membuka peluang kolaborasi baru sekaligus memperluas sumber pendapatan jangka panjang.

Nvidia dan Microsoft Melemah, Tesla Bangkit

Tidak semua saham teknologi menikmati reli. Nvidia justru terkoreksi lebih dari 4% pekan ini, pelemahan empat minggu berturut-turut, meski masih menjadi perusahaan terbesar dengan kapitalisasi pasar di atas USD 4 triliun.

Microsoft juga turun, memperpanjang tren pelemahan lima pekan terakhir, meskipun dalam setahun terakhir sahamnya masih naik 21%.

Sebaliknya, Tesla bangkit dengan kenaikan 5% minggu ini. Kabar positif datang dari rencana kompensasi baru untuk CEO Elon Musk senilai hampir USD 1 triliun, yang akan dibagi dalam 12 tahap jika Tesla mampu mendongkrak kapitalisasi pasarnya menjadi USD 2 triliun.

Ketua Tesla, Robyn Denholm, menyebut paket tersebut dirancang agar Musk tetap fokus membawa perusahaan ke level berikutnya.

Kenaikan Tesla juga dipandang sebagai sinyal optimisme investor terhadap masa depan kendaraan listrik, meski saat ini perusahaan menghadapi tekanan besar dari kompetitor asal Tiongkok dan penurunan penjualan global.

Paket kompensasi Musk memberi harapan baru bahwa Tesla bisa kembali agresif memperluas inovasi dan pangsa pasar.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |