Liputan6.com, Yogyakarta - Setelah sempat mereda dan terlupakan, bayang-bayang pandemi COVID-19 kembali menyeruak. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Gunungkidul kini dalam status siaga penuh dengan mengaktifkan kembali berbagai fasilitas kesehatan, juga memperketat protokol demi antisipasi potensi lonjakan kasus yang mulai terlihat di beberapa negara Asia, bahkan telah terdeteksi di Kota Yogyakarta.
Meskipun hingga saat ini belum ada kasus COVID-19 yang terkonfirmasi di wilayah Gunungkidul, kewaspadaan tinggi telah diterapkan. Direktur Utama RSUD Wonosari, Diah Prasetyorini, memastikan bahwa pihaknya dalam kondisi siaga.
"Kalau bicara soal kesiapan sarana, prasarana, dan SDM, kami sudah siap," tegas Diah.
RSUD Wonosari telah menyiapkan kembali bangsal khusus, yakni ruang Mawar, yang sebelumnya difungsikan untuk isolasi pasien COVID-19. Ruangan ini memiliki kapasitas 22 tempat tidur yang siap digunakan.
Selain itu, rumah sakit juga telah dilengkapi dengan alat PCR dan didukung oleh tenaga medis spesialis paru-paru yang kompeten. Protokol penanganan standar tetap dijalankan, dengan ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai.
"Alat kesehatan insyaallah masih memadai. Kalau tidak ada perubahan tata laksana, artinya alatnya masih sesuai," tambah Diah.
Namun, ia mengakui adanya kebutuhan mendesak untuk penambahan reagen dan stok obat-obatan khusus COVID-19. Meskipun obat antivirus spesifik belum tersedia, stok obat pendukung seperti Vitamin D, multivitamin, Zinc, dan antibiotik dipastikan masih mencukupi.
Terpidah, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menegaskan bahwa langkah preventif menjadi prioritas utama sesuai arahan Kementerian Kesehatan. Varian COVID-19 yang saat ini mulai terdeteksi di Indonesia adalah varian MB.1.1, yang disebut memiliki tingkat penularan yang tidak secepat varian sebelumnya.
"Kami sudah teruskan Surat Edaran dari Kemenkes ke seluruh fasilitas kesehatan di Gunungkidul. Masyarakat diimbau tetap waspada, tapi tidak perlu panik," ujar Ismono.
Simak Video Pilihan Ini:
Relawan Mas Gibran 'Bolone Mase' Salurkan Bantuan Air Bersih di Cilacap
DIY Temukan Kasus Baru, Sistem Kewaspadaan Diaktifkan
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kasus baru dilaporkan kembali muncul pada akhir Mei 2025 di wilayah kerja Puskesmas Danurejan, Kota Yogyakarta. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie, mengonfirmasi temuan tersebut.
Pasien terkonfirmasi positif meskipun dengan kategori ringan, cukup menjalani isolasi mandiri di rumah dan telah dinyatakan sembuh. Kondisinya stabil dengan nilai CT (Cycle Threshold) di atas 30, menunjukkan tingkat infeksi yang rendah.
"Pasien dengan CT Value dibawah 30 artinya kondisi cukup baik, dan saat ini sudah sembuh," jelas Pembajun.
Ia juga mengungkapkan bahwa kasus serupa pernah ditemukan di Kabupaten Sleman pada awal tahun ini, dengan pasien yang juga dinyatakan sembuh. Meski demikian, Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) kembali diaktifkan untuk mendeteksi dan merespons potensi kemunculan kasus baru secara cepat.
"Kita lakukan mitigasi dengan SKDR. Kalau ada gejala influenza yang melonjak, itu jadi perhatian kami," ungkap Pembajun.
Dinkes DIY juga telah mengingatkan pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dan memperketat kembali penerapan protokol kesehatan, termasuk edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dinilai mulai diabaikan masyarakat.
"Saat ini tidak banyak lagi tempat-tempat yang menyediakan cuci tangan. PHBS sudah mulai dilupakan. Padahal, cuci tangan pakai sabun dan penggunaan masker tetap penting, terutama saat sakit atau di kerumunan," papar Pembajun.
Lebih lanjut, Seluruh fasilitas layanan kesehatan di DIY, baik milik pemerintah maupun swasta, diminta untuk menyiapkan infrastruktur penanganan. Mereka juga diminta melaporkan data ketersediaan tempat tidur untuk isolasi dan keterisiannya setiap hari melalui Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE).
"Semua ini dilakukan dalam rangka kewaspadaan dan upaya memproteksi masyarakat dari kemungkinan penularan kembali," pungkas Pembajun.