Dedi Mulyadi Klarifikasi Kebijakan Masuk Sekolah Jam 6 Pagi dan Berencana Hapus PR Anak Sekolah

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Usai mendapat kritik dari banyak pihak, termasuk pakar pendidikan, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi hari memberikan klarifikasi soal kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 pagi. Melalui akun media sosial resminya, Dedi Mulyadi menegaskan, tahun ajaran baru 2025/2026 yang akan datang seluruh siswa di Jawa Barat akan masuk sekolah bukan pukul 06.00, melainkan pukul 06.30 pagi.     

"Saya sampaikan bahwa di tahun ajaran baru 2025/2026 yang akan datang sekolah di Jawa Barat dimulai pukul 06.30, sekali lagi sekolah di Jawa Barat dimulai pukul 06.30," katanya.

Dedi kemudian mengatakan, karena anak-anak tidak boleh keluar rumah lebih dari pukul 09.00 malam tanpa pendampingan dan keperluan mendesak yang didasarkan pada izin orangtuanya, maka Pemerintah Provinsi Jabar berencana untuk menghapus Pekerjaan Rumah bagi anak-anak sekolah.

"Seluruh pekerjaan sekolah dikerjakan di sekolah, tugas-tugas sekolah dikerjakan di sekolah, tidak dibawa menjadi beban di rumah. Di rumah anak-anak itu rileks, baca buku, berolahraga, dan fokus membantu kedua orangtuanya meringankan beban-beban orangtuanya, kemudian belajar membereskan rumah, cuci piring, yang perempuan belajar masak, ngepel, dan kegiatan lainnya yang bermanfaat," katanya.

Selama di rumah, kata Dedi Mulyadi, anak-anak sekolah bisa mengikuti les musik, les bahasa inggris, les Matematika, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.

Itulah, kata Dedi, arah pembangunan anak-anak Jawa Barat dengan visi kokoh utnuk menyambut masa depan anak. 

"Kebijakan saya tentu ada pro dan kontra, bagi saya pro dan kontra adalah hal yang biasa dalam demokrasi. Yang terpenting tujuan utama kita adalah untuk mewujudkan anak yang yang berkarakter cageur (sehat), bageur (berbudi pekerti), bener (berintegritas), pinter (berpengetahuan), dan singer (cekatan)," katanya.

Kata Pakar Pendidikan Soal Masuk Sekolah Jam 6 Pagi

Pakar pendidikan Darmaningtyas, saat dihubungi tim Regional Liputan6.com, Selasa (4/6/2025) mengatakan, berkaca dari kebijakan serupa yang pernah dilakukan di Jakarta, masuk sekolah dari jam 07.00 pagi menjadi setengah 06.30 pagi, dengan alasan mengurangi kemacetan sebesar 14 persen, begitu diterapkan ternyata kemacetan tetap terjadi dan malah bertambah.

"Yang kedua, beban yang berat itu ditanggung ibu-ibu, karena ibu-ibu di Jakarta waktu itu jam 05.00 itu mengantar anaknya menunggu angkot di tepi jalan, bagi yang pergi ke sekolah menggunakan angkutan umum. Nah, kalau jam 06.00 masuk, berati anak-anak ini harus bangun paling tidak jam 04.00, ibu-ibunya juga harus bangun jam 04.00 untuk menyiapkan sarapan dan sebagainya," katanya.

Sehingga, kata Darmaningtyas, jika dipaksakan masuk jam 06.00 itu justru akan menambah beban kepada anak-anak itu sendiri dan para ibu.

"Karena anak-anak berati tidurnya kurang. Kalau anak-anak tidurnya kurang, di sekolah akan ngantuk sehingga target disiplin yang dicita-citakan malah tidak tercapai karena anak malah malas-malasan," katanya.

Darmaningtyas mewanti-wanti, jika targetnya adalah pendidikan karakater, maka yang paling penting adalah peran keluarga.

Kalau keluarganya tidak peduli, ya itu akan susah. Dan dari segi pendidikan, mayoritas orangtua di Jabar kan pendidikannya rendah, saya kira problemnya di situ. Maka dari itu yang namanya parenting, pendidikan bagi orangtua itu menjadi penting juga, jadi bukan hanya anak-anaknya yang dididik masuk pagi-pagi, tapi orangtuanya juga dilakukan pendidikan," katanya.

Read Entire Article
Saham | Regional | Otomotif |