Liputan6.com, Jakarta - PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menilai harga batu bara masih berada pada level yang stabil di tengah pertumbuhan permintaan dari negara-negara Asia. Permintaan terutama datang dari Tiongkok, Jepang, Korea, dan Taiwan.
Direktur ITMG, Yulius Kurniawan Gozali mengatakan tingginya produksi batu bara dari Indonesia turut memengaruhi stabilitas harga.
“Saat ini kita melihat harga batu bara masih cukup stabil. Kita melihat adanya kenaikan dari sisi permintaan atau demand,” ujarnya dalam konferensi pers Pubex Live 2025, Rabu (10/9/2025).
Ia menambahkan meski curah hujan membuat sebagian tambang menurunkan tingkat produksinya, secara keseluruhan pasokan batu bara domestik masih cukup tinggi. Yulius menilai dari sisi permintaan masih tumbuh berkembang dan supply masih cukup banyak, ini yang membuat harga masih akan stabil di level-level sekarang.
Terkait dengan target produksi ITMG, Yulius menjelaskan cuaca menjadi faktor utama yang memengaruhi kinerja perseroan, khususnya di Kalimantan. Dia menilai, produksi pada semester pertama cenderung lebih rendah akibat curah hujan yang tinggi, sementara semester kedua biasanya lebih kering sehingga mendukung peningkatan produksi.
Hingga semester pertama 2025, ITMG tercatat sudah memproduksi sebesar 10,4 juta ton. Angka ini setara dengan 47% hingga 50% dari target produksi tahun ini yang berada pada kisaran 20,8 hingga 21,9 juta ton.
“Jadi saya percaya dari sisi target mudah-mudahan ITM dapat memenuhi target produksi yang sudah dikomunikasikan saat ini,” ungkap Yulius.
ITMG Ungkap Alasan Beli Saham NICE
Sebelumnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjelaskan alasan perusahaan memutuskan membeli saham tambang nikel PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE). Langkah ini disebut sebagai bagian dari transformasi perusahaan menuju pertambangan mineral kritis.
Direktur Utama ITMG, Mulianto, mengatakan masuknya ITMG ke sektor nikel merupakan strategi jangka panjang perusahaan.
“Karena kita mau memastikan bahwa kita bisa merealisasikan apa yang menjadi rencana kita bertransformasi ke depan. Dalam hal memasuki pertambangan yang berkaitan dengan critical mineral. Dan nikel adalah salah satu critical mineral yang kita tuju,” ujar Mulianto dalam konferensi pers Pubex Live 2025, Rabu (10/9/2025).
Pertimbangan Perseroan
Ia menambahkan, pemilihan AKP sebagai mitra strategis tidak lepas dari pertimbangan fundamental perusahaan di antaranya dari sisi produksi, dari cadangan nikel maupun kesiapan infrastruktur.
Perseroan juga melihat dari beberapa hal lain seperti kepatuhan, potensi pertumbuhan ke jangka panjang ke depan.
“Kami melihat bahwa ini adalah pemain domestik yang menjadikan dan mempunyai jejak operasional yang solid,” katanya.
Menurut Mulianto, akuisisi 9,62 persen saham AKP menjadi langkah awal ITMG untuk memasuki ekosistem industri nikel. Ia menilai langkah ini akan menjadi batu loncatan untuk memperluas kolaborasi serta memperkuat pengalaman perusahaan di sektor nikel.
Dividen Final
Sebelumnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) akan membagikan dividen final Rp 2.245 per saham. Dividen yang dibagikan itu setara USD 153,12 juta.
Perseroan telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk membagikan dividen itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 9 April 2025.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (13/4/2025), PT Indo Tambangraya Megah Tbk membagikan dividen dengan mempertimbangkan data keuangan per 31 Desember 2024. Hal itu antara lain laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar USD 374,11 juta, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar USD 1,48 juta dan total ekuitas sebesar USD 1,93 juta.
Sebelumnya Perseroan telah membagikan dividen interim 2024 sebesar 1.2228 per saham atau sekitar USD 90,04 juta. Dengan demikian, total dividen yang dibagikan Perseroan mencapai Rp 3.473 per saham atau senilai USD 243,17 juta.