Liputan6.com, Jakarta - Di balik indahnya panorama pulau Lombok yang dikenal dengan hamparan pantai eksotis dan puncak Rinjani yang megah, tersimpan pula kekayaan budaya yang tak ternilai harganya.
Salah satu warisan budaya paling mencolok dari masyarakat Sasak adalah Gendang Beleq, sebuah alat musik tradisional berbentuk gendang besar yang tak hanya menggema secara fisik, namun juga memiliki gaung spiritual dan sosial yang dalam.
Disebut beleq, yang berarti besar dalam bahasa Sasak, gendang ini memang memiliki ukuran yang lebih besar dari gendang biasa. Namun bukan sekadar ukurannya yang membuatnya istimewa, melainkan bagaimana gendang beleq dimainkan secara berkelompok dengan semangat kebersamaan, kehormatan, dan keteguhan jiwa.
Gendang Beleq menjadi jantung dari berbagai upacara adat, mulai dari penyambutan tamu penting, upacara keagamaan, hingga prosesi sakral seperti pernikahan dan kematian. Ia adalah simbol harmoni antara tubuh, jiwa, dan alam semesta yang telah diwariskan turun-temurun dari leluhur masyarakat Sasak.
Secara teknis, Gendang Beleq biasanya dimainkan oleh sekelompok pemuda dalam satu ensambel yang dikenal sebagai sekehe beleq. Satu kelompok ini tidak hanya terdiri dari dua atau tiga pemain, tetapi bisa mencapai belasan hingga puluhan orang, tergantung skala acaranya.
Formasi ini menciptakan sebuah pementasan yang memukau: deretan pemuda mengenakan pakaian adat Sasak dengan gendang besar tergantung di bahu, diiringi alat musik pelengkap seperti reong, gong, suling, dan ceng-ceng. Mereka tidak hanya menabuh alat musik, tetapi juga menari, berbaris, bahkan beradu gerakan dalam koreografi yang memadukan kekuatan, ketepatan, dan semangat juang.
Energi yang ditampilkan begitu memikat, membuat Gendang Beleq tidak hanya terdengar tetapi juga terasa menggetarkan tanah, menyentuh jiwa, dan menyatukan emosi penonton dengan akar budaya yang kuat. Tak heran jika kesenian ini selalu menjadi magnet dalam festival budaya maupun acara-acara kenegaraan di NTB.
Tradisional
Makna Gendang Beleq tidak hanya sebatas pada pertunjukan musik atau hiburan semata. Ia membawa filosofi hidup masyarakat Lombok yang menjunjung tinggi solidaritas, kerja sama, dan penghormatan terhadap nilai-nilai spiritual.
Dalam beberapa konteks upacara adat, seperti Nyongkolan prosesi pernikahan adat Sasak. Gendang Beleq menjadi pengiring utama rombongan pengantin pria yang berjalan menuju rumah mempelai wanita.
Musik yang ditabuh bukan sekadar irama pengiring, melainkan doa dan restu yang dilantunkan melalui dentuman gendang dan irama gamelan. Dalam konteks lain seperti prosesi kematian atau Ngaben Sasak, Gendang Beleq justru menyuarakan penghormatan terakhir kepada arwah leluhur, mengiringi jiwa menuju alam baka dengan lantunan yang sarat makna spiritual.
Kesakralan inilah yang menjadikan setiap nada dan gerakan dalam Gendang Beleq sebagai bahasa non-verbal yang dimengerti oleh hati, bukan hanya oleh telinga.Di tengah arus modernisasi dan gempuran budaya global, keberadaan Gendang Beleq tetap berdiri kokoh sebagai identitas budaya masyarakat Sasak.
Pemerintah daerah maupun komunitas adat di berbagai desa di Lombok berupaya menjaga eksistensi kesenian ini melalui pelatihan generasi muda, festival budaya tahunan, hingga pengenalan dalam kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah.
Beberapa komunitas Gendang Beleq bahkan berhasil tampil dalam ajang budaya internasional, membawa nama Lombok dan Indonesia ke panggung dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ia berakar dari tradisi masa lampau, Gendang Beleq tetap hidup dan relevan dalam lanskap budaya kontemporer.
Ia bukan artefak yang diam di museum, melainkan jiwa yang terus berdenyut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Lombok. Gendang Beleq bukan sekadar alat musik, ia menjadi salah satu warisan, doa, semangat, dan identitas.
Di balik setiap dentuman gendang dan hentakan kaki para pemainnya, tersimpan kisah tentang keberanian, kebersamaan, dan keabadian nilai-nilai leluhur. Ia adalah bukti bahwa budaya bukan sesuatu yang mati, melainkan terus hidup dalam tubuh-tubuh yang menarikan tradisi, dalam tangan-tangan yang menabuh irama, dan dalam hati-hati yang setia menjaga pusaka warisan bangsa.
Selama Gendang Beleq masih dimainkan, selama itu pula denyut budaya Sasak akan terus bergema, mengisi ruang-ruang kehidupan dengan harmoni, semangat, dan kebanggaan.
Penulis: Belvana Fasya Saad