Liputan6.com, Jakarta - Data inflasi Amerika Serikat (AS) dan sejumlah laporan keuangan perusahaan akan mewarnai wall street pekan ini.
Mengutip Yahoo Finance, ditulis Senin (8/9/2025), data inflasi AS akan menjadi sorotan setelah perdagangan pekan pertama September yang relatif tenang. Hal ini seiring perhatian investor beralih ke pertemuan kebijakan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS berikutnya.
Saham-saham ditutup melemah pekan lalu setelah laporan pekerjaan Agustus yang lemah menjadi bukti terbaru kalau pasar tenaga kerja AS sedang menurun drastis.
Namun, imbal hasil obligasi pemerintah AS turun karena peluang the Fed memangkas suku bunga pada pertemuan 16-17 September 2025 mencapai 100 persen.
Pada pekan ini, sejumlah perusahaan akan merilis laporan keuangan yakni Oracle, Adobe dan Kroger sebagai sorotan utama.
Selain data inflasi pada Kamis pekan ini, pembaruan mingguan suku bunga KPR akan diawasi ketat. Sentimen konsumen yang akan dirilis pada Jumat pekan ini juga memberikan gambaran lain tentang masyarakat AS mengenai pasar tenaga kerja yang melambat dan tekanan inflasi yang akan datang yang tidak pasti.
Inflasi meningkat, the Fed mengalihkan pandangan menyeimbangkan mandat ganda bertujuan memaksimalkan lapangan kerja sambil menjaga inflasi di 2%.
Prediksi Inflasi AS
Bulan lalu, ketua the Fed Jerome Powell menguraikan kemungkinan penurunan suku bunga. Ia menyebutkan, kelemahan di pasar tenaga kerja dan risiko kalau pasar tenaga kerja AS dapat melemah lebih lanjut dengan cepat. Laporan pekerjaan pada Jumat merupakan contohnya.
Namun, dalam pekan mendatang, bank sentral akan menyadari kalau mereka belum membuat banyak kemajuan dalam bagian akhir mandat ini.
Ekonom memprediksi, harga konsumen naik 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya pada Agustus dan 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Keduanya akan menandai kenaikan inflasi sejak Juli dan the Fed semakin menjauh dari targetnya.
Pada inflasi inti dengan mengecualikan biaya pangan dan gas yang lebih fluktuatif yang dapat dipengaruhi oleh harga komoditas, inflasi akan naik masing-masing sebesar 0,3% dan 3,1% secara bulanan dan tahunan. Kenaikan ini akan sama dengan kenaikan yang terjadi pada Juli.
Lonjakan Inflasi
"IHK bulan Juli menunjukkan tarif bukan satu-satunya tantangan bagi The Fed dalam menyelesaikan perjuangannya melawan inflasi," tulis ekonom Wells Fargo, Sarah House dan Nicole Cervi, dalam sebuah catatan pada Jumat.
"Inflasi jasa yang tinggi bersamaan dengan rebound harga barang telah menghambat tren disinflasi selama dua tahun terakhir dan mendorong inflasi semakin jauh dari target FOMC."
"Ke depannya," mereka menambahkan.
"Kami menduga tarif yang lebih tinggi akan tetap berlaku karena pemerintah memiliki wewenang untuk menaikkan bea cukai di luar Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional yang saat ini sedang dalam pengawasan hukum."
Dalam ekonomi pascapandemi, lonjakan inflasi ke level tertinggi dalam 40 tahun jauh lebih besar daripada kekhawatiran yang mungkin dimiliki para pembuat kebijakan tentang pasar tenaga kerja. Memang, melalui periode inflasi tersebut, pasar tenaga kerja terbukti tangguh.
Baru pada Jumat, ketika data Juni direvisi yang menunjukkan 13.000 pekerjaan benar-benar hilang selama bulan tersebut, adanya kontraksi pasar tenaga kerja selama beberapa bulan sejak akhir 2020.
Penutupan Wall Street Akhir Pekan
Sebelumnya, bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau biasa disebut Wall Street berakhir melemah pada penutupan perdagangan Jumat (5/9/2025). Pelemahan bursa saham ini terjadi setelah laporan ketenagakerjaan AS lebih lemah dari perkiraan.
Hal ini berdampak ke dua hal, yaitu memicu harapan penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) tetapi sekaligus menimbulkan kecemasan akan perlambatan ekonomi.
Mengutip CNBC, Sabtu (6/9/2025), Indeks S&P 500 turun 0,32% ke level 6.481,50, Nasdaq Composite melemah tipis 0,03% ke 21.700,39, sementara Dow Jones Industrial Average kehilangan 220,43 poin atau 0,48% ke 45.400,86.
Ketiga indeks saham acuan ini sempat mencetak rekor intraday baru di awal sesi perdagangan.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan perekonomian hanya menambah 22.000 lapangan kerja pada Agustus, jauh di bawah perkiraan 75.000. Sedangkan untuk tingkat pengangguran naik ke 4,3%, sesuai ekspektasi analis.