Dieng, Rekomendasi Tempat Libur Sekolah Penuh Keajaiban Alam dan Budaya

2 months ago 43

Liputan6.com, Jakarta - Dieng bukan sekadar destinasi wisata, ia adalah pelarian dari hiruk-pikuk dunia bawah menuju dunia yang lebih tenang, sejuk, dan penuh keindahan alam serta kearifan budaya lokal. Berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut, dataran tinggi yang berada di wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara ini kerap dijuluki negeri di atas awan.

Julukan ini bukan hanya kiasan manis, melainkan kenyataan yang bisa dirasakan setiap pengunjung ketika kabut pagi turun perlahan menyelimuti perbukitan dan lembah di kawasan Dieng, menghadirkan pemandangan magis yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Liburan ke Dieng berarti menjemput ketenangan, menjelajahi keajaiban alam, dan menyelami tradisi yang hidup di tengah masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai warisan leluhur. Ketika kaki pertama kali menginjakkan jejak di kawasan Dieng, yang paling terasa adalah suhu dingin yang menyergap hingga ke tulang.

Udara sejuk bahkan terkadang mencapai titik beku di musim-musim tertentu, membuat embun membeku dan menyulap rerumputan menjadi seperti taburan kristal pagi. Dari sini, perjalanan menapaki keindahan pun dimulai.

Candi-candi kuno peninggalan Hindu seperti Candi Arjuna, Semar, dan Gatotkaca berdiri megah dalam diam, menjadi saksi bisu peradaban yang telah lama berlalu namun tetap terjaga. Di sekitarnya, hamparan ladang kentang yang tersusun rapi seperti mozaik alam membentang luas, menunjukkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan.

Tak jauh dari kompleks candi, Kawah Sikidang yang aktif menyemburkan uap panas dan lumpur mendidih menjadi bukti nyata bahwa Dieng tidak hanya cantik di permukaan, tetapi juga menyimpan kekuatan besar di dalam perut buminya. Namun keindahan Dieng tak hanya hadir lewat bentang alam yang luar biasa, melainkan juga dari pengalaman spiritual dan budaya yang menyertainya.

Tradisi unik seperti Ruwatan Rambut Gimbal menjadi salah satu kekayaan budaya yang membuat Dieng istimewa. Anak-anak yang dipercaya memiliki rambut gimbal secara alami akan diruwat dalam upacara sakral yang dipenuhi doa dan prosesi adat, diiringi alunan gamelan serta iring-iringan warga yang mengenakan pakaian tradisional.

Suasana sakral bercampur semarak ini tidak hanya menarik wisatawan lokal, tetapi juga pelancong mancanegara yang ingin menyaksikan sisi autentik budaya Jawa yang hidup dalam keseharian masyarakat dataran tinggi.

Festival Dieng

Festival Dieng Culture Festival yang diadakan setiap tahun bahkan menjadikan upacara ini sebagai salah satu puncak acaranya, lengkap dengan pertunjukan seni, pelepasan lampion, hingga jazz di atas awan yang menambah pesona malam dingin di sana.

Tidak lengkap rasanya berlibur ke Dieng tanpa menyambangi Telaga Warna dan Telaga Pengilon yang letaknya berdampingan namun memiliki karakter sangat berbeda. Telaga Warna memikat dengan warna airnya yang bisa berubah-ubah karena kandungan sulfur di dasarnya, sementara Telaga Pengilon dikenal karena kejernihannya yang nyaris menyerupai cermin raksasa alami.

Keduanya memberikan kesan damai yang dalam, apalagi jika dinikmati saat matahari pagi mulai menembus celah-celah pohon, memantulkan bayangan pepohonan di permukaan air yang tenang. Dari sini, perjalanan bisa dilanjutkan ke Batu Pandang Ratapan Angin, sebuah spot yang menyajikan panorama telaga dari ketinggian.

Duduk di atas batu sambil merasakan hembusan angin pegunungan, melihat telaga dari kejauhan, dan menyaksikan awan bergerak perlahan adalah bentuk meditasi alami yang menenangkan jiwa dan pikiran. Liburan ke Dieng bukan hanya sekadar melepas penat atau mengisi waktu luang, melainkan sebuah perjalanan menyeluruh menyentuh fisik, batin, dan budaya.

Ia mengajarkan tentang kesederhanaan hidup di dataran tinggi, tentang bagaimana alam dapat menjadi guru terbaik, dan tentang betapa kayanya negeri ini dengan segala pesonanya.

Ketika kembali dari Dieng, setiap orang seolah membawa pulang sepotong awan, sejumput kabut, dan segenggam pengalaman yang tak tergantikan. Maka tidak berlebihan jika seseorang menyebut liburan ke Dieng sebagai perjalanan menuju negeri para dewa tempat di mana alam, manusia, dan budaya saling berpadu dalam harmoni yang sempurna.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |